Syubhat: Ada orang mengingkari kalau orang-orang Yahudi dan Nashrani adalah kafir dan meyakini mereka termasuk orang beriman. Alasannya, mereka dan kaum muslimin disamakan dalam beberapa ayat Al Qur'an, bukan hanya di satu tempat, misalnya firman Allah:
كُلٌّ آَمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ
"Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya." (QS. Al Baqarah: 285)
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آَمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَوَدَّةً لِلَّذِينَ آَمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَى ذَلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا وَأَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ
"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Hal itu disebabkan karena di antara mereka itu terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri." (QS. Al Maidah: 82)
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al Hujurat: 13)
kita jawab syubhat di atas sebagai berikut:
Jawaban global: Ayat-ayat di atas tidak menunjukkan bahwa Yahudi dan Nashrani beriman atau mereka dan kaum muslimin sama. Mereka meninggalkan ayat sebelumnya dan ayat sesudahnya untuk mengacaukan pemahaman umat Islam terhadap agamanya.
Perumpamaan yang dibuat itu seperti orang yang mengatakan, Allah berfirman, "Jangan kalian dekati shalat . . ." (QS. An Nisa': 43), dan firman-Nya, "Celakalah orang-orang yang shalat." Lalu mereka berdalil dengannya bahwa Allah mengharamkan shalat dan Dia akan mengadzab orang-orang yang shalat, apakah hal itu dibenarkan? tentu tidak. Karena ayat-ayat tadi dipahami keluar dari konteknya dan tidak sempurna. Allah Ta'ala berfirman, "Janganlah kalian dekati shalat dalam kondisi mabuk sehingga kalian mengerti apa yang kalian baca." (QS. An Nisa': 43); "Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya." (QS. Al Maa'uun: 4-5) apabila ayat dibaca sempurna tentu akan jelas makna yang dimaksud.
Berikut ini jawaban rincinya:
Ayat pertama, firman Allah :
كُلٌّ آَمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ
"Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya." (QS. Al Baqarah: 285)
Ayat tersebut tidak terkait dengan orang Yahudi dan Nashrani. Dan untuk mengetahui maksudnya harus dibaca dari awal ayat. Allah Ta'ala berfirman;
آَمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آَمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
"Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali"." (QS. Al Baqarah: 285)
Ayat di atas berbicara tentang Rasulullah 'alaihis shalatu wassalam dan orang-orang beriman yang bersamanya. Mereka beriman dengan apa yang telah Allah turunkan kepada mereka dan tidak membeda-bedakan antara beriman kepada Allah dengan beriman kepada para utusan-Nya. Mereka juga tidak membeda-bedakan antara seorang rasul dengan yang lainnya, tidak beriman dengan sebagian mereka dan mengkufuri sebagian yang lain. Tetapi, mereka semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, para rasul-Nya, dan kitab-kitab-Nya dengan iman yang sempurna. Kemudian Allah berfirman, "Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya." (QS. Al Baqarah: 285)
Ini adalah bentuk global setelah ada perincian. Maka kalimat Kullun di sini kembali kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya. Ayat itu tidak memiliki kaitan dengan orang Yahudi dan Nashrani, dari dekat maupun jauh. Tapi berbicara tentang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya dan iman mereka terhadap apa yang Allah turunkan kepada mereka dan yang diturunkan sebelumnya, ketaatan mereka, doa mereka, dan tunduknya mereka kepada perintah Allah.
Sedangkan orang yang mengatakan bahwa kata Kullun kembali kepada ketiga pemeluk agama, maka ini jauh melenceng dari kebenaran dan sebagai usaha melencengkan makna shahih Al Qur'an untuk menyenangkan dan menipu kaum muslimin yang awam guna merusak aqidah mereka dan mencari keridlaan orang kafir. Kepada Allah-lah kita memohon keselamatan.
