View Full Version
Selasa, 31 Jan 2023

Adab Saat Menguap

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah, keluarga dan para sahabatnya.

Apabila seseorang akan menguap maka hendaknya ia menahannya semampunya. Yaitu menutup mulutnya rapat-rapat agar tidak menguap. Bisa dengan mengatupkan gigi-giginya dan mengatupkan bibir atas dan bawah sehingga mulut tidak terbuka. Ini berdasarkan hadits Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,

اَلتَّثَاؤُبُ مِنْ اَلشَّيْطَانِ فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَكْظِمْ مَا اِسْتَطَاعَ

Menguap itu termasuk perbuatan setan maka bila seseorang di antara kamu menguap hendaklah ia menahan sekuatnya.” (HR. Muslim)

Jika tidak mampu mempertahan mulutnya tetap tertutup maka hendaknya ia meletakkan tangannya ke mulutnya. Ia menutup mulutnya dengan tangannya berdasarkan hadits riwayat Muslim, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menerangkan tentang menguap,

إذا تَثاءَبَ أحَدُكُمْ، فَلْيُمْسِكْ بيَدِهِ علَى فِيهِ، فإنَّ الشَّيْطانَ يَدْخُلُ

Apabila salah seorang kalian menguap, hendaknya ia meletakkan tangannya di mulutnya. Sebab, setan akan masuk.

Adab ini berlaku dalam shalat maupun di luar shalat. Sedangkan di dalam shalat lebih  ditekankan karena terkait adab seorang mushali di hadapan Allah dan peluang setan mengganggu dalam shalatnya.

Imam al-Nawawi rahimahullah berkata tentang menguap ini,  

وسواء كان التثاؤب في الصلاة أو خارجها : يستحب وضع اليد على الفم , وإنما يكره للمصلي وضع يده على فمه في الصلاة إذا لم يكن حاجة كالتثاؤب وشبهه

Sama saja menguap ini di dalam shalat atau di luar shalat: dianjurkan meletakkan tangan di mulut. Orang yang shalat dimakruhkan meletakkan tangannya ke mulutnya dalam shalat apabila tidak ada hajat seperti menguap dan semisalnya.” (Al-Adzkar: 346)

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah dalam kumpulan fatwa “Fatawa Nuur ‘ala Darb” berkata, “menguap itu dari setan. Keterangan itu shahih dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Karenanya, apabila seseorang menguap, baik di dalam shalat atau di luar shalat, sepantasnya untuk menahan menguapnya itu semampunya. Jika tak kuasa, hendaknya ia meletakkan (menutupkan) tangannya ke mulutnya; baik di dalam shalat maupun di luar shalat.”

Sementara Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz, atau yang lebih dikenal dengan Syaikh Bin Bazz –rahimahullah-, memberikan penjelasan lebih rinci tentang adab menguap ini.

“Petunjuk Sunnah bagi seorang mukmin apabila menguap untuk menahan semampunya. Menahan mulutnya –untuk tidak terbuka- semampunya.”

Jika ia tak kuasa menahannya, kata beliau:

وأن يضع يده على فيه ولا يقل: هاه ولا يفتح فاه، هكذا نهى النبي ﷺ وأمر، أمر بوضع اليد على الفم وأن يكظم ما استطاع

“Dan hendaknya ia meletakkan tangannya ke mulutnya dan tidak bersuara “Haah” dan jangan membuka mulutnya. Demikianlah yang dilarang oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Beliau memerintahkan untuk meletakkan tangannya dan menahan menguapnya semampunya.”

Beliau menambahkan alasan larangan membuka mulut lebar-lebar saat menguap,  

فإن الشيطان يدخل في فيه

“Karena setan akan masuk ke mulutnya,” tambahnya.

ولكن يكظم ما استطاع ويضع يده على فيه ولا يتكلم بشيء حتى ينتهي، لا يقرأ ولا يتكلم حتى ينتهي التثاؤب، هذا هو المشروع

“Tetapi hendaknya ia menahan (menguapnya) semampunya dan meletakkan tangannya ke mulutnya serta tidak berkata-kata apapun sehingga selesai menguapnya. Janganlah ia membaca dan jangan pula berkata-kata sehingga menguapnya selesai. Inilah yang disyariatkan.”

Kemudian beliau memberikan beberapa langkah yang dikerjakan saat menguap:

Pertama, menahan menguapnya semampunya; yaitu mengatupkan mulutnya semampu dirinya.

Kedua, meletakkan tangannya ke mulutnya.

Ketiga, janganlah ia berkata (bersuara): Haah.

Keempat, hendaknya ia mengendalikan lisannya dan tidak mengucapkan sesuatu, sedikit atau banyak. Demikian sunnah yang datang dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

[Baca: Tahan Menguap Saat Shalat!]

Perlu ditambahkan di sini, walaupun menguap itu berasal dari setan namun kita tidak disyariatkan membaca isti’adzah saat menguap. Alasannya apa?Karena tidak ada petunjuk dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan para sahabatnya. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version