View Full Version
Ahad, 12 Jan 2014

Terkait Kematian Sharon, Menteri Libanon: Berkurang Iblis di Dunia Ini

BEIRUT, LIBANON (voa-islam.com) - Menteri Urusan Sosial Libanon Wael Abu Faour hari Sabtu (11/1/2014)menyatakan harapan bahwa Palestina mungkin merasakan sedikit rasa nyaman dengan matinya mantan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon, seorang tokoh secara luas dibenci di Libanon.

"Mungkin jiwa-jiwa para syuhada dari pembantaian Sabra dan Shatila bisa mendapatkan sedikit ketenganan dari kematian Sharon," kata Wael Abu Faour, menurut sebuah pernyataan.

"Tidak perlu ada rasa puas dalam kematian tersebut, bahkan ketika itu seorang penjahat yang membuat hidupnya menjadi sumber kematian dan penderitaan orang lain," katanya, menambahkan warga Libanon, Palestina dan Arab yang bersimpati pada perjuangan Palestina akan mengingat mereka yang tewas sebagai akibat dari tindakan Sharon.

"Dengan matinya Sharon, saat ini sudah berkurang iblis di dunia ini," kata Abu Faour.

Pembantai warga Palestina

Ariel Sharon mati pada hari Sabtu di usia 85 setelah delapan tahun dalam keadaan koma. Sharon mengalami serangan stroke pada 2005 dan 2006 di tengah puncak kekuasaan politiknya. Sejak serangan itu ia berada dalam keadaan koma. Sharon tidak pernah dapat bangkit lagi.

Mantan jenderal dan tokoh sayap kanan ini menjabat sebagai perdana menteri Israel pada 2001 dan menjadi salah satu orang yang tangannya paling berlumuran darah warga Palestina. Ariel Sharon sangat membenci setiap orang Palestina. Dalam benaknya, bagaimana sebanyak mungkin dapat membunuh orang Palestina, tanpa ada belas kasihan sedikitpun.

Karir kebiadaban Sharon dimulai sebagai seorang prajurit muda yang bertempur dalam perang tahun 1948 atas ciptaan Israel.

Pada tahun 1950, ia memimpin unit komando yang melakukan pembalasan atas serangan Arab. Pada tahun 1953, setelah pembunuhan seorang wanita Israel dan dua anaknya, pasukan Sharon meledakan lebih dari 40 rumah di Qibya, sebuah desa Tepi Barat yang saat itu diperintah oleh Jordania, menewaskan 69 orang Arab, sebagian besar atau semua dari mereka warga sipil.

Dia berjuang dalam perang Arab-Israel tahun 1956 , 1967 dan 1973. Dia meluncurkan penyerbuan ke Libanon pada tahun 1982 ketika menjabat sebagai menteri pertahanan Israel dan memeritahkan pembantai ribuan warga Palestina di kamp pengungsi Shabra dan Shatila di Beirut.

Bukan hanya membantai para pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila belaka, tetapi Sharon berulangkali berusaha membunuh pemimpin Palestina Yaser Arafat. Tetapi, usahanya membunuh Arafat gagal. Namun, akhirnya Arafat meninggal akibat racun plutonium, dan satu-satunya negara di Timur Tengah yang memiliki plutonium hanyalah Israel. Rumah Sakit di Paris, tempat dirawatnya Arafat  ketika menderita sakit, sudah memberikan keterangan tentang kematian Arafat akibat di racun. (st/tds)

Ket: Menteri Libanon (dari kiri) Hussein Hajj Hasan, Wael Abu Faour dan Mohammad Safadi saat pertemuan kabinet


latestnews

View Full Version