View Full Version
Selasa, 23 Feb 2021

Pangeran Diponegoro Abad ke-20: Asy-Syahid KH. Zainal Musthafa (Bagian 2-Selesai)

Oleh: Tatang Hidayat

(Penulis Perjuangan KH. Zainal Musthafa dalam Jurnal Ulumuna Vol.23 No.2 tahun 2019 UIN Mataram)

Kesepuluh, senjata yang digunakan oleh pasukan Sukamanah mayoritas terdiri dari pedang bambu, namun atas izin Allah Subhanahu Wa Ta’ālā pedang bambu tersebut bisa lebih tajam dari pedang yang digunakan oleh pihak musuh. Hal yang menarik, ternyata pedang bambu tersebut sangat menakutkan pihak Jepang, pasca peperangan tentara Jepang menyisir pedang bambu untuk diamankan. Namun atas izin Allah Subhanahu Wa Ta’ālā di salah seorang cucu Asy-Syahid KH. Zainal Musthafa masih menyimpan pedang bambu tersebut sebagai bukti nyata bahwa pedang bambu adalah senjata yang digunakan oleh pasukan Sukamanah.

Ada 2 lagi pedang bambu yang tersimpan di Museum Mandala Wangsit Siliwangi Bandung. Dengan demikian total pedang bambu yang baru diketahui ada 3. Peneliti selanjutnya baiknya menelusuri dan mencari pedang bambu yang lainnya sebagai warisan kekayaan para pahlawan dan syuhada Nusantara yang terindikasi masih ada yang menyimpannya pada keturunan pasukan Sukamanah.

Kesebelas, pasca peperangan hari itu juga Asy-Syahid KH. Zainal Musthafa dan para komandan perangnya di tangkap dan mengalami beberapa siksaan. Namun yang luar biasa, sifat kesatria Asy-Syahid KH. Zainal Musthafa untuk melindungi para prajuritnya, beliau rela menanggung semua perlawanan Sukamanah untuk ditimpakan kepada beliau, dan beliau memerintahkan kepada pasukan lainnya untuk menyelamatkan diri sendiri. Dari kejadian tersebut, Asy-Syahid KH. Zainal Musthafa harus merelakan dirinya mengalami berbagai siksaan, seperti di tembak, di pukul, di siksa, dilindas pakai mesin silinder, bahkan digusur dari padayungan hingga kaum namun berkat pertolongan Allah beliau tidak apa apa, bahkan gamisnya masih utuh. Memang berbagai bukti penyiksaan ini mesti ditelusuri lagi kevalidannya.

Kedua belas, setelah melewati berbagai siksaan, Asy-Syahid KH. Zainal Musthafa dipindahkan ke Ancol dan disanalah beliau mengalami eksekusi. Hal ini yang perlu diluruskan, dahulu kita mengenal bahwa beliau dieksekusi dengan cara dipenggal, bahkan kisah beliau pun masuk dalam salah satu adegan Film Sang Kyai. Namun setelah ditelusuri kebenarannya oleh pihak keluarga, eksekusi Asy-Syahid KH. Zainal Musthafa ternyata bukan dipenggal, tetapi dengan cara beliau duduk di atas papan yang sudah disimpan dibawahnya paku-paku dan dikubur hidup-hidup. Hal tersebut terkonfirmasi saat pihak keluarga menyaksikan penggalian jasad beliau beserta 17 santrinya yang telah dieksekusi dari ancol yang dipindahkan ke Sukamanah ternyata jasad beliau dan 17 santrinya masih utuh. Jasad Asy-Syahid KH. Zainal Musthafa masih utuh lengkap dengan sorban warna kuning emas, tasbih, dan jubahnya serta kepala beliau tidak putus meskipun kurang lebih 29 tahun sudah dikubur. Sorban warna kuning emas, dan 2 pedang bambu masih tersimpan di Museum Mandala Wangsit Siliwangi Bandung.

