View Full Version
Senin, 11 Oct 2021

Nilai Insan dari Ucapan Lisan

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam.  Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Lisan adalah juru bicara bagi diri manusia. Nilainya ditentukan pada ucapan lisannya. Al-Qur’an mengajarkan manusia agar berbicara yang baik.

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا

. . . dan bertutur katalah yang baik kepada manusia. . .” (QS. Al-Baqarah: 83)

Begitu juga Nabi  Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengarahkan kita agar berbicara yang bermanfaat.

Karena setiap ucapan itu tercatat dan ada tanggung jawabnya.

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf: 18)

Ketika Mu’adz bertanya kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, “Apakah kita akan disiksa karena sebab ucapan kita?”

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab,

ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ في النَّار عَلَى وُجُوهِهِمْ أَو عَلَى مَنَاخِرهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهمْ

Celaka kamu ini,  justru kebanyakan orang yang muka dijerumuskan ke neraka akibat dari ucapannya.” (Al-Tirmidzi)

المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

Tanda orang muslim yang benar itu apabila kaum muslimin aman dari lisan dan tangannya.” (Muttafaq ‘Alaih)

Orang bijak berkata bahwa ada enam tanda orang bodoh:

  1. Berbicara tidak bermutu.
  2. Marah tanpa sebab.
  3. Memberi bukan pada tempatnya.
  4. Percaya kepada setiap orang.
  5. Tidak bisa menyimpan rahasia.
  6. Tidak tahu siapa kawan dan siapa lawan.

Luqman al-Hakim, orang Bijak, mengatakan bahwa diam itu ilmu, tetapi sedikit orang yang mempraktikkannya.

Ibnu Hibban al-Basti menyampaikan kepada para intelektual bahwa lisan itu menggambar sepuluh hal:

  1. Sebagai ekspresi ucapan.
  2. Sebagai ungkapan hati dan perasaan.
  3. Menjawab pertanyaan.
  4. Memutus perkara.
  5. Sebagai stimulus keperluan.
  6. Mengungkapkan sesuatu.
  7. Menghilangkan permusuhan.
  8. Mengungkapkan rasa cinta.
  9. Menghibur hati orang.
  10. Menghilangkan rasa sedih. (Raudhatul ‘Uqala wa Jannaatul Fudhala’: 43)

Kelemahan lisan itu ketika digunakan untuk sesuatu yang negatif. Seperti; mengobrol yang tidak berguna, bicara yang tidak benar, cerita bohong, debat kusir, mencaci orang, bicara yang dibuat-buat lelaki seperti wanita dan sebaliknya, menyanyi yang tidak bermutu, becanda yang menimbulkan pertikaian, mengejek orang lain, mengadu domba, berjanji palsu, ungkapan rasialis, hate speech, dan lain-lain.

Agar kita selamat di hadapan Allah atau pada manusia, sepantasnya kalau lisan ini dipenjara, kecuali untuk yang bermanfaat.

Hikmah luar biasa ketika Nabi Zakariya 'Alaihis Salam diperintahkan untuk tidak berbicara selama tiga hari agar mendapatkan keturunan.

Berkata Zakariya: "Berilah aku suatu tanda (bahwa isteriku telah mengandung)". Allah berfirman: "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari".” (QS. Ali Imran: 41)  

Alangkah indahnya bila lisan kita digunakan untuk berdakwah agar manusia kembali kepada Allah dan beramal shalih.

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushilat: 33)

  • Sumber: Menemukan Kehidupan yang Hilang, Ustadz Farid Ahmad Okbah, hal. 93-96.

latestnews

View Full Version