View Full Version
Rabu, 24 Jul 2024

Benarkah Rokok Menjadi Standar Jantan Pemuda Indonesia?

 

Oleh: Nur Aminah

Sadar, nggak kalau standar cowok ‘jantan’ di Indonesia itu toxic alias nggak banget. Contohnya, nih, anak laki itu harus berani merokok. Kalau nggak merokok, kurang laki. Makanya jangan heran kalau banyak sekali anak laki-laki yang merokok secara terang-terangan bahkan sejak mereka masih di bawah umur. Bagi mereka, merokok itu suatu hal yang sangat keren.

Tak jarang pula dari mereka yang berusaha memikat perempuan dengan merokok dan berpose seperti para bad boy di film-film laga yang sedang merokok habis berantem. Padahal, ya, perempuan yang ngeliat bukan terpesona, tapi geli. Karena selain penampakannya sama sekali jauh dari bad boy di film-film aksi, banyak perempuan yang tidak suka dengan lelaki perokok.

Hasil survey menunjukkan bahwa 95% perokok di Indonesia adalah laki-laki dengan rata-rata konsumsi rokok sebanyak 12 batang sehari, dan rata-rata ada di tingkat ekonomi rendah, yakni sebanyak 79%. Padahal uang yang harus dikeluarkan untuk rokok 12 batang per hari itu adalah sekitar 56.000 per minggu.

Maka wajar, jika banyak wanita yang kualitasnya di atas rata-rata dari segi pendidikan, ekonomi dan kelas, tidak suka dengan pria perokok. Itu juga yang membuat banyak sekali wanita di Indonesia yang lebih memilih dinikahi oleh lelaki dari luar Indonesia seperti Jepang, Korea, Amerika, Eropa dan lain-lain. Maklum, dibandingkan dengan negara-negara tersebut, Indonesia masih masuk dalam kategori 10 negara dengan persentase perokok terbanyak di dunia.

Pergaulan

Banyak anak laki-laki yang mulai terjerumus ke dalam kebiasaan buruk merokok karena teman-teman di tongkrongannya memaksa dia untuk merokok. Ada yang awalnya menolak, namun karena terus diledekin ‘nggak jantan’, maka agar harga dirinya tidak terus dihina seperti itu, maka dia pun mencoba untuk membuktikan bahwa dia juga ‘jantan’ seperti teman-temannya. Dari coba-coba dan pembelaan harga diri itulah jadi terus kecanduan merokok.

Padahal, kalau kita flashback ke zaman di masa Islam sedang berjaya, standar ‘jantan’-nya itu beda. Bukan rokok, tapi ilmu dan keberanian. Cowok zaman dulu, mah, pegangannya bukan rokok, tapi buku dan senjata untuk jihad, hehe. Bukti-bukti sejarahnya bisa kita lihat salah satu contohnya adalah Muhammad Al-Fatih yang berhasil menaklukkan Konstantinopel di umurnya yang masih 21 tahun.

Ya, beliau sudah menjadi raja dan pemimpin yang luar biasa dari sejak ia remaja beranjak dewasa tersebut. Sedangkan sekarang... ya, jangan ditanya. Di umur segitu, anak-anak sekarang, jangankan menaklukkan Konstantinopel atau menjadi pemimpin yang baik, planning hidup aja nggak ada.

Sedih, sih. Cuman mereka begitu itu salahnya nggak cuman ada di mereka aja, tapi ada peran dari pemerintah dan orang tua juga. Karena bagaimana pun, mereka awalnya adalah anak-anak yang suci dan polos, lalu menjadi seperi itu karena pergaulan dan lingkungan mereka.

Orang seperti Muhammad Al-Fatih pun tidak lahir begitu saja. Namun ada didikan dan lingkungan yang mendukung, dari pemerintah dan orang tuanya, makanya Muhammad Al-Fatih bisa tumbuh menjadi sosok yang sangat luar biasa seperti itu. Dan faktanya, dengan sistem pemerintahan yang tertata, dan orang tua yang berperan penuh, ada banyak sekali pemuda yang tumbuh dan berkembang menjadi pemuda yang luar biasa seperti Muhammad Al-Fatih, tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah.

Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Shallallahua’laihi wa sallam bersabda,

“Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naunganNya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naunganNya: imam yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah, seorang yang hatinya bergantung ke masjid, dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karenaNya dan berpisah karenanya, seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah’, dan seseorang yang shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan tangan kanannya, serta seseorang yang berzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (H.R. Al-Bukhari no. 66, 1423, 6479, 6806). Wallahua’lam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version