View Full Version
Jum'at, 24 Apr 2020

Peran Literasi dalam Peradaban Islam

 

Oleh:

Alfira Khairunnisa

Pegiat Literasi/Revowriter Rokan Hilir, Riau

 

SAHABAT, bagi pecinta dunia tulis menulis termasuk membaca, pastilah akan mencari gimana sih peran literasi dalam kemajuan peradaban Islam? Harus dong, secara kaum Muslim harus tau bahwa salah satu peradaban mulia itu bernama literasi.

Dalam sejarahnya, Islam gak lepas dari budaya baca dan tulis. Yah, meskipun saat itu bangsa Arab pra-Islam kurang bersentuhan dengan budaya menulis dan membaca, tapi sesudah Alqur'an turun ke mereka, tradisi baca dan tulis mulai tumbuh di kalangan Bangsa Arab. Alhamdulillah ya.

Nah jadi, banyak dari mereka mulai menuliskan ayat–ayat Alqur'an di berbagai media, seperti kulit kayu, batu, tulang, pelepah kurma, dan kulit hewan.

Kalau sekarang mah kita udah enak aja yah, nulis di kertas, atau kalau misal males nulis dikertas tinggal ngetik aja di HP. Hehe.

Beberapa sahabat Rasulullah juga sudah mulai belajar membaca dan menulis. Salah satu tokoh yang pandai membaca dan menulis pada masa itu adalah Hafshah binti Umar bin Khattab yang merupakan anak dari Umar bin Khattab sekaligus Istri Rasulullah. Dan udah ada ya ditulisan aku sebelumnya terkait Hafshah yang diberi gelar Penjaga Alqur'an. Bisa dicek deh di beranda aku.

Nah, lanjut ya. Jadi budaya membaca dan menulis yang berkembang di masa Rasulullah ini, gak lepas dari kemuliaan akhlak Rasulullah itu sendiri. Dikisahkan setelah Perang Badar, pasukan Kaum Musyrikin mengalami kekalahan sampai-sampai banyak dari mereka menjadi tawanan kaum Muslimin. Rasulullah memulai musyawarah untuk mencari tau apa yang hendak dilakukan sama tawanan-tawanan itu.

Kemudian Umar radhiyallahu’anhu mengusulkan agar para tawanan dibunuh saja. Abu Bakar Ash Shidiq mengusulkan agar para tawanan dibebaskan saja. Dari musyawarah yang menguras tenaga itu, didapatlah keputusan Rasulullah, bahwa para tawanan dapat bebas dengan syarat harus mengajarkan membaca dan menulis kepada anak-anak kaum Muslimin.

Masyaa Allah, keputusan yang cemerlang ini tentunya bener-benee berdampak besar bagi masa depan kaum Muslimin, karena dengan anak-anaknya yang bisa belajar baca dan tulis, di masa depan mereka akan menjadi pejuang dakwah yang cerdas dan bertaqwa.

Emm.. sbagai contoh nih ya, kita bisa melihat tradisi literasi ini pada masa Khalifah Abu Bakar Ash Shidiq memimpin, semangat literasi dari para sahabat pada masa itu sudah terpupuk baik, sejarah pembukuan Alqur'an terjadi pada masa ini.

Para sahabat selepas meninggalnya Nabi berusaha dengan baik menyatukan ayat-ayat Alqur'an yang terpisah dari berbagai media sebelumnya ke dalam satu kumpulan surah Alqur’an atau dikenal dengan istilah pembukuan Al Quran.

Proses pembukuan ini juga didasari atas kekhawatiran kalau-kalau nanti banyak dari para penghafal Quran meninggal dunia, maka Al Quran juga akan hilang dari hadapan mereka. Maka dari itulah proses pembukuan Alqur'an ini dilakukan dan hingga sekarang, manfaatnya besar dapat kita rasakan. Bener apa bener? Bener dong. Masyaa Allah.

Sejatinya tradisi literasi di kalangan kaum Muslimin lah yang mengantarkan umat Islam mencapai masa puncak kejayaannya. Gimana tidak? Ketika masa Dinasti Abbasyiah, ada perpustakaan utama namanya Baitul Hikmah. Tau gak Sahabat, disitu terdapat ratusan ribu koleksi buku. Waw, masyaa Allah bukan?