Ketiga belas, dengan ditemukannya jasad beliau setelah 29 tahun tidak diketahui keberadaanya, asbab penelusuran seorang santri beliau Kolonel Syarip Hidayat, akhirnya jasad beliau beserta 17 santrinya dipindahkan ke komplek taman makam Pahlawan Sukamanah. Perlu ada narasi yang diluruskan selama ini, bahwa kejadian saat itu bukan pemindahan kerangka jenazah, tetapi pemindahan jenazah Asy Syahid KH. Zainal Musthafa, karena jasad beliau memang masih utuh. 

Keempat belas, Pesantren Sukamanah merupakan satu-satunya  pesantren di Indonesia yang memiliki Taman Makam Pahlawan. Oleh karena ini, ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Jawa Barat pada umumnya, dan Tasikmalaya pada khususnya bahwa pendahulu mereka adalah para mujahidin yang ikhlas memperjuangkan agama dan bangsanya. Dengan demikian, seharusnya masyarakat Tasikmalaya dan Jawa Barat malu jika saat ini ada yang menjadi penjilat kekuasaan atau bersekongkol dengan para penjajah secara pendahulu mereka adalah para pejuang yang rela mati demi melawan penjajahan dan penjajahan.

Kelima belas, jika zaman penjajah Belanda yang menendang bola salju lahirnya perlawanan nasional adalah dalam perang Jawa (1825-1830) yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro dengan menewaskan 15000 serdadu Belanda dan mengeruk kekayaan Belanda hingga 20 juta golden. Maka, saat zaman penjajahan Jepang dapat dinyatakan perjuangan Asy-Syahid KH. Zainal Musthafalah layaknya yang menendang bola salju perlawanan nasional itu, karena pasca perlawanan tersebut akhirnya timbul beberapa perlawanan di berbagai daerah salah satunya di Indramayu. 

Keenam belas, sebelum terjadinya peperangan hari Jum’at, 25 Februari 1944, ba’da shalat Jum’at ada 4 orang kenpeitei datang ke Sukamanah dan berteriak teriak padahal shalat Jum’at masih diselenggarakan. Setelah shalat Jum’at selesai, Asy-Syahid KH. Zainal Musthafa menemui mereka dan terjadi dialog, karena dialog buntu akhirnya seorang kenpetei Jepang menembakkan pelurunya ke kepala Asy-Syahid KH. Zainal Musthafa namun beliau tidak apa-apa dan beliau langsung berteriak mengucapkan suatu do’a “Hancur Siah Jepang” . Do’a ini menjadi hal menarik, karena do’a yang diucapkan oleh seorang ulama yang sedang dizalimi akhirnya diijabah oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ālā. Pasca perlawanan Sukamanah, pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 Jepang dihancurkan bom atom oleh sekutu di Hiroshima dan Nagasaki.

Ketujuh belas, perlawanan Sukamanah meskipun lingkupnya lokal, namun pengaruhnya hingga nasional bahkan Internasional. Bahkan sebagian kalangan mengatakan bahwa perlawanan Sukamanah tidak hanya mengguncang Tokyo, tetapi juga mengguncang Jerman dan Amerika.

Masih banyak sebenarnya beberapa misteri berkaitan dengan sejarah perjuangan Asy Syahid KH. Zainal Musthafa dan Perlawanan Sukamanah, terutama jejaring ulama dan santri santri beliau yang menyebar ke berbagai daerah, pemikiran-pemikran yang beliau tinggalkan dalam bentuk karya tulis serta masih banyak misteri lainnya yang belum terungkap.

Sangat berat menelusuri jati diri ulama-ulama pejuang, apalagi karya tulis yang beliau tinggalkan sangat sedikit, itulah yang saya alami sejak tahun 2014 mengkhidmatkan diri menelusuri lorong-lorong sejarah yang sunyi tentang ulama-ulama pejuang khususnya di Jawa Barat. 

Jikalah hati dapat mengungkapkan apa yang dirasa sejak tahun 2014 dalam mengkhidmatkan diri dan mencurahkan apa yang saya bisa dalam menelusuri lorong-lorong sejarah Asy-Syahid KH. Zainal Musthafa yang sunyi, wajah terasa panas dan pipi bahas oleh air mata yang tumpah nyaris tak terasa, dada terasa bergetar dan menjadi sesak.

