PURWOKERTO (voa-islam.com) — Sejak 2005 hingga saat ini, Susanti menjadi dosen di Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Ia bersama tim peneliti Nottingham for Clinical Research and Training (NICCRAT) terbiasa melakukan riset di bidang diagnostik molekuler. Hal inilah yang mengilhami Susanti untuk mendirikan start up PathGen Diagnostik Teknologi untuk menguatkan deteksi dini dan pencegahan kanker usus di Indonesia.
Keahliannya di bidang diagnostik molekuler didapat Susanti saat studi master di Australian National University, Canberra, dengan mendalami program biomedik. Selain itu, Susanti juga melakukan riset angiogenesis tentang pembentukan pembuluh darah baru yang dibutuhkan untuk sel kanker berpindah tempat. Risetnya kemudian diperdalam kembali setelah berhasil mendapatkan beasiswa doktoral bersama 20 orang lainnya dari The Australian Prime Minister Endevour Postgraduate Award.
Pada tahun 2014 Susanti menderita kanker usus stadium 3. Dirinya sebagai ilmuwan yang meneliti kanker merasa heran mengapa di usianya yang belum menyentuh angka 60-70 tahun dapat terkena penyakit kanker. Akhirnya ia memutuskan berobat di Yogyakarta. Hal ini membuatnya bimbang untuk melanjutkan studi doktoralnya atau tidak. Akan tetapi, ia batal melanjutkan studi doktrolanya di Australia lantaran mendapatkan beasiswa dari Islamic Development Bank untuk kuliah di School of Medicine Nottingham University, UK.
Ciptoaji, suami Susanti, mendukungnya agar kembali melakukan riset sekaligus menyingkap misteri kanker usus pada usia di bawah 60-70 tahun. Tren global menunjukkan pasien kanker usus di usia muda berkisar 8%. Sementara untuk kasusnya di Indonesia jauh lebih tinggi berkisar 35-40%. Selain itu, sekitar 20% pasien muda kanker usus diketahui akibat kelainan genetik. Sementara 80% lainnya karena faktor yang belum jelas sehingga memotivasi Susanti untuk lebih jauh menyingkap misteri ini.
“Kalau nanti dari pertanyaan ini tidak ada kelainan genetk lain, sel imun tidak ada perbedaan, baru melihat ke faktor risiko lain, seperti makanan, rokok, ataupun paparan radiasio,” terang Susanti sebagaimana yang dikutip oleh Koran Kompas pada Sabtu (12/06).
Bagi Susanti meriset kanker usus sangat bermanfaat agar bisa mendeteksi dini sebelum jauh lebih parah. Dengan diagnostik molekuler, pasien kanker usus bisa terbantu mendapatkan pengobatan yang sesuai dengan kondisinya. Bila menderita kanker usus karena faktor genetik, anggota keluarga lain dapat segera mendapatkan deteksi dini untuk pencegahan.
Karena itulah, Susanti bersama tim peneliti NICCRAT menghasilkan kit tes diagnostik molekuler untuk mendeteksi kanker usus dengan biaya murah. Maka, Susanti bersama timnya mendirikan start upPathGen Diagnostik Teknologi. Tanpa diduga, PathGen masuk start up inkubasi LIPI yang akan mewakili Indonesia di ajang inovasi sosial startup dari Extreme Tech Challenge pada 22 Juli mendatang di California, Amerika Serikat. [syahid/voa-islam.com]
sumber: muhammadiyah.or.id