View Full Version
Senin, 11 Nov 2019

Demang Lehman, Heroik untuk Generasi Milenial

 

Oleh:

Ailia Junior, generasi peduli pemuda

 

KEBERANIAN Demang Lehman dalam mengusir penjajah tak dapat dipatahkan, buktinya sejarah mencatat Demang Lehman sebagai pahlawan, Sang Petarung yang memimpin pasukan banjar untuk melumpuhkan kekuatan Belanda. Sepak terjang Demang Lehman membuat penjajah memperhitungkannya, sampai Belanda berani membayar tinggi siapa saja yang dapat menaklukkannya.

Tentunya keheroikan Demang Lehman patut dicontoh oleh generasi milenial saat ini, berani lantang kepada penjajah, tidak takut dengan para pencela, tak mundah gentar terhadap manuver negara-negera penjajah, dahulu penjajah menghajar fisik untuk mengeruk Indonesia sekarang bermetamorfosis menjadi penjajahan gaya baru, benarlah ini zaman generasi milenial berhadapan dengan neoimperialisme

Demang lehman bergelar Adipati Mangku Negara, lahir di Barabai pada tahun 1832 hidup sezaman dengan Pangeran antasari, Demang Lehman wafat dalam usia muda yaitu 32 tahun, tepatnya pada tanggal 27 Februari 1867 di Martapura, dia meninggal dalam keadaan digantung oleh Belanda.  Demang Lehman merupakan ajudan kepercayaan Pangeran Hidayatullah II. Dia terkenal hebat dalam memimpin pasukan, maka wajar Demang Lehman menjadi salah satu Panglima Perang Banjar.

Kekejian Belanda dalam mengakhiri hidup Sang Adipati Mangku Negara,Demang Lehman. dilatarbelakangi kebencian yang mendalam oleh pihak Belanda kepadanya. Bagi Belanda Demang Lehman adalah musuh besar yang wajib ditaklukan, kemampuannya dalam mengerakan rakyat menyerang penjajah merupakan hal yang paling ditakuti.

Terdapat banyak serangan yang dipimpin oleh Demang Lehman diantaranya adalah merebut benteng Belanda di Tabanio, beberapa pasukan Belanda gugur namun pasukan Demang Lehman selamat, bagi Belanda penyerangan pasukan Demang Lehman banyak merugikan, karena Belanda melawan dengan persiapan 15 buah meriam ditambah senjata lainnya, namun hasilnya nihil.

Demang Lehman juga memimpin kekuatan pasukan menggempur sekitar Martapura dan Tanah Laut, Dia bertugas mengamankan keraton dari serangan Belanda. Penjajah semakin getir sejak Demang Lehman berhasil membunuh pimpinan militer Belanda di Martapura.

Kisah Heroik Demang Lehmah dalam mengejar Kolonel Bao Ostade dengan menunggang kuda turut menambah catatan sejarah betah hebatnya dia.

Selain kuat secara fisik dan ahli strategi serangan, Demang Lehman juga dikabarkan seorang yang alim, hal tersebut dapat dilihat dari prinsip hidupnya. Demang Lehman bersumpah mengusir penjajah tanpa kompromi, berjuang hingga tetes darah penghabisan dengan semboyan yang terkenal dari waja sampai kaputing, kekuatan besar ini lahir dari keimanan Demang Lehman, yang menyakini bahwa mengusir penjajah adalah jihad yang diperintahkan Allah swt.

Kemantapan iman ini lah yang membuat Demang Lehman kokoh dengan berbagai keadaan, termasuk saat dia kalah dalam pertempuran benteng gunung lawak pada tanggal 27 september 1859, pasukan Demang Lehman syahid sebanyak 100 orang, Belanda sangat bangga dengan kekalahan para pejuang, akhirnya belanda merasa telah mampu mengalahkan Demang Lehman, namun kekalahan ini tidak melumpuhkan semangat Demang Lehman untuk melanjutkan perjuangan, dia tetap tegar meskipun Belanda telah tertawa atas kekalahannya. Perasaan setegar karang ini adalah karena Demang Lehman meyakini tidak ada yang sia-sia dari perjuangan pasukan yang telah syahid, mereka telah menempuh perang sabil dengan balasan surga dari Allah swt.

Serangan demi serangan yang diterima Belanda dari Demang Lehman membuat Belanda memutar otak untuk menjatuhkan panglima perang banjar terbaik ini, tercetuslah sebuah pengumuman Harga kepala Pangeran Hidayatullah adalah sebesar f10.000,- dan Demang Lehman sebesar f2.000, sebuah nilai yang fantastis.

Akhirnya ketika Demang Lehman mengatur kekuatan dengan bersembunyi di gua gunung pangkal dengan memakan dedaunan, dia bertemu dengan Pembarani, seorang yang menawarkan tempat persembunyian untuk Demang Lehman, tragis ternyata Pembarani adalah seorang yang menginginkan imbalan terhadap kepala Demang Lehman, pada waktu subuh seusai sholat subuh Demang Lehman ditangkap oleh pasukan Belanda, tanpa sejata Demang Lehman menghadapi puluhan pasukan Belanda dan akhirnya ditawan. Kemudian Demang Lehman dihukum gantung oleh penjajah, karena kekuatan iman dia menghadapi tanpa gentar sedikitpun, menghadapi pancungan tanpa penutup mata.

Heroik Demang Lehman Adipati Mangku Negara patut menjadi sebuah sejarah yang diceritakan ulang kepada generasi milenial agar generasi Revolusi industri 4.0 ini dapat menjadi pahlawan seperti Demang Lehman. Tentunya hal itu akan terwujud ketika generasi menggenggam agama dengan kuat, ngaji islam agar memiliki akidah yang kokoh yang melahirkan integritas. Belajar islam akan membuat seseorang semakin baik, bukan menjadi radikal yang berkonotasi negatif sebagaimana hoax yang terus beredar, seolah-olah seorang yang belajar islam akan berbuat kerusakan, tentu hal itu adalah cara pandang yang salah fatal.

Sayang sekali apabila generasi milenial menghabiskan masa usia produktifnya dengan perkara yang salah seperti pergaulan bebas, nafza, gamer dan melakukan berbagai atraksi miring hanya untuk menjadi selebgram, bukankah menjadi Demang Lehman sesuatu yang diimpiakan daripada membuang waktu untuk perkara percuma?*


latestnews

View Full Version