Matahari terbit yang harusnya bergairah menjadi lesu, senja menjadi sendu, mendung akan membiarkan pelangi itu pergi tak ada lagi warna dalam kehidupan, purnama menjadi gerhana, terang menjadi gelap sekejap mata, bumi yang luas serasa menyempit, keramaian dunia berubah menjadi sunyi, langit pun terasa runtuh, berat-berat jika bukan karena suratan takdir ketetapan Yang Maha Kuasa. 

Apa yang saya lakukan adalah meneladani dan melanjutkan apa yang telah dilakukan peneliti sebelumnya :

Danoemihardja, Syarif Hidayat, 1970, Kiai Hadji Zainal Musthafa: Pemimpin dan Penggerak Pemberontakan Singaparna 25 Februari 1944, tanpa nama penerbit

Prof. Dr. Ahmad Mansyur Suryanegara , Gerakan Protes Pesantren Sukamanah yang dipublikasikan pertama kali dalam karya beliau Menemukan Sejarah (1994).

Hikmat Kurnia (1991) Peristiwa Sukamanah : Sebuah Studi Kasus Gerakan Protes Pesantren Sukamanah Tasikmalaya terhadap Pemerintahan Balatentara Jepang (25 Februari 1944) Skripsi Jurusan Sejarah Universitas Padjadjaran, Bandung

Subhan SD (2000) Ulama - Ulama Oposan. Bandung : Pustaka Hidayat

Tulisan sederhana ini merupakan sebuah ikhtiar menampilkan sosok tipikal ulama panutan yang direpresentasikan dengan baik oleh Asy Syahid KH. Zainal Musthafa di zamannya. Beliau bersikap oposan pada setiap kekuasaan represif dan tirani dari penguasa imperialis dan berani menentang setiap kondisi yang dianggap mungkar.

Tulisan sederhana ini tentu tidak akan membuat perjuangan Asy-Syahid KH. Zainal Musthafa yang dikenal dengan Sang Singa Singaparna dan para syuhada Sukamanah menjadi besar. Justru sebaliknya, kebesaran dan ketulusan perjuangan mereka jauh lebih besar ketimbang apa yang diungkap dalam tulisan ini. tanpa tulisan ini pun mereka sudah besar. Saya hanya ingin mengangkat setitik karena hanya segitu yang saya mampu dari bulatan yang mereka miliki.

Mohon maaf jika tulisan sederhana ini masih banyak kekurangan dan misteri yang belum terungkap terkait sosok Asy Syahid KH. Zainal Musthafa karena murni keterbatasan saya yang masih muda, minim ilmu, minim pengalaman dan masih perlu bimbingan para orang tua. Tentu tulisan sederhana ini sangat jauh jika dibandingkan dengan buku yang sangat ditunggu-tunggu Biografi Ajengan Sukamanah : Asy Syahid KH. Zainal Musthafa  yang disusun oleh penulis sejarah dan biografi senior Kang Iip Dzulkipli Yahya dan insya Allah mudah-mudahan bisa segera launching dalam waktu dekat.

Ini merupakan sebuah pengantar sederhana, saya hanya mampu mengambil setitik dari bulatan besar yang dimiliki Asy Syahid KH. Zainal Musthafa dan Pejuang-Pejuang Sukamanah.  

Mudah-mudahan dengan hadirnya penulisan biografi tokoh-tokoh ulama pejuang baik dalam bentuk karya ilmiah, buku, novel, jurnal dan film bisa menjadi tantangan riset bagi para peneliti selanjutnya, karena mengenalkan dan mewariskan nilai-nilai perjuangan para tokoh-tokoh ulama pejuang bukan untuk kepentingan hari ini, tapi untuk ratusan tahun ke depan, dunia itu harus tahu kita itu bukan bangsa yang lemah, anak dan cucu kita akan mencatat itu.  Wallohu’alam bi al-Shawab.


latestnews

View Full Version