Oleh: Ashaima Va (Pegiat Revowriter Bogor)
Sobat, siapa diantara kalian yang ga punya gadget? Era digital kayak gini, seperti ada yang kurang yaa kalau tidak punya gadget. Sampai ada yang ngerasa minder dan cupu lho, kalau nggak pegang gadget.
Dengan gadget, semesta serasa di genggaman. Segala informasi bisa diperoleh. Dunia bisa terhubung secara real time, saat itu juga tanpa lag tanpa buffering. Kita merasa keren kalau kita jadi yang paling update. Apa yang sedang viral kita harus jadi yang pertama tahu.
Alhasil berkat gadget remaja jadi rajin menundukkan pandangan. Ups, sayangnya ini bukan menundukkan pandangan atau ghadul bashor yang Rasulullah perintahkan. Tapi menundukkan pandangan karena fokus pada gadget di tangan.
Berhitung Plus Minus Gadget
Dibalik gadget sebagai mesin informasi ternyata keberadaannya juga membawa kemudharatan. Remaja jadi anti sosial saat disibukkan dengan gadget. Eksis di sosmed tapi absen di dunia nyata. Belum lagi ancaman pornografi. Dari benda pipih bernama gadgetlah segala content pornografi bebas diakses. LGBT dan pedofil tersebar luas pengaruhnya via sosmed yang tentunya diakses dari gadget.
Ternyata banyak ya hal negatif yang dibawa oleh gadget. Eit, belum selesai, masih ada satu lagi pengaruh negatif gadget. Yup, game online. Game online zaman now rupanya membuat penggunanya kecanduan. Siapa diantara kalian yang punya akun di aplikasi game online Mobile legend? Sudah sampai mana rankmu? Masih warior, epic, atau sudah mytic? Tiap rank yang diperoleh hanya semakin membuat kita tidak puas dan menginginkan lebih, rite? Ujung-ujungnya kita jadi tidak bisa lepas dari gadget.
Memiliki akun di game online dengan rank yang tinggi, lalu punya skin ciamik, dan juga punya senjata yang tidak dimiliki oleh akun lain, pastinya bikin bangga. Merasa keren pastinya, berjaya di dunia maya dengan pencapaian sedemikian rupa. Tapi sobat, pernah ngga sih kalian berpikir bahwa semua pencapaian itu semu. Terjadi hanya di dunia maya dan hanyalah fatamorgana, karena di dunia nyata kita nihil pencapaian.
Cobalah sekali-kali berhitung untung rugi. Bukan untung rugi duit ya. Karena sebenarnya dengan main game online sudah pasti ngabisin duit. Tapi ini untung rugi terhadap jatah waktu yang Allah kasih ke kita. Berapa jam kamu ngabisin waktu untuk khusyu' di depan gadget? Coba kalau waktu yang ada dimanfaatkan untuk khusyu' menghapal Al-Qur'an. Sudah berapa juz tuh hapalannya?
Dari waktu yang lebih banyak dihabiskan di depan gadget bisa kita bayangkan betapa banyak generasi muda yang merugi. Setiap yang melalaikan itu dibuat menyenangkan. Pelakunya ogah berhenti karena nyandu. Begitulah cara kerjanya kemaksiatan. Padahal Allah secara tegas mengingatkan manusia dalam Al-Qur'an surat Al-Asr 1-3
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." (TQS. Al-Asr: 1-3)
Nah, pertanyaannya sudah berapa banyak amal sholih yang sudah kita kerjakan kalau kita selalu disibukkan dengan amalan yang sia-sia. Sudahkah kita nasihat menasihati dalam kebenaran? Sayang, kan. Mending kalau jatah waktu kita di dunia masih lama, kalau hanya sebentar. Dobel rugi namanya.
