View Full Version
Senin, 12 Sep 2022

Salah Kaprah Sikapi Harga-Harga Naik, ''Sabar Saja, Jangan Ngeluh!''

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Pasca kenaikan harga BBM –khususnya BBM rakyat kecil; Pertalite dan Solar- pada bermunculan poster, flayer, meme dan yang serupa; mengajak bersabar, pasrah dan menerima begitu saja sebagai ketetapan takdir. Terkesannya, tidak boleh melakukan protes; apalagi demo atas kebijakan pemerintah tersebut. Di antaranya:

Menanggapi ‘peluang’ salah kaprah atau menggirikan kepada kesimpulan salah, muncul tulisan mencerahkan dari Ustadz Farid Nu'man Hasan berjudul, “Harga-Harga Naik, Sabar Saja, Jangan Ngeluh!”.

Tulisan tersebut sudah tersebar dan viral di beberapa platform media sosial, salah satunya WA dalam sepekan terakhir. Kami menilai tulisan tersebut cukup mencerahkan dan bisa menundukkan persoalan secara proporsional. Kapan kita sabar dan tawakkal? Dan kapan pula kita tetap kritis dan membela hak-hak rakyat serta melawan kesewenang-wenangan penguasa?

Diawal tulisan Ustadz Farid Nu’man mengawali dengan menginformasikan keberadaan meme yang dikatakan dari sebuah hadits. “Beredar meme yg memuat sebuah hadits agar kita tidak mengeluh atas kenaikan harga, cukup sabar dan tawakkal,” tulisnya. 

Subtansi isi meme tersebut benar untuk mengajak sabar, namun terkesan dimunculkannya dengan kepentingan untuk pasif dan pasrah saja.

“Haditsnya tentu benar yaitu mengajarkan sabar. Tapi Sabar bukanlah bermakna pasif dan bukan pula tidak boleh kritis. Itu menempatkan hadits bukan pada tempatnya.” 

Beliau melanjutkan, “Al Quran sendiri merinci sifat orang-orang bersabar itu: tidak lemah, tdk lesu, dan tidak tinggal diam. (QS. Ali Imran: 146)”

Di sisi lain, seharusnya pembuat meme tersebut hendaknya bisa berbuat adil dan sportif, jangan hanya menuntut rakyat untuk jangan mengeluh, tapi juga hendaknya mengingatkan pemimpin/penguasa dengan hadits:

اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ هَذِهِ أُمَّتِي شَيْئاً فَرَفَقَ بِهِمْ، فَارْفُقْ بِهِ. وَمَنْ شَقَّ عَلَيْهَا فَاشْفُقْ عَلَيْهِ

 “Ya Allah, siapa saja yang memimpin/mengurus urusan umatku ini, yang kemudian ia menyayangi mereka, maka sayangilah ia. Dan siapa saja yang menyusahkan mereka, maka SUSAHKANLAH DIA.”(HR. Muslim no. 1828)

Jangan sampai pembuat meme ini mirip seperti yangRasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam gambarkan:

إِذَا رَأَيْت أُمَّتِي تَهَابُ فَلَا تَقُولُ لِلظَّالِمِ يَا ظَالِمُ فَقَدْ تُودِّعَ مِنْهُمْ

Jika kau melihat umatku ketakutan dan tidak berkata kepada orang zalim Wahai Zalim maka Allah akan tinggalkan mereka.” (HR.Ahmad, Al Bazar,Al Hakim, beliau nyatakan: shahih. Disepakati Adz Dzahabi)

Sungguh menasehati kebijakan pemimpin yangkeliru adalah salah satu perkara penting dalam Islam, sebagaimana hadits:

الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ

"Agama itu adalah nasihat." Kami bertanya, "Nasihat untuk siapa?" Beliau menjawab, "Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan para pemimpin kaum muslimin, serta kaum awam mereka." (HR. Muslim no. 55)

Imam Al Khathabi menjelaskan bahwa NASIHAT itu tonggak dan tiangnya agama. Beliau Rahimahullah mengomentari makna hadits tersebut : 

 وَمَعْنَى الْحَدِيث : عِمَاد الدِّين وَقِوَامه النَّصِيحَة . كَقَوْلِهِ : الْحَجُّ عَرَفَة أَيْ عِمَاده وَمُعْظَمه عَرَفَة

Makna hadits (agama adalah nasihat) adalah: *tiang agama dan penyangganya adalah nasihat.* Ini seperti sabdanya: haji adalah ‘arafah artinya tiang dan ang paling penting dari haji adalah (wukuf) di ‘Arafah.”(Dikutip An Nawawi, Syarh Shahih Muslim, 1/144)  

Maka, siapa pun yang menasihati kekeliruan kebijakan pemimpin dgn cara santun, argumentatif, maka dia sedang menegakkan agama. 

Kebalikannya, selalu menjadi pembela kebijakan yang salah dan mencekik dengan berbagai dalil-dalil, tidak peduli benar atau salah, asal bela saja, adalah perilaku menjilat yang terlarang. 

Nabi Shalallahu'Alaihi wa Sallam bersabda:

اسْمَعُوا، هَلْ سَمِعْتُمْ أَنَّهُ سَيَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ؟ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ الحَوْضَ

"Dengarkanlah, apakah kalian telah mendengar bahwa sesudahku nanti akan ada para pemimpin. Siapa yang masuk kepada mereka, lalu membenarkan kedustaan mereka dan mendukung kezaliman mereka, maka dia bukan golonganku, aku juga bukan golongannya. Dia juga tak akan menemuiku di telaga." (HR. Al-Tirmidzi no. 2259, Al-Nasa'i no. 4208, Shahih)

Demikian. Wallahul Muwafiq Ilaa Aqwamith Thariq. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version