Nah, ketika Baitul Hikmah jadi pusat intelektual dunia, tau gak sahabat kalau setiap karya tulis yang dihasilkan akan ditimbang yang kemudian dihargai dengan emas sesuai dengan beratnya timbangan karya yang telah dibuat. Ya Allah, indahnya sistem pemerintahan Islam ya. Coba kita bandingkan dengan saat sekarang ini, hidup di alam kapitalisme boro-boro ditimbang dan dihargai dengan emas, karya yang kita buat belum tentu dihargai. Untuk menerbitkan buku saja harus mengikuti prosedur ribet yang ada. Malah berbayar lagi. Akhirnya karya kita sulit untuk dapat dirasakan oleh orang lain.

Balik lagi ke Baitul Hikmah. Nah jadi pada masa itu, koleksi buku dari berbagai  bidang keilmuan banyak beredar di Baitul Hikmah. Kemudian, ilmuwan-ilmuwan Muslim pun benar-benar produktif menghasilkan karya yang menjadi sumbangsih untuk perkembangan ilmu pengetahuan modern.

Sahabat, kemajuan peradaban dalam bidang literasi benar-benar mengguncang dunia. Berkat peradaban bernama literasilah umat meraup ilmu berbagai bidang. Hingga akhirnya bisa memajukan pemikiran umat dengan ilmu-ilmu yang mencerahkan.

Sahabat, kemajuan literasi dalam peradaban Islam juga gak lepas dari peran pemimpinnya loh. Dimana pemimpinnya juga ternyata sangat gemar membaca dan senang dengan ilmu pengetahuan.

Mau tau siapa figur-figur pemimpin tersebut?

Yup, beberapa figur pemimpin tersebut adalah Harun Al Rasyid yang senang akan perkembangan ilmu pengetahuann kemudian yang mendirikan Baitul Hikmah di Baghdad dan Sultan Al Hakam II yang mendirikan perpustakaan Kordoba di Andalusia.

Mereka adalah sosok-sosok pemimpin yang luarbiasa tentunya. Dan tentu saja dengan adanya sosok pemimpin seperti mereka, rakyat juga akan termotivasi untuk turut mencintai ilmu pengetahuan dan perkembangan akan semakin maju dan akan terus mengalami peningkatan kemajuan yang pesat .

Heem, tapi pada akhir masa kejayaan Islam, kita menyadari satu hal yang pahit dan memilukan. Bahwa perkembangan peradaban Islam mengalami stagnansi yang luar biasa ketika para pemimpinnya justru kalap dengan kekuasaan.

Tak hanya itu saja, pemimpin saat itu lebih berorientasi pada perang, hidup dengan kemewahan, dan meninggalkan tradisi literasi. Peradaban Islam akhirnya mundur dan jatuh tercerai-berai memasuki abad 20. Sungguh sangat disayangkan bukan?

Nah, dengan demikian pada akhirnya kita menyadari, sejarah peradaban Islam adalah sejarah yang gak bisa dilepaskan dari kegiatan literasi. Literasi sendiri bahkan jadi api penyala peradaban dengan perpustakaan sebagai dapur pacu peradaban. Masyaa Allah ya.

Tapi melihat kondisi umat saat ini, bahwa, saat ini umat Islam masih juga kalap dengan kenyamanan, masih kehilangan jati dirinya untuk menghidupkan kembali tradisi pengetahuan.

Akhirnya umat Islam pun kehilangan semangat dalam membaca, berdiskusi, dan menulis yang justru hal itu tumbuh pada bangsa-bangsa eropa. Tentu saja, hal inilah yang mungkin jadi penyebab kenapa saat ini umat Islam menjadi umat yang memprihatinkan di berbagai belahan dunia. Bukankah Allah mengatakam bahwa umat Islam adalah umat yang terbaik?

Maka, jika ingin meraih kejayaan Islam kembali, tentu semangat literasi dan mencintai ilmu pengetahuan harus bertumbuh di kalangan umat Islam, bukannya justru menolak ilmu pengetahuan. Tentu dengan berlandaskan Akidah Islamiyyah, semangat literasi, dan mencintai ilmu pengetahuan bukan tidak mungkin kejayaan Islam pada masa lalu akan terulang kembali. Wallahu'alambishoab.


latestnews

View Full Version