View Full Version
Kamis, 20 Jan 2022

Tendang Sesajen, Niat Baik Belum Tentu Diterima dengan Baik

 

Oleh:

Adib Muhammad, S.Pd

 

BELAKANGAN ini jagad maya dihebohkan dengan berita viral seorang pemuda menendang sesajen di Gunung Semeru. Diketahui motif pemuda tersebut menendang sesajen karena tidak sesuai dengan keyakinannya. Kritikan bahkan umpatan membanjiri kolom komentar di berbagai media sosial. Sebagian besar menyayangkan sikap pemuda tersebut.

Namun, terlepas dari berbagai komentar yang menyudutkan pemuda tersebut. Mungkin si pemuda tersebut memiliki niat yang baik. Yaitu memurnikan keesaan Allah SWT. Segala sesuatu yang menyekutukan Allah termasuk perbuatan syirik. Akan tetapi mari kita flasback lagi kisah Rasulullah saat bersama orang Badui.

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, "(Suatu hari) ada seorang dari suku Badui kencing di dalam masjid, para sahabat pun seketika naik pitam dan akan menghentikannya (mengusirnya). Lalu Rasulullah SAW pun bersabda, 'Biarkanlah ia dan siramkanlah di atas air kencingnya satu timba air atau seember air, karena sungguh kalian diutus untuk memberi kemudahan dan tidak diutus untuk kesulitan” (HR. Bukhari).

Dari hadits tersebut diceritakan bahwa Rosulullah dan para sahabat sedang duduk di masjid. Tiba-tiba ada seorang Badui yang masuk masjid dan terlihat seperti mau kencing. Dan betul, orang Badui tersebut kencing di pojok masjid. Para sahabat hendak menghampiri dan memarahi orang tersebut, namun Rasulullah mencegahnya. Rasulullah meminta biarkan orang tersebut menyelesaikan dulu hajatnya kemudian siramlah tempat yang terkena najis. Jika dikaitkan dengan kisah pemuda penendang sesajen tersebut, mungkin kasusnya hampir sama. Namun terjadi perbedaan dalam menyikapi keadaan.

Pertama, mengambil sikap agar tidak terjadi madharat lebih besar. Rosulullah dengan tenang dan mencegah sahabatnya agar tidak memarahinya. Ternyata hikmahnya luar biasa, yaitu supaya tempat yang terkena najis hanya satu tempat saja. Bisa dibayangkan jika orang tersebut dimarahi dan kencing sambil berlari justru najisnya tersebar di aman-mana. Sedangkan pada sikap pemuda, menunjukkan kemarahannya dan langsung menendang sesajen yang ada di Gunung Semeru. Dampaknya juga luar biasa, sebagian besar masyarakat Indonesia mengecam perilaku tersebut. Tidak sampai di situ, agama Islam semakin dianggap radikal.

Kedua, sikap toleran terhadap orang yang belum tahu. Rasulullah memang pribadi yang sangat memahami kondisi orang lain. Rasulullah paham jika orang Badui tersebut belum tahu jika air kencing mengandung najis dan belum tahu juga adab buang hajat. Maka Rasulullah mengambil sikap untuk tidak memarahinya. Sama halnya dengan sesajen di Gunung Semeru. Bisa jadi yang naruh atau mempraktekkan ritual yang menggunakan sesajen tersebut belum sampai keilmuannya. Dan inilah yang menjadi alasan bahwa tugas umat Islam adalah menyampaikan dan menasehati dengan lembut. Agar mereka sadar dan berperilaku sesuai syariat.

Ketiga, solutif. Rasulullah meminta sahabat untuk menyiram agar najis hilang. Sehingga persoalan selesai. Mungkin jika memang pemuda tersebut hendak meusnahkan sesajen, ya dimusnahkan saja. Untuk apa di video dan disebarkan ke media sosial?

Islam agama yang lembut dan rahmatallil’alamin. Tugas umat Islam adalah mendakwahi dengan penuh kasih sayang. Terkadang dakwah juga ada batu sandungan. Dakwah juga ada rintangan. Namun yakin, bahwa Islam adalah jalan yang benar. Jalan yang selamat. Wallahua’lam bisshawab.*


latestnews

View Full Version