View Full Version
Ahad, 14 May 2023

Bunuh Diri di Kalangan Pemuda, Krisis Iman?

 

Oleh: Aily Natasya

Kritikus budaya populer Korea, Ha Jae-Kun menyatakan bahwa Korea memiliki standar moral yang sangat ketat terutama bagi kaum selebritas dibandingkan negara lain. Sementara itu secara umum, bunuh diri adalah penyebab kematian nomor satu di Korea Selatan di antara mereka yang berusia antara 10 dan 39 tahun. Maka dari itu, tak hanya selebriti mereka, namun warga biasanya pun banyak yang bunuh diri karena isu masyarakat. Artikel di tanggal 28 Desember tahun 2022 oleh kompas.tv mengabarkan bahwa tingkat bunuh diri untuk mereka yang berusia 12 hingga 14 tahun melonjak dari 3,2 menjadi 5,0 pada periode yang sama. 

Jika kita melihat melalui kaca mata Islam, maka kita akan tahu penyebab lainnya selain dari isu masyarakat yang sangat keras di kalangan mereka. Apakah itu? Yup, keimanan. Kenapa keimanan? Karena iman adalah tempat sandaran yang paling kuat di dunia ini. Apapun yang kita imani, sebenarnya, bisa menjadi motivasi bagi kita agar kuat dan terus memiliki alasan untuk berjuang dalam hidup. Namun, bagi masyarakat Korea Selatan yang mayoritasnya adalah atheis, mereka sama sekali asing dengan keimanan dan Tuhan. Sehingga, tumpuan hidup mereka hanyalah dunia. Sedangkan dunia itu sifatnya adalah fana. Jika sekali mereka dikhianiati oleh dunia mereka, maka mereka akan kebingungan mencari tumpuan, patah semangat, lalu... ya, mereka akan lari ke hal-hal yang malah semakin merugikan mereka. Seperti minum obat-obatan, minum minuman keras (yang mana sudah menjadi budaya mereka) atau bunuh diri.

Upgrade Iman

Tentu saja, kasus bunuh diri merupakan kasus yang harus kita renungi bersama. Apakah kita pernah mendzalimi orang lain, bagaimana dengan perkataan kita, apakah lebih tajam dari pedang? Semoga tidak. Karena nyatanya, banyak kejadian bunuh diri itu terjadi karena perkataan. Dan jika kita sendiri adalah korbannya, maka apa yang harus kita lakukan? Tentu saja sandarkan dahulu kepada Allah. Sebagai hamba Allah, kita punya pandangan yang berbeda mengenai masalah yang kita hadapi. Bukan hanya sekedar masalah, namun juga ujian yang Allah beri. Apalagi jika Allah ingin jika keimanan kita upgrade, makin-makin, deh, ujiannya.

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan untuk mengatakan, ‘kami telah beriman’ TANPA diuji?! Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, sehingga Allah benar-benar tahu orang-orang yang tulus dan orang-orang yang dusta.” (Al-Ankabut: 2-3).

Tapi bagaimana bisa kita melewatinya? Sederhana saja, iman kita pada Allah-lah jawabannya. Jika kita menengok kembali bagaimana nabi dan rasul yang diberi ujian paling berat di muka bumi, gimana sih, mereka kok bisa menghadapi semuanya sampai akhir? Padahal ujian mereka itu berat banget? Ya, Allahlah sandaran mereka. Keimanan mereka ada di level yang berbeda dengan kita. Namun bukan berarti kita tidak bisa. Kita memiliki sandaran yang sama, yakni Allah.

“Manusia yang paling berat cobaanya adalah para nabi, kemudian orang yang paling baik (setelahnya), lalu orang yang paling baik (setelahnya). Maka siapa yang agamanya berbobot, cobaannya juga berat. Siapa yang agamanya lemah, cobaannya juga ringan. Dan sungguh seseorang akan terus ditimpa cobaan, hingga dia berjalan di tengah-tengah manusia tanpa dosa sedikitpun.” (HR. Ibnu Hibban no. 2900, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ 993).

Mengatasi depresi

  1. Tombo ati

Maksudnya apa? Kalian tahu tentang lagu Tombo Ati? Taulah, yakali nggak. Yup, lagu itu merekomendasikan kita 5 hal yang bisa menjadi obat hati. Yakni, membaca Al-Qur’an dengan merenungi maknanya, shalat malam, berkumpul dengan orang yang shalih, berpuasa, dan berdzikir.

  1. Iman kepada qadha dan qadar

Sebagai seorang manusia yang lemah dan tidak tahu apa-apa, sudah seharusnya kita menyerahkan semua urusan kita kepada Sang Pencipta seorang. Seberat apapun takdirnya, yuk jalani semuanya karena Allah. Karena emang sejatinya kita ini nggak tahu apa-apa tentang masa depan dan sebagainya. Hanya Allah yang tahu. Berdoa kepada Allah, apapun keputusanNya, semoga kita diberi kelapangan hati untuk menerimanya.

  1. Konsultasi

Konsultasi apa ini maksudnya? Kalau kita lagi sakit, demam misalnya, apakah kita tidak boleh ke dokter sebagai bentuk ikhtiar? Tentu saja, harus malahan. Intinya, keluh kesah tetap ke Allah, namun ingat, Allah itu memberi bantuan itu secara sunnatullah, lewat perantara. Dan kita harus berusaha menjemput pertolongan dari Allah itu, dan salah satunya adalah dengan mendatangi psikolog untuk mendapatkan solusi dari ahlinya. Ini jika butuh, loh, ya. Karena, tidak semua orang bisa memberikan solusi, bahkan jika hanya menjadi pendengar yang baik.

Untuk kita semua yang kini sedang menjalankan kehidupan yang sulit, yang sedang berproses, yuk, bangkit. Nangis-nangis dikit nggak pa-pa. Yang penting jangan sampai berlarut-larut atau bahkan sampai menyerah total. Jangan, ya. Allah masih sayang kita. Kita aja yang kadang nggak peka dan malah menjauh. Run to Allah, and everything will be fine. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version