MOGADISHU, SOMALIA (voa-islam.com) - Pemerintah Somalia telah melarang wartawan untuk menggunakan kata al-Shabaab untuk merujuk pada kelompok mujahidin bersenjata yang melawan pemerintah dan sebaliknya memerintahkan mereka untuk menyebut kelompok itu sebagai UNGUS yang dalam bahasa Somalia berarti "kelompok yang membantai rakyat".
Berbicara kepada wartawan di ibukota Somalia, Mogadishu, kepala intelijen negara itu, Abdirahman Mohamud Turyare mengatakan kelompok afiliasi Al-Qaidah itu pantas disebut dengan nama itu.
"Nama Al-Shabaab berarti 'Pemuda' dan itu adalah nama baik. Kami tidak akan membiarkan itu nama baik yang akan ternoda," kata Turyare.
"Musuh yang kita perangi disebut 'UGUS'. Itulah nama resmi mereka."
"Anda semua tahu apa yang mereka lakukan. Apa yang mereka lakukan adalah pembantaian orang," klaim Turyare.
Kelompok media Somalia mengatakan pada hari Senin (4/5/2015) bahwa mereka sangat prihatin dengan langkah pemerintah tersebut.
"Somalia adalah salah satu tempat paling berbahaya bagi wartawan untuk bekerja dan keputusan pemerintah lebih menempatkan hidup kita dalam risiko yang lebih besar." Hassan Ali Geesey, ketua Asosiasi Independen Rumah Media Somalia (Simha), mengatakan kepada Al Jazeera.
"Kita harus bersikap netral. Kami adalah wartawan independen. Kita tidak bisa bekerja seperti media pemerintah. Bahkan media internasional menyebut mereka Al-Shabaab. Jika pemerintah tidak kembali pada keputusan ini banyak wartawan akan berhenti bekerja," kata Geesey.
Sementara itu, Al-Shabaab mengatakan mereka tidak akan mentolerir para wartawan yang menyebut mereka dengan nama tersebut dan berpihak kepada pemerintah Somalia yang didukung PBB.
"Kami melihat ini sebagai kelemahan dari pemerintah murtad. Tidak ada yang memiliki hak untuk menghina kami. Siapapun yang menyebut kita nama itu kami akan merespons dengan tepat," kata seorang juru bicara Al-Shabaab kepada Al-Jazeera.
Somalia adalah negara paling mematikan di Afrika bagi wartawan untuk beroperasi, menurut Komite untuk Perlindungan Wartawan yang pada tahun 2014 menempatkan Somalia sebagai tempat paling berbahaya ketiga bagi wartawan.
Terakhir Kamis orang bersenjata tak dikenal menembak mati wartawan Daud Ali Omar dan istrinya di rumahnya di kota selatan-tengah Baidoa.
Omar adalah seorang produser berita di stasiun Radio Baidoa yang pro-pemerintah. Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. (st/aje)