Ayat kedua, firman Allah:
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آَمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَوَدَّةً لِلَّذِينَ آَمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَى ذَلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا وَأَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ
"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Hal itu disebabkan karena di antara mereka itu terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri." (QS. Al Maidah: 82)
Berdalil dengan ayat ini untuk menunjukkan bahwa orang Nashrnai adalah beriman dan berada di atas kebenaran merupakan kebatilan. Sebabnya, yang disebutkan di ayat adalah qissiisuun (para ulama) dan para rahib (ahli ibadah) yang beriman kepada Isa sebagai nabi, bukan sebagai tuhan. Mereka juga beriman kepada Taurat dan Injil sebelum mengalami perubahan. Mereka juga beriman kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam berdasarkan kabar gembira yang terdapat dalam kitab-kitab samawi terdahulu. Dan untuk memahami maksud ayat itu, cukup dengan membaca ayat sesudahnya,
وَإِذَا سَمِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَى أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوا مِنَ الْحَقِّ يَقُولُونَ رَبَّنَا آَمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ وَمَا لَنَا لَا نُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَمَا جَاءَنَا مِنَ الْحَقِّ وَنَطْمَعُ أَنْ يُدْخِلَنَا رَبُّنَا مَعَ الْقَوْمِ الصَّالِحِينَ
"Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu melihat mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur'an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur'an dan kenabian Muhammad). Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang shaleh?"." (QS. Al Maidah: 83-84)
Imam Ibnu Katsir dalam tafsir ayat 82, berkata: "Dari Abdullah Ibn al Zubair, dari ayahnya, "ayat itu turun berkenaan dengan raja Najasyi dan para sahabatnya." (HR. an Nasa'i)
Ibnu 'Abbas, bergelar tinta umat dalam menafsirkan ayat 83 berkata, "mereka adalah para petani yang datang dari Habsayah bersama Ja'far bin Abi Thalib. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membaca Al Qur'an mereka semua beriman dan mengalirlah air mata mereka." Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada mereka: "Dan boleh jadi, jika kamu kembali ke negerimu lalu kamu kembali kepada agamamu yang dulu." Mereka menjawab, "Sungguh kami tidak akan meninggalkan agama baru kami." Kemudian Allah menurunkan ayat itu karena perkataan mereka." (HR. Ath Thabrani dalam al Mu'jam al Kabiir : 12/55)
Yang dimaksud dengan Nashrani, Qissiisiin, dan Ruhbaan dalam ayat adalah orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan ikhlash beribadah kepada Allah, Rabb semesta alam. Mereka ini seperti Waraqah bin Naufal dan raja Najasyi, keduanya dari kalangan Nashrani. Dan mereka seperti Abdullah bin Salam dan Mukhairiq dari kalangan Yahudi.
Karenanya, Allah Ta'ala berfirman tentang ahli kitab yang mengikuti kebenaran:
الَّذِينَ آَتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِهِ هُمْ بِهِ يُؤْمِنُونَ وَإِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ قَالُوا آَمَنَّا بِهِ إِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّنَا إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلِهِ مُسْلِمِينَ
"Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka Al Kitab sebelum Al Qur'an, mereka beriman (pula) dengan Al Qur'an itu. Dan apabila dibacakan (Al Qur'an itu) kepada mereka, mereka berkata: "Kami beriman kepadanya; sesungguhnya; Al Qur'an itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan Kami, sesungguhnya Kami sebelumnya adalah orang-orang yang membenarkan (nya)." (QS. Al Qashshash: 52-53)
Mereka beriman kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan ketika mendengarkan Al Qur'an mereka beriman padanya dan tahu bahwa itu adalah kebenaran, lalu mereka mengikutinya.
Sedangkan orang Yahudi dan Nashrani hari ini, mereka tidak beriman kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahkan mendustakannya. Mereka tidak beriman kepada Al Qur'an, bahkan memusuhi Islam dan pemeluknya. Terkadang mereka memerangi dengan senjata dan terkadang dengan syubuhat. Allah Ta'ala menerangkan tentang mereka:
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka." (QS. Al Baqarah: 120);
"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra Maryam"." (QS. Al Maidah: 72);
"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga"." (QS. Al Maidah: 73)
Allah mengabarkan perkataan Nabi Isa kepada mereka: "Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolong pun." (QS. Al Maidah: 72)
Ayat ketiga, firman Allah Ta'ala:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al Hujuraat: 13)
Di antara orang jahil dan munafik berdalil dengan ayat ini untuk memberi kecintaan kepada orang Yahudi dan Nashrani. Alasannya, mereka dan kaum muslimin adalah sama, tidak berbeda. Maka lihatlah bagaimana mereka membuat kedustaan atas nama Allah.
Makna sebenarnya dari ayat ini, sebagaimana yang terdapat dalam kitab-kitab tafsir, bahwa seluruh manusia, ditinjau dari asal penciptaan, memiliki kemuliaan yang sama karena menjadi keturunan Adam dan Hawa. Namun, mereka berbeda-beda tingkatan dalam masalah keagamaan, yaitu taat kepada Allah Ta'ala dan mengikuti Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam. Manusia mulia di sisi Allah dengan takwanya, bukan dengan nasabnya. Dan pokok dari takwa adalah iman kepada Allah dan rasul-Nya. Jika iman itu hilang, maka mereka sama dari sisi penciptaan. Tapi dari sisi agama, sungguh Allah tidak akan menerima amal seorang hamba kecuali dengan iman, sebagaimana firman Allah Ta'ala:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Al Zumar: 65)
Dari sini, tampak bahwa berdalil dengan ayat ini untuk membenarkan keyakinan (ideologi) orang Yahudi dan Nashrani, bahwa keyakinan mereka dan keyakinan kaum muslimin sama-sama benar, semuanya berada di atas al Haq dan semuanya sama baiknya, adalah batil. Dari sisi asal penciptaan dari tanah dan sisi manusia mereka adalah sama. Tapi dari sisi keyakinan iman, mereka (yahudi dan Nashrani) adalah orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah tidak akan menerima taubat dan tebusan dari mereka pada hari kiamat.
