View Full Version
Senin, 09 Mar 2020

Ngopi Ala Remaja Jepara

 

KALAU biasanya 'ngopi' itu identik sama aktivitas 'nongkrong' di cafe sambil hangout bersama teman. Kali ini, berbeda dengan ngopi ala remaja Jepara. Karena ngopi tak sekadar menikmati cita rasa khas kopi, tapi juga sentuhan Ngobrol Perkara Islam (NGOPI). Dengan mengangkat tema 'Agar Hidupmu Tidak Ambyar' acara ngopi pun berlangsung seru dan ceria. 

Kak Ira--selaku penyampai materi--mengawali diskusi dengan menyodorkan sederet fakta kehidupan remaja yang ambyar. Semua itu bermula dari satu virus yang memang tak menginfeksi fisik secara langsung.  Namun, nyata bahayanya terutama bagi para generasi muda, yaitu virus liberalisme. Liberalisme adalah paham yang menuhankan kebebasan mulai dari kebebasan pribadi, beraqidah, berpendapat, hingga hak milik. 

Hidup menjadi serba bebas. Menafikan keberadaan Sang Pencipta sebagai pengatur kehidupan. Maka, aturan dibuat sesuka hati masing-masing individu. Jelas tidak ada standar baku dalam menetapkan aturan. Setiap orang bebas berekspresi sesuai kepentingan pribadi yang ingin dicapai. 

Dampaknya maksiat merajalela. Berawal dari pacaran, pergaulan bebas, sampai aborsi. Belum lagi timbulnya kerusakan moral, seperti bucin (budak cinta), pesta miras dan rokok, durhaka kepada orang tua sekaligus lenyapnya adab kepada guru di sekolah. Semua itu diperparah dengan invasi budaya Barat dan hallyu (Korean wave). Sehingga agamanya para pemuda muslim memang Islam, tapi sikap dan perbuatannya tidak sejalan dengan aturan Allah. 

Oleh karena itu, kita semua perlu obat untuk membasmi virus liberalisme hingga ke akarnya. Pertama, memahami tiga simpul besar (uqdatul kubro) dalam hidup sebagai modal awal dalam membentuk aqidah yang benar dan kuat. Kak Ira pun mengajak para peserta acara untuk memikirkan jawaban atas tiga simpul besar, yaitu: dari mana kita berasal, untuk apa kita diciptakan, dan akan kemana setelah kehidupan ini. 

Maka, jawabannya tidak lain adalah manusia, alam semesta, dan kehidupan ini berasal dari Allah. Sifat manusia sebagai makhluk yang lemah dan terbatas menjadikannya butuh Sang Pencipta yang Maha Kuat dan Azali (tidak berawal dan tidak berakhir). Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah semata. Bukan sekadar ibadah ritual, tapi ibadah yang bermakna menaati seluruh perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. 

Karena kehidupan ini ada batasnya, kita pun akan kembali menjadi tiada. Kita akan dipanggil menghadap-Nya untuk mempertanggung jawabkan seluruh amal perbuatan selama hidup di dunia. Dengan demikian, sebagai seorang muslimah sejati kita harus senantiasa hati-hati dalam melangkah dan berbuat. Pastikan bahwa segala aktivitas kehidupan kita bernilai ibadah. Dan dengan tuntunan cara yang benar, yaitu merujuk kepada Al-quran dan As-sunah. 

Setelah memahami hakikat penciptaan manusia, kita pun juga harus menempa kualitas keimanan dengan rutin mengkaji Islam. Sebab, untuk menata hidup agar tidak ambyar tidak bisa dilakukan secara instan. Tapi, harus kontinu dan konsisten. Melalui proses tholabul ilmi (mempelajari dan memahami hakikat Islam dengan benar) dan tatsqif (pembinaan intensif). 

Itulah cara yang harus ditempuh oleh remaja dewasa ini agar tidak terjangkit virus liberalisme. Hanya dengan begitu Insya Allah hidup kita menjadi lebih baik dan penuh keberkahan.

"Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).*

Kiriman: Ayu Deswanti Rio Dingin


latestnews

View Full Version