View Full Version
Ahad, 01 May 2022

Perubahan Twitter Setelah Diambil Alih Elon Musk: Binasakan Bot dan Netral Secara Politik

AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Twitter Inc. pada Senin (25/4/2022) malam mengumumkan telah menerima tawaran fantastis senilai 44 miliar dollar AS atau lebih kurang Rp633 triliun dari Elon Musk.

Media sosial yang digunakan lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia per hari itu pun akan menjadi perusahaan privat, bukan lagi perusahaan publik. Tentu hal ini membuat orang bertanya mengenai perubahan apa kira-kira yang akan terjadi pada Twitter. Salah satu sinyal perubahan yang cukup kuat adalah Musk akan mengembalikan kebebasan berbicara di Twitter.

“Agar Twitter layak mendapatkan kepercayaan publik, itu harus netral secara politik, yang secara efektif berarti mengecewakan sayap kanan dan kiri secara setara,”ujar Elon Musk dalam cuitannya, Kamis (28/04/2022).

Sebelumnya ia juga mengatakan kebebasan berbicara adalah landasan demokrasi yang berfungsi, dan Twitter adalah alun-alun kota daring di mana hal-hal penting bagi perdebatan masa depan umat manusia.

“Saya juga ingin membuat Twitter lebih baik dari sebelumnya dengan meningkatkan produk dengan fitur-fitur baru, membuat algoritma open source untuk meningkatkan kepercayaan, mengalahkan bot spam, dan mengautentikasi semua manusia,” tambahnya.

Kalimat “mengautentikasi semua manusia” bukanlah pertama kalinya keluar dari mulut Elon Musk. Pada 22 April lalu mengatakan hal yang sama.

 

Berantas Bot

Selain itu, perubahan yang ingin Musk lakukan di Twitter adalah soal bot spam yang menurutnya adalah masalah paling menyebalkan. Bot sendiri dapat diartikan akun yang mengirim post, atau berinteraksi dengan pengguna Twitter lain secara otomatis.

Bot Twitter sendiri mudah dibuat dan banyak fungsinya. Twitter memfasilitasi API bagi developer yang ingin membuat bot sendiri. Base atau menfess adalah salah satu contoh akun bot.

Namun bot yang ingin Musk binasakan adalah spam bot, yang mengirim tweet atau mengomentari postingan dengan tidak terkendali, bahkan sering adanya link mencurigakan.

Time menyorot banyaknya bot penipuan kripto yang membanjiri platform burung biru tersebut. Bot seperti ini adalah akun yang banyak sekaligus, bergerak secara terorganisir dan otomatis. Mereka lolos sensor dan deteksi spam oleh Twitter.

Solusi dari Elon Musk adalah mengautentikasi masing-masing akun.

Menurutnya akun Twitter yang tersisa adalah akun yang memang ada manusia di baliknya, bukan hasil bot ternak (bot farm).

Belum tahu secara pasti mekanisme seperti apa yang akan Elon Musk gunakan untuk autentikasi ini. mungkin foto, atau nomor HP.

 

Sisi keamanan pengguna

Namun tentu saja akan ada kontra dari berbagai pihak, khususnya yang mengkhawatirkan sisi keamanan dan privasi dari pengguna.

“Sikapnya tentang kebebasan berbicara dan menghapus sensor benar-benar kekanak-kanakan dan naif,” kata Jean Burgess profesor di Universitas Teknologi Queensland mengutip ABCnews.

“Pada saat yang sama, saya yakin bahwa dia akan memilih untuk menentang semua jenis norma dan peraturan jika dia pikir dia bisa lolos begitu saja.”

“Tidak hanya dalam hal privasi pengguna sehubungan dengan Twitter itu sendiri, karena verifikasi akan memerlukan akses terhadap data pribadi yang sensitif, tetapi dalam hal keamanan dari rezim otoriter, atau atasan yang represif,”tambah Jean Burgess.

Selanjutnya beberapa pengguna bahkan mengatakan lebih memilih tetap terkeliling bot spam daripada harus membuka identitasnya. Pengguna lain mengangkat risiko pengguna yang menyampaikan kebenaran di pemerintahan yang otoriter di bawah akun anonim.

Jane Manchun Wong, menyorot risiko autentikasi bagi orang-orang di negara-negara dengan pemerintahan otoriter.

“Bagaimana kita bisa memastikan orang-orang dari wilayah berisiko yang harus menggunakan nama samaran untuk mendapatkan kebebasan mengungkapkan kebenaran sambil membuktikanbahwa mereka adalah manusia nyata tanpa membuka penyamaran mereka?,”

Masih belum jelas apakah Musk akan membuat perubahan pada kebijakan privasi perusahaan. Dia belum mengumumkan rencana untuk mengubah banyak hal dan mungkin akan menghadapi reaksi jika data pengguna menjadi kurang aman. Memiliki Twitter bisa membuat Musk mengendalikan data pengguna yang lebih sensitif daripada yang ia kumpulkan lewat perusahaannya, Tesla dan SpaceX.

Penguasaan Twitter sangat mungkin akan menjadi babak baru yang bisa menimbulkan krisis antara otoritas atau pemerintahan dengan perusahaan teknologi. [syahid/voa-islam.com]

sumber: www.inilah.com


latestnews

View Full Version