View Full Version
Jum'at, 19 Jul 2024

Omong Kosong Bocil Kripto, Sekolah itu Scam?

 

Oleh: Aily Natasya

Narasi bahwa sekolah adalah scam semakin marak digaungkan. Fakta menariknya, yang menggaungkan narasi tersebut seringnya adalah anak-anak atau orang-orang yang gagal di sekolah seperti di-drop out dari kampus, atau tidak naik kelas. Hehe, bisa disimpulkan, kan, mereka itu kenapa? Sebelum masuk ke pembahasan lebih lanjut, mari kita cari tahu dulu, scam itu apa, sih? Biar lebih mudah untuk menarik kesimpulan.

Scam adalah kosakata dari bahasa inggris yang dalam bahasa Indonesianya adalah ‘umbuk’. Definisi scam atau umbuk ini sendiri adalah (menurut Wikipedia) upaya untuk melakukan penipuan setelah mendapatkan kepercayaan korban terlebih dahulu. Scam seringkali terjadi dalam dunia keuangan, barang atau data dari korban sasarannya.

Jadi, apakah sekolah itu scam? Jawabannya adalah tidak. Sekolah adalah sutu sarana bagi masyarakat agar bisa menuntut ilmu dan sarana bagi pemerintah untuk mencerdaskan bangsa. Namun, jika banyak yang mengeluhkan soal sekolah, hal ini sangat dapat dimengerti mengingat sistem pendidikan di Indonesia yang masih sangat kacau ini. Bahkan, dari tahun ke tahun, dunia pendidikan kita semakin jatuh dan bobrok.

Sistem pendidikan saat ini bisa kita sebut sebagai sistem pendidikan terceroboh, paling kapitalis, dan sistem paling gagal. Pasalnya, ada banyak sekali kurikulum percobaan yang tidak malah menambah efektifitas belajar dan minat siswa, namun malah menyusahkan mereka. Mulai dari fasilitas sekolah, metode pembelajaran, kualitas guru, sampai dengan biaya bulanan sekolah yang tidak malah diringankan, namun malah dipersulit. Permasalahan ini rata dari bangku sekolah dasar sampai bangku kuliah.

Sebut saja kalau sistemnya scam, bukan sekolahnya karena sekolah hanyalah badannya, sedangkan sistem adalah jiwanya. Rusak jiwanya, maka rusak badannya. Demikian, rusak sistemnya, maka rusak sekolahnya. Jadi jangan sebut sekolah itu scam, tapi sebut saja sistemnya. Karena memang, jangankan sistem pendidikan kita, sistem pemerintahan kita penuh dengan scam dan scammer, kok.

Dari mana letak scam-nya? Orang yang mau jadi dokter harus sekolah. Nggak mungkin, kan, belajar lewat tutorial YouTube doang? Bahkan HP yang sedang kita pegang, laptop yang sedang kita pakai, dan segala kemudahan yang bisa kita akses selama ini datangnya dari orang-orang yang sekolah.

Cuma masalah paham dunia kripto dan uang aja udah belagunya minta ampun gitu, pakai ngatain orang monyet. Padahal, kan, di dunia ini isinya nggak cuman uang sama kripto doang. Ilmu yang ada di dunia ini itu luas banget. Apalagi kalau ngomongin soal ilmu Allah. Duh, itu, sih, ibaratnya ilmu Allah itu seluas lautan bahkan lebih, kita mempelajari dan memahaminya sampai satu tetes aja kayaknya nggak sampai.

“Katakanlah (Muhammad), seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” (QS. Al-Kahfi: 109)

Jadi yang ada mereka bisanya mengolok-olok sekolah dan orang-orang yang berilmu hanya demi menutupi rasa insecurity yang ada dalam diri karena nggak berhasil dalam belajar. Padahal daripada mengolok-olok, lebih baik mereka belajar lebih tekun dan lebih baik, telusuri, apa yang bikin kita ini gagal dalam belajar. Karena sebagaimana yang sudah kita kemukakan di atas, Allah menyiapkan sebegitu banyak ilmuNya untuk kita pelajari. Jadi, jangan puas hanya karena belajar keuangan dan kripto saja. Semakin banyak kita belajar, semakin kita merasa bahwa ilmu kita sedikit. Sekali lagi, jangan berhenti belajar. Wallahua’lam. (rf/voa-islam.com)

 


latestnews

View Full Version