View Full Version
Sabtu, 21 Nov 2009

Menembus Batas dengan Kematian

 

 

Jarak antar bintang ini berapa jauh ya? antar galaxy? jarak untuk naik ke langit berikutnya? 

Pindah topik sebentar daripada topik luas alam semesta tadi.

Pernah naik mobil kan? saat mobil bergerak dari kecepatan 0 km/h menjadi lebih cepat 20 km/h, terasa tubuh kita terdorong ke belakang doong.

Nah bayangkan kalo bergerak dari kecepatan 0 km/h jadi kecepatan cahaya (300.000 km/s), seberapa besar daya dorong –ke belakang– yang kamu rasakan?.

Konon menurut ilmuwan itu sama saja dengan ditimpuk sebuah besi besar dengan sepenuh tenaga orang yang sangat kuat, berefek pada luluh-lantaknya badan kita. 

Sebenarnya daya dorong ke belakang ini terjadi karena kita mempunyai berat massa.

Saat seseorang bergerak ke suatu arah (Vector), orang tersebut juga akan menerima gaya resistance-nya. Semakin cepat kita bergerak ke suatu arah, semakin besar pula gaya  tersebut menekan massa kita.

(ngerti ga?, gini deh simple analogi nya, berat badan penulis yang 64 kg sekarang ini adalah hasil perkalian antara berat massa dengan gravitasi alias M x G = W. Artinya berat badan kita semua akan relatif berbeda tergantung kita berada di planet mana, karena tiap-tiap planet mempunyai gaya gravitasi yang berbeda-beda pula, namun massa tubuh kita adalah tetap segitu-gitu juga. Massa zat besi, massa kapas, massa air, semuanya sama, akan tetapi beratnya akan berbeda tergantung tempat di mana dia berada) 

Kembali ke jarak langit-langit di alam semesta ini yang menurut Al-Quran ada tujuh lapis.

Inti yang ingin aku katakan adalah untuk melampaui langit pertama -yaitu alam semesta kita ini- menuju langit berikutnya, manusia akan membutuhkan sebuah gerakan yang luar biasa cepat (karena begitu luasnya alam semesta ini). Sekarang gerak yang paling cepat dan sudah ada buktinya adalah gerak cahaya, 300.000 km/detik, yang belum ada buktinya, dan masih merupakan aksioma matematika adalah gerakan benda yang disebut tachyon (10 x kecepatan cahaya). 

Akan tetapi hal ini musykil untuk dilakukan jika suatu benda masih mempunyai massa. Karena dengan bergerak cepat massa benda itu akan tercabik-cabik menjadi serpihan.

Dengan kata lain hanya energi murni tak ber-massa seperti cahaya lah, yang bisa bergerak dengan kecepatan cahaya, energi lain paling-paling cuma mendekati kecepatan cahaya (itu juga harus terbuat dari bahan logam terkuat di dunia –titanium misalnya). 

Badan karbon kita-kita ini jelas punya massa, jadinya boro-boro mau ke lapisan langit berikutnya, ke Aceh dari Jakarta aja gue butuh waktu 3 jam lebih. Itu juga udah mendompleng teknologi pesawat. 

Di sini terlihat fungsinya kematian.

You see, dengan kematian yang berfungsi MEMISAHKAN ruh kita dari raga jasmani ini, kita berubah menjadi sebentuk energi murni baru (jangan tanya gimana bentuknya though, penulis tidak tahu). Bentuk yang tidak mempunyai massa.

Dan dengan badan baru ini, kita mempunyai kemungkinan untuk menghilangkan hukum-hukum fisika yang berkaitan dengan kecepatan dan gaya resistancenya. Karena bentuknya sudah tidak ber-massa lagi. 

Paling tidak dalam bentuk SOUL/JIWA (tanpa raga), kita bisa bergerak menyamai cahaya jika tidak bisa dibilang melampauinya. Bisa menembus batasan ruang dan perhaps… waktu.

(yang terakhir ini contohnya gini; misalnya gue orangnya lambat yang dalam satu detik cuma bisa melakukan satu gerakan, sedangkan si Fulan orangnya gesit yang dalam satu detik bisa melakukan dua gerakan. Sedangkan bagi alam raya nilai satu detik itu, yah tetap segitu itu lamanya. Nah, bayangkan kalo si Fulan gesitnya kaya kecepatan cahaya yang satu detiknya 300.000 kali gerakan, wow banget kan) *sekedar mengingatkan malaikat terbuat dari nur loh* 

So now if you think about it, tanpa kematian kita tidak akan bisa mendapatkan sebuah kecepatan untuk menembus batas-batas yang tidak tertembus, bahkan batasan alam lain yang dijelaskan dalam Al-Quran Al Karim. Inilah fase dimana kita dapat menuju surga ataupun neraka yang berada ditempat yang tak bisa diukur oleh akal manusia. 

[tommy.shariff/voa-isla]

 


latestnews

View Full Version