Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah yang menganugerahkan nikmat terbesarnya kepada kita, yakni nikmat dinul Islam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada sayyidul anam, Nabi Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya.
Banyak sekali tuduhan-tuduhan miring dan fitnah yang dilancarkan kepada para ulama Islam. Tujuannya supaya menjauhkan umat dari kebenaran yang disampaikannya. Salah satu ulama yang sering menjadi target fitnah dan tuduhan miring adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab al-Tamimi yang dakwahnya berisikan seruan kepada umat agar bmentauhidkan Allah dan menjauhi syirik, bid’ah dan mitos-mitos yang tak berdasar.
Di antara tuduhan-tuduhan yang dialamatkan kepada beliau antara lain: Pertama, Bahwa amal-amal shalih dan ibadah masuk dalam pengertian iman, sehingga orang yang tidak melaksanakan perkara fardhu sedangkan ia mengetahui bahwa itu adalah wajib, contohnya: seseorang yang meninggalkan shalat karena malas atau tidak mengeluarkan zakat karena bakhil, maka ia telah kafir dan harus dibunuh lalu hartanya dibagi-bagikan kepada pengikut Wahabi.
Kedua, orang-orang yang meminta syafaat kepada arwah para nabi shalawatullah ajma’in atau para wali rahimahullah, atau orang yang menziarahi kuburan mereka dan shalat di sana dan menilai bahwa mereka itu merupakan perantara-perantara kepada Allah, maka orang itu dikafirkan.
Menjawab tuduhan tersebut, Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad Aalu Abdil Lathif berkata: “Wahai saudaraku, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab adalah seorang dai (penyeru) kepada agama Allah Ta’ala. Beliau adalah seorang imam yang senantiasa berittiba’ kepada kepada Rasulullah shallallau 'alaihi wa sallam dan berpegang teguh dengan sunnah dan dalil. Di antara hal itu adalah bahwa ibadah dan amal anggota badan termasuk dari iman, di mana Allah Ta’ala menamakan shalat dengan iman. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا كَانَ اللّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللّهَ بِالنَّاسِ لَرَؤُوفٌ رَّحِيم
“Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah: 143) Maksud imanmu adalah shalatmu yang menghadap ke Baitul Maqdis.”
Sedangkan masalah takfir (mengafirkan) orang yang meninggalkan shalat karena meremehkan dan malas, maka itu merupakan pendapat beberapa ulama muhaqqiq (yang telah meneliti masalah ini) terdahulu, yaitu ratusan tahun sebelum Syaikh Muhammad bin Abdulwahab diciptakan. Pada ringkasnya bahwa dalam masalah iman dan kekufuran, Syaikh Muhammad bin Abdulwahab sesuai dengan petunjuk Islam dan Sunnah. Sedangkan dalam masalah meminta syafaat kepada orang-orang yang sudah meninggal dan meminta sesuatu kepada mereka yang tidak mampu mengabulkannya kecuali Allah Ta’ala, maka ini adalah perbuatan syirik berdasarkan nash Al-Qur’an dan Sunnah.
Allah Ta’ala berfirman,
وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَضُرُّهُمْ وَلاَ يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَـؤُلاء شُفَعَاؤُنَا عِندَ اللّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللّهَ بِمَا لاَ يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلاَ فِي الأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada Kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?" Maha suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu).” (QS. Yunus: 18)
Maka Allah Ta’ala menyebut perilaku mengadakan orang-orang pemberi syafaat bersama Allah yang diminta dan dimohon syafa’at mereka sebagai syirik. Wallahu Ta’ala a’lam. [PurWD/voa-islam.com]