. . Tapi dari sisi keyakinan iman, mereka (yahudi dan Nashrani) adalah orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah tidak akan menerima taubat dan tebusan dari mereka pada hari kiamat.
Adapun orang yang berhujjah bahwa sebagian orang kafir memiliki amalan baik dan mulia, dan juga berhujjah bahwa dengan amal-amal itu mereka lebih mulia daripada kaum muslimin. Kita jawab, "ya". Terkadang orang-orang kafir memiliki amal baik, hanya saja mereka dibalas di dunianya. Di akhirat mereka tidak memiliki kebaikan sedikitpun dan Allah tidak akan mau menerimanya dari mereka. Allah berfirman:
وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلَّا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ
"Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya." (QS. Al Taubah: 54)
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآَنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ
"Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun. Dan di dapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya." (QS. Al Nuur: 39)
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan." (QS. Al Furqaan: 23)
"Dan orang-orang yang kafir maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menghapus amal-amal mereka." (QS. Muhammad: 8)
Dari Aisyah radliyallah 'anha berkata: "aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, 'Ya Rasulallah, Ibnu Jad'aan sewaktu Jahiliyah telah menyambung silaturahim dan memberi makan orang miskin, apakah hal itu bermanfaat baginya?" Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "tidak bermanfaat baginya karena tak pernah sehari pun dia berucap, "Ya Allah Tuhanku, ampunilah dosa kesalahanku pada hari pembalasan." (HR. Muslim)
Imam an Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim menerangkan makna hadits ini, "bahwa apa yang telah dikerjakannya berupa menyambung silaturahim, memberi makan, dan berbagai kemuliaan lainnya tidak memberikan manfaat baginya di akhirat, dikarenakan dia seorang kafir."
Al Qadli 'Iyadh rahimahullah berkata: "telah terjadi ijma' bahwa amal-amal baik orang-orang kafir tidak memberikan manfaat bagi diri mereka, mereka juga tidak dibalas dengan diberi nikmat dan tidak pula diringankan adzab. Tetapi siksa sebagian mereka lebih dahsyat dari sebagian lainnya sesuai dengan kejahatan mereka." (Syarh Shahih Muslim)
. . . ijma' bahwa amal-amal baik orang-orang kafir tidak memberikan manfaat bagi diri mereka, mereka juga tidak dibalas dengan diberi nikmat dan tidak pula diringankan adzab. . . (al Qadli 'Iyadh)
Allah Ta'ala berfirman:
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً
"Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas (neraka)." (QS. Al Ghaasyiyah: 2-4)
Ibnu Abbas berkata tentang makna عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ (bekerja keras lagi kepayahan) : "mereka adalah kaum Nashrani." (HR. al Bukhari dalam Kitab Tafsiir al Qur'aan surat Hal Ataaka Haditsul Ghasyiyah)
Amal kebaikan orang kafir akan Allah balas di dunia. Di akhirat mereka tidak mendapat apa-apa.
Ringkasnya: Amal kebaikan orang kafir akan Allah balas di dunia. Di akhirat mereka tidak mendapat apa-apa. Amal-amal baik ini tidak bisa menjadi bukti kebenaran aqidah (ideologi) mereka dan tidak menunjukkan mulia kedudukan mereka. Sesungguhnya kedudukan mulia seorang hamba ditentukan oleh takwa, jika hilang iman tidak ada kemuliaan baginya, baik di dunia maupun di akhirat. Allah Ta'ala berfirman:
أُولَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآَيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا
"Mereka itu orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kafir terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat." (QS. Al Kahfi: 105)
Oleh : Badrul Tamam.
(PurWD/voa-islam.com)
Tulisan Terkait :
* Syubhat: Memeluk Agama Samawi, Yahudi dan Nashrani Bukan Kafir
* Memahami Wala' dan Bara' dalam Islam
* Hukum Mengkafirkan Orang Yahudi dan Nashrani
* Memahami Islam Sebagai Agama Rahmat
* Siapa Pelanjut agama Ibrahim?