View Full Version
Ahad, 10 May 2020

Masalahnya Ada di Qalbu-ku

Oleh: KH. Athian Ali

Sekian jam dalam setiap harinya aku berfikir dan bekerja, baik sambil duduk maupun berdiri, dengan penuh semangat tanpa keluh-kesah dan Alhamdulillah tubuhku sanggup melakukan itu semua.

Namun pada saat melaksanakan sholat, aku memilih untuk membaca surah atau ayat yang pendek, itu pun aku lakukan dengan bacaan dan gerakan yang sangat cepat, agar sholat bisa segera berakhir dalam waktu yang teramat singkat. Masalahnya ternyata bukan di tubuh ku, tapi di Qalbu-ku.

Tidak kurang dari empat belas jam di bulan ramadhan, aku mampu menahan diri untuk tidak makan, minum dan melakukan hubungan suami isteri yang dihalalkan Alloh SWT.

Namun betapa seringnya aku tidak mampu menahan diri dari makan, minum, ucapan, perbuatan serta tindakan yang tidak saja diharamkan, bahkan dimurkai Alloh SWT. Masalahnya jelas ada di hati-ku.

Tidak jarang aku begadang sepanjang malam untuk hal-hal yang sedikit sekali manfaatnya, bahkan terkadang tidak ada gunanya sama sekali bagi kemaslahatan dunia apalagi akhirat.

Namun anehnya, tubuhku seperti tidak mampu berdiri, ruku' dan sujud beberapa saat untuk sholat tahajjud. Masalahnya pasti bukan karena tubuhku, tapi ada di Qalbu-ku.

Acapkali aku habiskan uang ratusan ribu rupiah untuk makan, minum dengan keluarga di restaurant yang terkenal, padahal sehari-hari aku dan keluargaku selalu menikmati makan dan minum yang lezat di rumah, dan Alhamdulillah tidak pernah sekalipun kelaparan.

Sementara alangkah sulit sekali rasanya bershodaqoh hanya sekian rupiah untuk fakir miskin dan anak yatim, yang setiap hari bergelut dengan haus dan lapar. Masalahnya jelas dan pasti ada di hati-ku.

Sepanjang hari bahkan juga malam hari, seperti tidak ada letihnya lidah ini membicarakan hal-hal yang tidak penting, bahkan begitu asyiknya ia menari-nari menyebarkan fitnah dan atau membicarakan 'aib orang lain.

Sementara sulit sekali rasanya lidah ini untuk diajak membaca Al Qur'an dan berdzikrulloh. Masalahnya kembali ada di Qalbu-ku bukan di jasad-ku.

Sehari-hari terutama pada hari libur, aku habiskan waktuku untuk makan minum, berekreasi, berbincang-bincang, bersendagurau dalam upaya memenuhi dan memuaskan hawa nafsuku.

Kenyataannya, bukan aku tidak memiliki waktu melakukan yang dicintai Alloh SWT, untuk bekal kelak saat aku berpulang menghadap kehadirat-Nya, namun Qalbu-ku yang memang enggan berfikir untuk itu.

Jadi, masalah sesungguhnya, bukan karena kita tidak memiliki kemampuan, terlebih lagi Alloh SWT sudah pasti tidak akan pernah membebani dan menuntut kita di luar kemampuan.

Tapi masalah sepenuhnya ada di Qalbu kita masing-masing, harusnya Qalbu ini mencintai Alloh SWT dan Rasul-Nya melebihi cinta kepada dunia dan segala isinya. Namun sayangnya, kecintaannya yang luar biasa kepada dunia, telah merusaknya.

Mahabenar Alloh SWT lewat sabda Rasul-Nya yang telah mengingatkan kita semua, "Bahwasanya pada setiap jasad manusia terdapat segumpal darah, jika ia sehat maka sehatlah seluruh jasadnya, tapi jika ia rusak, maka akan rusak pulalah segenap dirinya. Ingatlah, segumpal darah itu adalah Qolbu!"

Semoga bermanfaat dalam rangka menghisab diri kita masing-masing.


latestnews

View Full Version