View Full Version
Ahad, 26 Jan 2020

Perusahaan Keamanan UEA Bujuk Pria Sudan untuk Bertempur di Libya dan Yaman

KHARTOUM, SUDAN (voa-islam.com) - Seorang pria Sudan telah meminta pemerintah transisi negara itu untuk campur tangan setelah saudaranya diduga dipancing ke Uni Emirat Arab dan dipaksa masuk ke kamp pelatihan militer, media setempat melaporkan.

Tuduhan itu, yang telah menyebar luas di media sosial Sudan, telah menyoroti peran kontroversial milisi Sudan di Yaman dan Libya.

Abdullah al-Tayeb Yusuf mengatakan kepada Al-Jazeera Mubasher bahwa saudaranya melakukan perjalanan ke UEA setelah menanggapi iklan pekerjaan untuk penjaga keamanan di negara itu pada Oktober tahun lalu.

Namun, setibanya di negara itu, saudara laki-laki Yusuf diduga dipaksa ke kamp pelatihan militer bersama sekitar 150 lainnya.

"Saudaraku memberitahuku bahwa dia dilatih di UEA untuk menangani senjata berat, dan dia diberi pilihan untuk pergi ke Yaman atau Libya setelah mereka menawarkannya sejumlah besar uang," kata Yusuf.

Platform media digital Sudan Wakeep kemudian membagikan gambar tentang apa yang dikatakannya adalah contoh kontrak yang ditawarkan kepada orang Sudan untuk bekerja sebagai penjaga keamanan di UEA oleh perusahaan keamanan Black Shield.

Dokumen-dokumen itu, yang tidak dapat diverifikasi secara independen, tampaknya telah dicap oleh kedutaan Emirat di Khartoum.

Setelah dibujuk ke UEA dengan alasan palsu, para migran Sudan itu disita telepon mereka sebelum dikirim ke kamp pelatihan Al-Ghayathi, kata Wakeep.

Abu Dhabi telah dituduh melanggar embargo senjata PBB di Libya untuk mendukung Jenderal pemberontak Khalifa Haftar.

Sebuah laporan rahasia PBB yang diluncurkan pada Oktober tahun lalu menuduh kehadiran seribu milisi Sudan di kota Benghazi, Libya timur.

Menurut laporan itu, paramiliter Sudan dikirim pada Juli untuk melindungi infrastruktur minyak di sana sementara sebagian besar pasukan Haftar melanjutkan serangan mereka di ibu kota Tripoli.

Sudan membantah kehadiran pasukannya dalam konflik itu, tetapi sebuah laporan Desember oleh The Guardian mengatakan kehadiran tentara bayaran Sudan yang meningkat yang bertempur untuk kedua pihak yang bertikai, menjadikan angka tersebut setidaknya 3.000.

Dokumen bocor yang diterbitkan oleh Al-Jazeera tahun lalu menunjukkan UEA telah memperoleh izin dari Khartoum untuk menggunakan wilayah udara dan pelabuhan Sudan untuk pengangkutan ratusan tentara bayaran yang bertempur di Libya dan Yaman.

UEA juga merupakan aktor utama di Yaman, tempat Abu Dhabi pertama kali melakukan intervensi pada 2015 sebagai bagian dari koalisi yang dipimpin Saudi yang mendukung pemerintah pimpinan presiden Abdu Rabbo Mansour Hadi. Tahun lalu, keretakan dalam aliansi Saudi-Emiratati tampak ketika Dewan Transisi Selatan yang didukung UEA "menikam" Hadi dan merebut Aden, yang menyebabkan berminggu-minggu pertikaian sebelum gencatan senjata.

Pemerintah transisi Sudan telah secara dramatis mengurangi kehadiran pasukan negara itu di Yaman tahun ini, tetapi angkatan bersenjata Sudan telah berperang dalam koalisi yang dipimpin Saudi sejak 2015.

Pasukan Pendukung Cepat paramiliter telah dituduh oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia mengambil sejumlah besar uang dari Arab Saudi untuk merekrut pemuda miskin - dan bahkan anak-anak - dari wilayah Darfur yang tengah berkonflik di Sudan dan negara tetangga Chad untuk bertugas di Yaman. (MeMo)


latestnews

View Full Version