View Full Version
Selasa, 22 Oct 2019

Refleksi Hari Santri di Kota Santri

 

Oleh:

Eriga Agustiningsasi, S.KM, pemerhati generasi

 

INDONESIA dengan jumlah penduduk terbesar ke 4 di dunia, menjadikannya sekaligus menyandang predikat negara bependuduk muslim terbsar di dunia. Pasalnya lebih dari 87 persen penduduknya beragama Islam. Mereka tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dari pulau Sumatra hingga Papua. Tak terkecuali Pulau Jawa.

Pulau Jawa terkenal dengan kepadatan penduduknya. Sebanyak 42.030.633 jiwa (2017) menetap di pulau ini. Wajar jika kegiatan perekonomian negara terpusat di negeri ini. Akses Pendidikan hingga layanan umum lainnya sangat mudah dijangkau masyrakat. Budaya dan agamapun sangat beragam di pulau ini. Walau begitu, ada satu ciri khas dari salah satu provinsi di ujung timur dari Pulau Jawa. Ya. Provinsi Jawa Timur.

Jawa Timur terkenal dengan provinsi yang paling banyak pondok pesantrennya. Bahkan, terdapat pondok pesantren yang sangat terkenal.Hampir seluruh penduduk Jawa Timur mengenalnya. Logikanya, jika jumlah pondok pesantren sangat banyak, apalagi jumlah santrinya, dapat dipastikan lebih banyak lagi.

Potensi pesantren di Provinsi Jawa Timur sangatlah besar. Wajar jika beberapa kota yang ada di provinsi ini memiliki sebutan yang hampir sama sebagai kota santri. Dari Kabupaten Jember sebagai kota seribu pesantren, Situbondo, Pasuruan serta Probolinggo sebagai kota santri hingga Jombang dengan Pesantren yang sangat terkenal. Predikat santri sangat lekat di daerah ini. Artinya banyak generasi terutama generasi muda yang mengenyam pendidikan agama lebih dalam.

Pendidikan agamalahyang diharapkan mampu menjadikan generasi khususnya generasi muda untuk berakhlak mulia, menjadi pemimpin yang bertakwa, calon pemimpin di tengah masyarakat. Mampu mengawal perubahan umat menuju perubahan yang islami, yakni semakin menambah ketaatannya kepada Allah dalam setiap perilakunya

Namun jumlah pondok pesanteren beserta santrinya yang banyak nyatanya belum mampu mewakili kondisi yang ada pada provinsi ini. Provinsi yang diharapkan menjadi teladan untuk daerah lainnya nyatanya masih menyisahkan PR besar khususnya untuk generasi.

Nilai-nilai santri yang diajarkan dalam pondok pesantren belum terterapkan secara sempurna. Nilai-nilai keagamaan nyatanya tak seluruhnya dipakai, diterapkan dan di sebarkan sebagai standar dalam berperilaku. Halal dan haram tak lagi menjadi standar baku dalam berperilaku.

Nilai-nilai mulia itu belum tampak secara signifikan. Pasalnya tidak sedikit kasus moral dan kriminal terjadi di provinsi dimana daerahnya berpredikat kota santri. Sebut saja predikat Jawa Timur sebagai provinsi ke dua dengan angka tertinggi HIV/AIDS setelah Papua (2017). Belum lagi kasus aborsi akibat perzinahan marak hampir merata terjadi. Jangankan untuk menyebarkan nilai Islam, perkara menjadikan nilai-nilai Islam sebagai standart berperilaku masih jauh panggang dari api.

Oleh karena, butuh peran dari berbagai pihak untuk mengatasi hal ini. Akibat meninggalkan Islam sebagai standar berperilaku, generasi muda terancam masa depannya dengan kebahagiaan semu. Pemahaman agama, halal dan haram hanya sebagai teori, namun di masyarakat tak berlaku.

Mari di momen hari santri kali ini kita tanamkan pada diri spirit santri yang sesungguhnya. Menjadikan nilai Islam sebagai standar berperilaku, berhukum hanya dengan aturan Allah, halal atau haram, bukan manfaat secara materi belaka. Tentu mustahil diwujudkan tanpa ada kerjasama antara masyarakat, pihak pondok pesantren dan Pemerintah terkait untuk bersama-sama mewujudkan spirit santri di Provinsi yang terkenal dengan banyak kota seribu santri. Tak lupa bagi pemerintah pusat untuk senantiasa menerapkan nilai-nilai Islam dalam suatu sistem pemerintahan Islam. Islam rahmatan lil alamin. Rahmat bagi seluruh semesta alam.*


latestnews

View Full Version