View Full Version
Selasa, 02 Feb 2021

Mencetak Uwais Al-Qarni Masa Kini

 

Oleh:

Wida Nusaibah || Penulis dan Pemerhati Masalah Umat

 

UWAIS Al-Qarni  adalah sosok pemuda yang sholeh dan sangat memuliakan ibunya. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan ibunya. Pada satu waktu, Uwais meminta izin kepada ibunya untuk berjumpa dengan Rasulullah SAW yang saat itu berada di Madinah.

Ibunya mengizinkan dan berpesan kepada Uwais agar cepat pulang karena merasa sakit-sakitan. Sampai di Madinah, Uwais langsung menuju rumah Rasulullah. Namun sayang Uwais tak bisa menemui Rasulullah sebab sedang di medan perang. 

Teringat pesan sang ibu agar lekas kembali ke Yaman, Uwais dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah RA, istri Rasulullah yang ketika itu ada di rumah. Tak lupa dia menitipkan salam untuk Rasulullah. 

Tak hanya itu, Uwais juga berusaha mengabulkan keinginan ibunya yang lumpuh untuk pergi haji. Dengan menggendong sang ibu dari Yaman ke Mekkah, Uwais berhasil mewujudkan keinginan sang ibu untuk berhaji. 

Dari ketaatan Uwais pada ibunya tersebut hingga Rasulullah menganggapnya sebagai tabi'in yang mulia. Bahkan Rasulullah berpesan pada Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib untuk mencari dan meminta doa darinya. Masyaa Allah, sungguh luar biasa. Lalu, adakah anak zaman sekarang yang bersikap seperti Uwais Al-Qarni?

Justru saat ini lebih sering dijumpai anak-anak yang tak lagi menghormati orang tuanya. Mereka berlaku tak sopan, berani melawan, bahkan tega hendak memenjarakan orang tuanya.

Seperti peristiwa yang baru-baru ini terjadi. Dilansir dari PIKIRAN RAKYAT bahwa beberapa waktu lalu di Bandung geger terkait kabar seorang anak tuntut ayah kandungnya sendiri dengan gugatan sebesar Rp3 miliar. Dia tega menggugat ayahnya yang berusia 85th ke Pengadilan Negeri Kelas IA Bandung pada Rabu, 20 Januari 2021.

Kasus ini rupanya turut menyedot perhatian Anggota DPR RI Dedi Mulyadi. Saat bertemu, Dedi menemukan fakta bahwa alasan anak tersebut menggugat ayahnya tak lain karena masalah harta warisan. Nauzubillah mindzalik!

Sungguh miris, hanya karena alasan harta seorang anak tega hendak memenjarakan ayahnya. Padahal kondisi sang ayah masih hidup dan sudah tua. Artinya anak ini tidak paham kewajiban menghormati orang tua. Dia juga tidak paham bahwa harta warisan hanya dibagi ketika orang tua sudah meninggal. Pembagian itu pun sudah ada aturannya sesuai hukum negara dan syariat Islam.

Kalau orang tua hendak membagi harta pada anak-anaknya ketika masih hidup, itu disebut hibah. Dalam hibah, jumlah pembagian sesuai keinginan orang tua yang menjadi pihak pemilik harta. Anak tidak boleh melakukan intervensi maupun ancaman untuk mendapatkan harta hibah sesuai yang diinginkannya. Sebab tak ada aturan baku terkait jumlah harta yang harus diberikan, ini mutlak diserahkan keputusannya pada orang tua.

Karena warisan bernilai harta telah menyebabkan seorang anak durhaka pada orang tuanya. Semua ini tak luput dari akibat menerapkan paradigma kapitalisme. Dalam kapitalisme segala sesuatu diukur dari manfaat dan keuntungan materi. Orang tua memandang kesuksesan anak ketika anaknya mampu bekerja yang menghasilkan pundi-pundi banyak.

 Demikian juga anak, menuntut agar semua kebutuhan dan keinginannya pada kepuasan materi dipenuhi oleh orang tuanya. Tak ayal, hubungan antara anak dan orang tua tak lebih dari sekadar pemberi dan penerima. Orang tua sibuk bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarganya.

Berada dalam kehidupan yang hanya mengutamakan nilai materi, akankah mampu mencetak anak yang berjiwa seperti Uwais al-Qarni? Tentu tidak. Sebab generasi Uwais al-Qarni dididik oleh keluarga dan lingkungan yang menerapkan syariat Islam.

Dalam Islam, manusia dibina dan ditanamkan bahwa tolak ukur kebahagiaan bukanlah kepuasan materi, namun ridho Allah SWT. Dengan demikian, manusia akan berpatokan pada hukum Syara' dalam melakukan setiap perbuatannya. Dengan demikian, manusia akan berpegang pada haram dan halal sebelum melakukan perbuatannya.

Dalam Islam juga anak dipahamkan bahwa wajib menghormati orang tua. Sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik."(QS. Al-Isra' 17: Ayat 23)

Islam juga memahamkan bahwa setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang diperbuatnya selama di dunia. Setiap amal shaleh akan mendapatkan pahala dan pahalanya surga. Sedangkan amal buruk akan mendapatkan dosa dan balasannya neraka. Namun, ada juga dosa-dosa yang selain mendapatkan balasan di neraka, dosa tersebut juga dibalas di dunia, salah satunya yakni dosa pada orang tua. 

Hal tersebut seperti apa yang Rasulullah sabdakan: ”Setiap dosa-dosa, Allah Ta’ala mengakhirkan (balasannya), sebagaimana yang Dia kehendaki dari dosa-dosa itu hingga hari kiamat. Kecuali durhaka kepada kedua orangtuanya, sesungguhnya Allah menyegerakan (balasan) nya bagi pelakunya saat hidup di dunia sebelum wafat.” (Riwayat At Thabarani dan Al Hakim, dishahihkan oleh Al Hakim dan As Suyuthi. 

Oleh karena itu, untuk dapat mewujudkan Uwais Al-Qarni masa kini, harus dengan menerapkan Islam secara menyeluruh dalam segala aspek kehidupan. Wallahu a'lam!*


latestnews

View Full Version