View Full Version
Sabtu, 21 May 2022

Bentengi Diri dari Fenomena Jatah Mantan

 
Oleh: Rika Arlianti DM
 
 
SEMINGGU belakangan ini jagad maya diramaikan dengan fenomena ‘Jatah Mantan’. Bermula dari cuitan @briankhrisna di twitter, “Setelah mewawancara beberapa pihak, ternyata banyak juga ya kejadian ‘jatah mantan’ beberapa hari sebelum pernikahan”.
 
Melihat unggahan ini, masyarakat tweetland ramai memberikan  beragam komentar. Ada yang ikutan curhat pengalaman sendiri, berbicara tentang pengalaman teman, dan unggahan gagal menikah ulah jatah mantan. Seperti pemilik akun @IndahMSanmo yang menuliskan, “Sebelumnya pernah baca thread orang² yang gagal nikah garagara calon nya ini ketauan ngasih ‘jatah mantan’. Padahal persiapan sudah 90%. Cara Tuhan ngasih tahu seseorang baik atau enggaknya itu macam², meskipun dengan cara pedih. Semoga kita semua dijauhkan dari hal² tersebut”. 
 
Melansir dari pemalang.pikiran-rakyat.com, istilah ‘Jatah Mantan’ ini sebenarnya sudah ada sejak lama, tapi celetukan ini hanya digunakan dalam tongkrongan atau satu geng. Ungkapan ini memiliki arti konotasi yaitu melakukan hubungan suami istri dengan mantan (pacar). Dan biasanya dilakukan sebelum salah satunya akan menikah (Na’uzubillah min zalik).
 
Jika kita melihat, ‘Jatah Mantan’ ini sudah jelas merupakan perbuatan zina yang secara terang-terangan dilarang dalam agama Islam. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
 
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰۤى اِنَّهٗ كَا نَ فَا حِشَةً ۗ وَسَآءَ سَبِيْلًا
 
Terjemahnya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. al-Isra’: 32)
 
Ayat di atas dengan tegas mengatakan  bahwa zina itu adalah jalan yang buruk. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah melarang hambanya mendekati zina. Mendekati  saja dilarang terlebih melakukannya. Pertanyaannya, mengapa masih banyak yang tidak mengindahkan larangan-Nya?
 
Salah satu jawabannya ialah lintasan pikiran dari tongkrongan atau geng. Karena dalam lingkaran pertemanan ada banyak pemahaman atau pemikiran yang kadang membutuhkan banyak filtrasi sebelum diakui kebenarannya. Terkadang orang-orang bertindak atau melakukan hal sesuai dengan pemikirannya tanpa peduli dengan hukum atau aturan yang mengikatnya.
 
Selain itu, di era sekarang orang-orang dengan mudah mengakses apa saja melalui media online, sedangkan orang tua atau keluarga tidak sepenuhnya mampu mengawasi anaknya. Dengan kata lain, hanya diri sendiri yang bisa membentengi dan membatasinya. Sekilas persoalan ini sepele, tapi dampaknya sangat luar biasa untuk pribadi khususnya dan  generasi yang akan datang umumnya.
 
Sejatinya, ini bukan persoalan pemuda semata bahkan bisa dikatakan pemuda adalah korbannya. Hal ini mengisyaratkan, sudah sewajarnya walau diri pribadi bukan orang baik atau ahli ibadah, setidaknya tetap bergaul dengan orang-orang saleh atau berada di lingkaran pertemanan yang memberikan dampak positif. Jangan sampai dunia melalaikan, teman mengabaikan, dan kita terluput kembali ke jalan-Nya. Hasan Al- Bashri pernah berkata, ”Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman. Karena mereka memiliki syafaat pada hari kiamat,” (Ma’alimut Tanzil 4/268).
 
Penyebab lainnya yaitu kurangnya edukasi dan pemahaman tentang ilmu agama. Akibatnya, tidak ada rasa takut ketika bermaksiat kepada-Nya, seperti berani mengumbar aurat, berkhalwat/berdua-duaan, berkata-kata mesra dan menggunakan kata-kata kotor yang sudah dianggap biasa di kalangan anak muda. Jauh dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang sejatinya adalah pedoman hidup manusia. Akhirnya tidak heran jikalau sudah tidak ada rasa malu yang tersisa.
 
Dalam musnad Imam Ahmad, diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda,
 
Artinya: “Pandangan itu adalah anak panah beracun dari anak panah-anak panah milik iblis. Maka barangsiapa yang menundukkan  pandangannya dari kecantikan seorang wanita, karena Allah semata, maka Allah akan memberikan di hatinya kenikmatan hingga hari kiamat.”  (HR. Ahmad).
 
Manusia diperintahkan untuk menundukkan pandangan, khususnya pada kecantikan wanita. Karena pandangan bagaikan anak panah syahwat atau pintu gerbang yang menjuruskan kepada perzinaan. Ironisnya, meski ada yang berusaha menundukkan pandangan di dunia nyata, tapi godaan di dunia maya yang mempertontonkan wajah halus, senyum manis, dan  lekuk tubuh wanita bertebaran di beranda. Secara tidak langsung, mereka merelakan bahkan menawarkan diri untuk dizinai. Harga diri dianggap remeh. Entah, bagaimana nasib generasi ke depannya.
 
Maka dari itu, mari benahi pikiran dan pemahaman, jaga pergaulan, belajar ilmu agama agar bisa membentengi diri dari segala hal yang melalaikan. Ingatkan keluarga, orang-orang terdekat, orang yang kita sayangi, lindungi nasab/keturunan, semoga tetap terjaga dalam dekapan-Nya. Wallahu ‘alam.*

latestnews

View Full Version