View Full Version
Selasa, 22 Nov 2016

Ratusan Muslim Rohingya 'Menyusup' ke Bangladesh Menyusul Kekejaman Terbaru Militer Myanmar

RAKHINE, MYANMAR (voa-islam.com) - Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan ratusan minoritas Muslim Rohingya dari Myanmar telah menyeberangi perbatasan untuk mencari perlindungan di negara tetangga Bangladesh selama tiga hari terakhir, ketika kekerasan meningkat di barat laut negara itu.

Berbicara pada kondisi anonimitas, seorang pejabat IOM, lembaga migrasi PBB, mengatakan pada hari Senin (21/11/2016) bahwa ia telah menyaksikan lebih dari 500 orang menyeberangi perbatasan barat Myanmar dengan Bangladesh dan masuk ke kamp IOM selama periode tersebut.

Pekerja bantuan PBB itu mengkonfirmasi laporan tersebut tanpa memberikan angka spesifik, mengatakan mereka melihat Muslim Rohingya yang mengatakan mereka baru-baru ini telah melarikan diri dari pertempuran di Myanmar.

"Pada waktu itu, saya melarikan diri dengan empat putri dan tiga cucu ke bukit terdekat ... kemudian, kami berhasil menyeberangi perbatasan," seorang warga dari negara bagian barat Rakhine mengatakan, menambahkan bahwa ia meninggalkan Myanmar pekan lalu, setelah militer mengepung rumahnya dan membakarnya.

Human Rights Watch (HRW) mengatakan sebelumnya pada hari itu bahwa pemerintah di Myanmar telah menghancurkan sebanyak 1.250 struktur perumahan milik Muslim Rohingya di negara itu hanya dalam 6 pekan terakhir.

Badan hak yang berbasis di US itu membuat pengumuman dalam sebuah pernyataan, merilis gambar satelit definisi tinggi dari Rakhine.

Rakhine, rumah bagi sekitar 1,1 juta anggota masyarakat minoritas Muslim Rohingya, telah menjadi tempat kekerasan komunal sejak 2012.

Banyak dari Muslim telah tewas sementara puluhan ribu orang terpaksa mengungsi akibat serangan oleh teroris Budha.

Muslim Rohingya sebagian besar hidup dibatasi pada kamp-kamp dengan situasi yang mengerikan.

Masyarakat Rohingya, yang dicap pemerintah sebagai imigran ilegal dari Bangladesh, telah menderita banyak serangan yang sistematis selama bertahun-tahun.

Kekerasan itu telah ditafsirkan sebagai upaya untuk memaksa mereka keluar dari konfigurasi demografis negara tersebut, yg telah mereka tinggali selama turun-temurun sejak nenek moyang mereka pertama kali datang berabad-abad yang lalu. (st/ptv)


latestnews

View Full Version