View Full Version
Sabtu, 24 Aug 2019

Teknologi 'Artificial Intelligence' Tempatkan Dunia dalam Bahaya

DEN HAAG (voa-islam.com) - Perusahaan-perusahaan global terkemuka seperti Amazon, Microsoft dan Intel menempatkan dunia dalam risiko dengan mengembangkan robot pembunuh, menurut sebuah laporan yang mensurvei para pemain teknologi utama tentang sikap mereka terhadap senjata otonom yang mematikan.

LSM Belanda Pax memberi peringkat 50 perusahaan berdasarkan kriteria; apakah mereka mengembangkan teknologi yang terkait dengan kecerdasan buatan mematikan (AI); dan jika mereka mengerjakan proyek militer.

Penggunaan AI untuk memungkinkan sistem senjata memilih dan menyerang sasaran secara otonom telah memicu perdebatan etis dalam beberapa tahun terakhir.

Para ahli memperingatkan bahwa mereka dapat membahayakan keamanan internasional dan dapat memulai revolusi ketiga dalam peperangan, setelah bubuk mesiu dan teknologi nuklir.

Sementara berpendapat bahwa AI memiliki potensi untuk berkontribusi kepada masyarakat, kelompok sukarelawan menekankan bahwa penting untuk menghindari efek negatifnya.

Survei global LSM ini menilai perusahaan dari 12 negara, yang fokus pada perangkat keras, perangkat lunak AI dan integrasi sistem, pengenalan pola, sistem udara otonom, dan robot darat.

Sebanyak 21 perusahaan masuk dalam kategori "perhatian tinggi", terutama Amazon dan Microsoft yang keduanya menawar kontrak Pentagon senilai $ 10 miliar untuk menyediakan infrastruktur cloud bagi militer AS.

Grup ini juga termasuk Palantir, sebuah perusahaan AS yang telah diberikan kontrak $ 800 juta untuk mengembangkan sistem AI yang dapat membantu tentara menganalisis zona tempur secara real time.

22 perusahaan lainnya dinyatakan "berkepentingan sedang".

Google, General Robotika, dan Softbank Jepang, termasuk di antara tujuh perusahaan, yang terbukti terlibat dalam "praktik terbaik".

LSM tersebut juga merilis klasifikasi "praktik terbaik", berdasarkan komitmen perusahaan untuk memastikan bahwa teknologi mereka tidak akan digunakan untuk mengembangkan atau memproduksi sistem senjata otonom yang mematikan.

Sebuah kampanye berjudul "Stop Killer Robots", mendesak negara-negara untuk melarang senjata otonom sepenuhnya, yang mungkin melewati batas moral. Selain itu, mengganti unit tentara tradisional dengan mesin mungkin membuat keputusan untuk berperang lebih mudah dan karenanya, meningkatkan ketegangan dan konflik.

Pada KTT G20 yang baru-baru ini diadakan di Jepang, Turki telah menyerukan untuk menyusun standar, etika, dan norma internasional untuk mengatur teknologi AI.

April lalu, UE telah mengeluarkan pedoman bagi perusahaan dan pemerintah untuk mengembangkan AI, termasuk kebutuhan akan pengawasan manusia, bekerja menuju kesejahteraan masyarakat dan lingkungan dengan cara yang tidak diskriminatif, dan menghormati privasi.[anadolu/fq/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version