View Full Version
Senin, 27 Feb 2023

Generasi Kriminal, Apa yang Salah?

 

Oleh: Ameena N

Peristiwa penganiayaan keji dari Dandy (pelaku yang merupakan anak pejabat pajak) terhadap David (korban yang merupakan anak dari pengurus pusat GP Ansor) menyita banyak perhatian warga net. Beredar sebuah video yang menayangkan penganiayaan serta selebrasi sang pelaku terhadap korban usai penganiayaan. Dan diduga asal usul kejadian tersebut adalah karena pacar Dandy yang bernama Agnes.

Mereka bertiga masih memiliki umur yang sangat muda. David, sang korban berumur 17 tahun, Agnes, pacar dari Dandy berumur 15 tahun, dan Dandy sendiri, sang pelaku berumur 20 tahun. Dandy memiliki usia yang sangat muda, namun dia sudah bisa melakukan kriminalitas semacam ini. Kasus penganiayaan ini sama sekali bukanlah kasus yang ringan. Korban dipukuli hingga koma, tak sadarkan diri.

Belum lagi dari kasus memiliki pengaruh yang lebih luas, karena tak hanya kasus penganiayaan menjadi perhatian. Dandy sebelumnya sangat sering mengunggah tentang gaya hidup serta fasilitas mewah yang ia miliki seperti mobil Jeep Robicon dan motor Harley Davidson yang ia kendarai di unggahan tersebut. Dan setelah diselidiki, Rafael (ayah Dandy) memiliki kekayaan yang sangat tidak wajar bagi seorang pejabat pajak seperti beliau dari segi gaji perbulannya. Pemerintahan pun segera menyelidiki sumber dari kekayaan tersebut. Dan diduga bahwa Rafael telah menggelapkan uang pajak rakyat demi kepentingan pribadi. Bahkan dia sendiri belum membayar pajak atas aset-aset serta kekayaan yang ia miliki.

Pertanyaannya, kok bisa, seorang anak berusia 20 tahun melakukan tindak kriminal semacam itu? Tentu bisa. Di luaran sana banyak sekali kekerasan dan tindakan kriminalitas yang dilakukan oleh anak remaja dan ABG. Sumber masalahnya dari mana? Tentu saja penyebabnya meliputi banyak faktor. Ekonomi, pendidikan, pola asuh, dan sebagainya. Dan memang pola asuh adalah hal yang memiliki peran penting terhadap bagaimana seseorang itu tumbuh.

Anak dari orangtua yang duitnya banyak itu cenderung punya narsisme yang tinggi dibandingkan anak yang dari kelas menengah atau bawah. Dia tumbuh dengan uang sehingga merasa punya hak yang lebih dibandingkan anak lain. Karena dia merasa memiliki hak yang lebih tinggi, dia jadi melihat orang lain itu lebih rendah dari dia.

Belum lagi contoh dari orangtua. Mengingat kasus-kasus ayahnya yang kini tengah diselidiki oleh pemerintah, kita dapat sedikit menyimpulkan bagaimana kehidupan seorang Dandy di keluarganya. Dia sering memamerkan gaya hidupnya, kemewahannya, dan arogansinya. Itu merupakan sikap hasil didikan dari lingkungannya sendiri. Dalam artian, jika orangtuanya saja tidak memegang nilai dan norma yang benar, bagaimana lagi dengan anaknya. Bukanlah hal yang mengherankan jika anaknya sampai berani berbuat kejahatan yang seserius itu. Bahkan dia sendiri seakan acuh atas tindakannya yang merugikan kehidupan orang lain. Less empathy.

Itulah mengapa pendidikan agama merupakan hal yang harus diutamakan agar tidak menghasilkan generasi-generasi kriminal yang akan semakin merusak moral bangsa. Bagaimana Indonesia ke  depannya jika para orangtua di negara ini hanya mengedepankan materi bagi kebahagiaan anak-anaknya. Mereka lupa bahwa membahagiakan anak tidak selalu dengan cara memberikan apa yang dia inginkan. Karena justru sebagai orang yang lebih dewasa, kita memiliki banyak hal yang berharga untuk diberikan kepada anak selain materi belaka. Dan hal yang berharga tersebut adalah ilmu dan agama. Karena orang-orang yang dipahamkan oleh ilmu dan agama adalah orang yang dikehendaki kebaikan.

Dari Mu’awiyah, Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037).

Padahal dunia ini sebenarnya apa? Dunia tetaplah dunia, apa yang harus disombongkan? Dunia dan seisinya, dunia yang dipamerkan dan yang dibanggakan sesungguhnya bersifat sementara. Ini semua sama sekali bukanlah milik kita melainkan hanya titipan dari Allah sebagai sarana untuk beribadah kepadaNya. Tapi kebanyakan manusia lupa atau bahkan tidak peduli akan itu semua, dan mulai menyombongkan diri atas apa yang ia miliki. Apalagi jika semua fasilitas kemewahan yang dipamerkan tersebut merupakan hasil dari penderitaan orang lain, hak orang lain yang tidak seharusnya ditelan sendiri.

“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)

Semoga kita dan keturunan kita selalu dilindungi Allah. Aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google

 


latestnews

View Full Version