View Full Version
Selasa, 23 Jul 2024

Tawuran Demi Cuan: Cermin Krisis Moral dan Sosial

 
Penulis: Naila Zayyan
(Forum Muslimah Indonesia ForMind)
 
Tawuran remaja di Indonesia telah lama menjadi permasalahan sosial yang kronis. Namun, perkembangan teknologi dan perubahan sosial yang cepat mengubah dinamika dan motivasi di balik fenomena ini. Tawuran kini bukan sekadar pelampiasan emosi atau bentuk solidaritas kelompok, tetapi telah berkembang menjadi cara baru untuk mencari cuan. Fenomena ini mengindikasikan betapa dalamnya materialisme telah merasuki jiwa generasi muda, hingga menghalalkan segala cara demi keuntungan finansial.
 
Contohnya tawuran di kawasan Bassura, Jakarta, yang tidak kunjung berkesudahan. Dugaan bahwa aksi ini dilakukan secara live demi mendapatkan cuan dari penonton menunjukkan bahwa motivasi ekonomi telah menjadi pendorong utama. Fenomena serupa juga terjadi di Bogor, di mana keterlibatan remaja dalam geng motor hingga tawuran semakin memprihatinkan. Beberapa pelaku bahkan masih berusia sangat muda, yakni 13 tahun. Di Jawa Timur, enam remaja dari kelompok "Pasukan Angin Malam" ditangkap polisi saat hendak tawuran, menunjukkan bahwa fenomena ini tidak terbatas pada satu wilayah saja.
 
Kenyataan bahwa aksi tawuran disiarkan langsung melalui platform media sosial dan menghasilkan uang menunjukkan bahwa motivasi ekonomi telah menjadi pendorong utama. Live streaming tawuran menarik penonton, yang kemudian mendonasikan uang atau memberikan dukungan finansial lainnya. Fenomena ini tidak hanya menunjukkan kemerosotan moral generasi muda, tetapi juga kegagalan sistem pendidikan dan sosial dalam menanamkan nilai-nilai luhur.
 
Tawuran sebagai cara mencari cuan mencerminkan rusaknya nilai-nilai moral dan sosial dalam masyarakat kita. Kebahagiaan yang berdasarkan materi telah menghunjam kuat dalam diri generasi muda, menghalalkan segala cara untuk mencapai keuntungan finansial. Materialisme telah menjadi tujuan utama, mengesampingkan nilai-nilai kemanusiaan, moral, dan spiritual.
 
Ada beberapa faktor yang dapat diidentifikasi sebagai penyebab utama fenomena ini.
 
Pertama, pengaruh media sosial yang memberikan platform bagi remaja untuk mengekspresikan diri, tetapi juga membuka peluang bagi mereka untuk mengejar popularitas dan keuntungan finansial dengan cara-cara yang tidak sehat. Live streaming tawuran adalah salah satu contohnya.
 
Kedua, kegagalan sistem pendidikan formal dalam menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual yang kuat. Fokus yang berlebihan pada pencapaian akademis dan material membuat pendidikan karakter terabaikan. 
 
Ketiga, krisis keluarga dan komunitas. Keluarga dan komunitas seharusnya menjadi benteng pertama dalam menanamkan nilai-nilai moral. Namun, dengan meningkatnya tekanan ekonomi dan sosial, banyak keluarga yang gagal memberikan perhatian dan pendidikan yang memadai kepada anak-anak mereka.
 
Keempat, kurangnya teladan positif. Remaja membutuhkan teladan yang dapat mereka ikuti. Ketika figur-figur publik dan media lebih menonjolkan kesuksesan material daripada integritas moral, remaja cenderung mengikuti jejak yang sama.
 
Mencari Solusi dalam Islam
 
Islam memiliki pandangan yang komprehensif dan holistik dalam menyikapi permasalahan sosial. Dalam konteks tawuran sebagai cara mencari cuan, Islam menawarkan solusi yang mencakup pendidikan, pembinaan moral, dan penegakan hukum yang adil.
 
Pertama, pendidikan berbasis nilai Islam menekankan pentingnya pendidikan yang tidak hanya fokus pada aspek intelektual, tetapi juga moral dan spiritual. Tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk individu yang berkarakter, mampu menghadapi tantangan hidup dengan tetap terikat pada aturan Allah dan Rasul-Nya. Pendidikan harus mengajarkan bahwa tujuan hidup setiap muslim adalah untuk beribadah dan membawa manfaat bagi umat.
 
Kedua, penguatan peran keluarga dan komunitas sangat penting dalam pembinaan moral remaja. Islam mengajarkan bahwa keluarga adalah madrasah pertama bagi anak. Orang tua harus memberikan teladan yang baik dan membimbing anak-anak mereka dengan kasih sayang dan nilai-nilai islami. Komunitas juga harus aktif dalam mengawasi dan memberikan dukungan moral kepada remaja. 
 
Ketiga, penggunaan media sosial dengan bijak harus diajarkan kepada remaja. Media sosial adalah alat yang netral; dampaknya tergantung pada bagaimana kita menggunakannya. Islam mengajarkan untuk menggunakan segala sesuatu dengan bijak dan bertanggung jawab. Remaja harus diajarkan untuk menggunakan media sosial untuk hal-hal yang positif dan bermanfaat, bukan untuk mencari popularitas atau keuntungan dengan cara-cara yang merusak.
 
Keempat, penegakan hukum yang adil dan tegas sangat diperlukan dalam menangani pelaku tawuran. Islam menekankan pentingnya keadilan dalam penegakan hukum. Pelaku tawuran harus diberikan sanksi yang adil sesuai dengan tingkat kesalahannya, tetapi juga diberikan kesempatan untuk bertobat dan memperbaiki diri. Hukuman dalam Islam bertujuan untuk mendidik dan mencegah, bukan sekadar menghukum. 
 
Kelima, pemberdayaan ekonomi yang islami merupakan solusi penting dalam mengatasi motivasi ekonomi di balik tawuran. Salah satu motivasi utama di balik tawuran adalah masalah ekonomi. Islam menawarkan solusi pemberdayaan ekonomi yang adil dan berkelanjutan melalui konsep-konsep seperti zakat, sedekah, dan sistem ekonomi yang mengedepankan keadilan dan kesejahteraan bersama. Dengan pemberdayaan ekonomi yang berbasis pada nilai-nilai islami, remaja tidak akan tergoda untuk mencari uang dengan cara-cara yang tidak halal.
 
Fenomena tawuran yang dilakukan demi cuan mencerminkan krisis moral dan sosial yang serius dalam masyarakat kita. Materialisme telah mengakar kuat dalam diri generasi muda, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan finansial. Sistem pendidikan, keluarga, dan komunitas gagal memberikan fondasi moral yang kuat. Islam menawarkan solusi komprehensif untuk mengatasi permasalahan ini.
 
Pendidikan berbasis nilai-nilai islami, penguatan peran keluarga dan komunitas, penggunaan media sosial yang bijak, penegakan hukum yang adil, dan pemberdayaan ekonomi yang islami adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk membentuk generasi muda yang berkarakter dan berakhlak mulia. Dengan kembali kepada ajaran Islam yang kaffah, kita dapat membangun masyarakat yang lebih adil, sejahtera, dan bermoral tinggi. Wallahu a'lam. (rf/voa-islam.com)
 
Ilustrasi: Google
 

latestnews

View Full Version