View Full Version
Jum'at, 23 Aug 2019

Papua Membara; Kedaulatan Meregang!

Oleh: Harits Abu Ulya (Pengamat Intelijen & Terorisme, Dir CIIA)

Kasus mahasiswa asal Papua di Surabaya dan Malang hanyalah pemantik saja. Sejatinya Papua sudah sejak zaman orde baru berlanjut sampai rezim Jokowi ini menyimpan kompleksitas persoalan yang belum tuntas.

Selama ini terkesan Papua dielus dengan "kemanjaan" oleh seluruh orde.

Satu sisi Papua adalah sumber keuntungan ekonomi yang sangat besar kontribusinya untuk Jakarta, dan disisi lain Jakarta juga di bayang-bayangi rasa kawatir Papua lepas dari NKRI.

Di samping pola penanganan masalah selalu gagap karena takut sorotan pihak asing (Luar Negeri). Banyak spionase asing dengan beragam cover fokus di Papua dengan agenda yang bisa mengancam kedaulatan NKRI atas Papua.

Laksana bara dalam sekam, kompleksitas persoalan yang menahun tersebut jika ada pemantiknya maka dengan mudah Papua terbakar.

Pemantik itu bisa saja by design oleh oknum-oknum tertentu di saat ada momentum yang tepat. Aparat perlu memburu sumber-sumber pusat provokasi.

Kasus Papua tidak boleh di anggap sederhana, kecil bahkan dianggap kejadian biasa. Jika Jakarta tidak cepat bertindak maka berpeluang menjadi buah simalakama.

Jangan lupa bahwa di Papua ada gerakan separatis OPM yang terus bekerja untuk melepaskan Papua dari NKRI. Pihak asing juga melihat Papua sangat seksi dan menarik untuk dikangkangi.

Di saat ada momentum yang menguntungkan, maka tidak menutup kemungkinan kontraksi di Papua kali ini akan sulit di selesaikan dan OPM bisa saja menunggangi. Dan pihak asing juga terus bekerja "mengawal" isu Papua sampai target mereka tercapai.

Seyogyanya Pertama, pemerintah Pusat melalui tokoh-tokoh kunci di Papua secepatnya membangun komunikasi persuasif dan softh agar reda dan eskalasi aksi, keresahan bahkan potensi kerusuhan berikutnya bisa terkendali.

Kedua, Di waktu berikutnya, pemerintah pusat harus punya komitmen tinggi untuk menjaga kadaulatan NKRI di Papua, tegas bersikap terhadap setiap anasir yang bisa mengancam kadaulatan tanpa risih atau takut sorotan pihak asing.

Ketiga, yang lebih penting adalah pembangunan yang memakmurkan, mencerdaskan, mamanusiakan orang Papua, berperadaban tinggi dan berkeadilan harus tegak berkibar di Papua.

Penulis rasa kecondongan ingin memisahkan diri dari NKRI baik melalui ranah politik, referendum atau perlawanan fisik dengan sendirinya bisa tereduksi jika pembangunan berhasil.

Karena orang Papua akan bangga menjadi orang Indonesia seutuhnya. Tidak lagi diposisikan laksana "sapi perah" sementara hidupnya tetap terus di "kandang".Semoga Papua segera dingin damai.


latestnews

View Full Version