Agar Tidak Diperbudak Gadget
Gadget sama seperti pisau, hanya benda yang mubah penggunaannya. Digunakan untuk apa benda mubah tersebut, untuk mengiris sayur atau membunuh? Itu yang akan dimintai pertanggungjawaban. Jika menghantarkan pada kemaksiatan maka perbuatan tersebut harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Begitu juga jika gadget justru melalaikan dari yang wajib maka saat yaumul hisab siap-siap dengan pertanggungjawabannya.
Karena gadget hanyalah benda maka hal-hal apa saja yang harus disepakati sebelum kita menggunakannya, agar gadget tidak menjerumuskan pada kesia-siaan dan pada perbuatan maksiat.
Usia memengaruhi kemampuan menilai sesuatu. Anak-anak tentu belum memiliki kemampuan untuk menilai baik dan buruk, karena perkembangan otaknya masih berproses menyerap informasi. Butuh kematangan berpikir dalam mencerna dan memilah-milah konten yang tersedia dalam gadget. Maka pembatasan minimal usia untuk memiliki gadget mutlak dilakukan.
Maka ada sebagian orang tua yang baru akan memberikan gadget saat anaknya SMA atau kuliah. Sebagai anak kalian ga boleh protes yaa, kalau ortu kalian belum memberikan gadget. Semua orang tua lakukan demi memproteksi kalian dari pengaruh negatif gadget.
Sebagai muslim sudah sepatutnya kita terikat dengan aturan Allah dalam segala perbuatan. Tadi kita sepakat kan, kalau gadget itu hukumnya mubah/boleh. Namun yang mubah pun ternyata bisa menghantarkan pada perkara haram jika kita menggunakannya untuk keburukan. Disinilah kita perlu berhati-hati dalam menggunakan gadget. Konten porno, selfie nampak auratnya, kecanduan game, dll adalah perkara haram dan sia-sia. Yuk, dicek gadget kita, apakah pernah dipergunakan untuk itu?
Dengan selalu terikat dengan aturan Allah, kita akan lebih berhati-hati menggunakan gadget kita. Maka tak akan menghantarkan pada yang haram dan tak akan melalaikan. Untuk memahami mana yang halal mana yang haram, mau tidak mau sobat semua harus mengkaji Islam. Nggak ngaji, nggak keren, sepakat?
Salah satu cara untuk kita memanfaatkan gadget dengan cara yang benar adalah menjadikan gadget kita sebagai sarana menghasilkan karya. Pastinya aplikasi yang terinstal adalah yang menunjang karya kita. Kalau kamu suka sama hal-hal yang berbau fotografi kebayangkan aplikasi apa saja yang akan ada di gadget kita.
Nah, ini salah satu kunci kita bisa terjaga dari aktivitas yang melalaikan yaitu melakukan aulawiyat yang benar atau melakukan skala prioritas dengan benar.
Bila di satu waktu kita dihadapkan pada aktivitas mubah dan wajib, maka yang harus kita pilih adalah melaksanakan yang wajib. Sehingga pilihan menjadi jelas untuk kita meninggalkan hal-hal yang mubah di depan gadget untuk bersegera melaksanakan yang wajib. Jadi, udah ga bingung lagi, yaa, harus milih yang mana. Menghapal Al-Qur'an atau main game.
Dengan menetapkan aulawiyat kita diarahkan untuk senantiasa melakukan amalan sholih dan meninggalkan amalan sia-sia yang melalaikan.
Nah, Sobat, mulai sekarang manfaatkan gadgetmu untuk sesuatu yang positif, ya. Jangan mau diperbudak oleh gadget yang berujung pada amalan haram atau sia-sia. pacu diri dengan karya nyata, tunjukkan prestasi dengan menjadi hafidz Qur'an.
Untuk kamu yang belum punya gadget karena belum waktunya, chill aja, ga punya gadget nggak akan bikin kamu cupu, kok. Cupu itu kalau kamu banyak melanggar aturan Allah. So, banyak mengkaji Islam agar kamu jadi remaja cerdas. [syahid/voa-islam.com]