Oleh: Sumedi
Pengurus Bidang Dakwah dan Kajian Keislaman Yayasan Al-Ihsan Kotaraja, Jayapura, Papua.
Sejak dua generasi salaful ummah, para sahabat Rasul SAW dan tabi'in berlalu, hingga kini telah jamak ulama fiqih yang mengangkat kajian tentang keutamaan nilai dakwah. Tetapi, apa yang dapat dideskripsikan para ulama fiqih dalam kitab-kitab klasik maupun kontemporer tentang fadha'il amaliyah ad-dakwah (keutamaan kerja-kerja dakwah) sesungguhnya sebatas tafsir atas dalil ayat-ayat Al-Qur’an dan sunnah, serta atsarus-shohabah yang sampai kepada mereka. Ditambah sebagiannya pengalaman empiris para pelaku dakwah. Karenanya keluasan bahasan dan dalamnya penggalian atas berbagai dalil terkait, tidak akan pernah mampu menampilkan ketinggian nilai dakwah yang sebenar-benarnya. Semua tetap ghaib, rahasia, hanya Allah saja yang mengetahui secara pasti keadaan yang dimaksudkan-Nya.
Sampai para juru dakwah itu kembali kepada Allah dengan membawa pahala yang besar atas usaha li'ila'i kalimatillah, balasan dari apa yang dijanjikan Allah akan tetap menjadi misteri. Janji-janji Allah bagi para pembela syariat-Nya, baru akan nyata setelah yaumul hisab ditegakkan. Saat tabir yang menghalangi pandangan mata terhadap segala hal yang ghaib Allah sibakkan.
Bukan sebuah kebetulan, janji pahala sebagaimana ancaman siksa dirahasiakan sampai hari kiamat. Paling tidak, janji dan ancaman itu berfungsi sebagai batu ujian keimanan dan sekaligus membangun motifasi yang besar untuk beramal. Dalam konteks dakwah, cukuplah bagi kita salah satu ayat Al-Qur'an menjadi acuan.. '' Dan siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang-orang yang menyeru kepada Allah dan (mereka tetap) beramal shalih, dan mereka berkata sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim. ''
Keyakinan kuat disertai pemahaman yang tepat terhadap sebab-sebab menjadi yang terbaik seyogianya menyentak semangat setiap individu dai menjemput obyek dakwah. Karena secara empirik Ghirah amaliyah da'awiyah selalu beriringan dengan kekuatan pemahaman dan keyakinan atas arahan rabbani yang melandasinya. Menjadi urgen untuk itu, mempertemukan amal da'awiy dengan argumen-argumen ma'tsur. Didukung alasan-alasan logis yang kian mempertajam kemampuan dai dalam menggali kekuatan motifasi melalui ayat Qur'an maupun hadits nabawi.
Di balik Quwwatu dalil selalu tertata rapi ibrah bagi yang mengetahui eksistensinya. Dari sekedar menjadi bingkai gerakan, hingga pewarna yang mampu menyifati pelaku dakwah dengan karakteristik yang paling istimewa. Sifat-sifat yang menjadi kekhasan dai dan da'iyah di setiap masa.
Siapa yang dimaksud sebagai orang dengan sebaik-baik pemilik perkataan, konsisten beramal shalih, dan bangga dengan segala ciri zhahir maupun sirri) keislaman kalau bukan para dai Allah..? Karenanya kemudian, segera upgrade ciri muslim biasa-biasa saja yang sebelumnya merupakan motif pakaian kita. Lalu ganti dengan semua hal istimewa yang mampu mendongkrak keberhasilan amal islami di tengah-tengah umat manusia. Jadi istimewalah dengan semua itu. Jadi kian istimewalah karena dakwahmu. [voa-islam.com]