Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Kemunafikan merupakan penyakit yang merusak iman. Posisinya tersembunyi sehingga tak ada yang mengetahui kecuali Allah Ta'ala. Karena sifat orang munafik yang suka menampakkan yang baik di hadapan manusia, namun menyembunyikan yang buruk dalam dirinya.
Ibnu Juraij Rahimahullah berkata:
المنافق يخالف قوله فعله وسره علانيته ومدخله مخرجه ومشهده مغيبه
"Seorang munafik adalah orang yang berlawanan perkataan dengan perbuatannya, apa yang dirahasiakannya dengan apa yang nampak padanya, apa yang di dalam (hati)-nya dengan yang di luarnya, dan yang diperaksikannya dengan yang disembunyikannya."
Kenifakan terbagi menjadi dua: Pertama, I'tiqadi yang bisa mengekalkan pelakunya di neraka, jika mati di atasnya dan tidak bertaubat darinya. Kedua, amali yang termasuk dosa besar. Dan kenifakan amal jika terus dipelihara maka akan menjalar pada nifak i'tiqad. Al-Hafidz Ibnul Hajar berkata:
فَمَنْ أَصَرَّ عَلَى نِفَاق الْمَعْصِيَة خُشِيَ عَلَيْهِ أَنْ يُفْضِي بِهِ إِلَى نِفَاق الْكُفْر
"Siapa yang terus menerus mengerjakan nifak maksiat maka ditakutkan ia akan terjerumus kepada nifak kufur." (Fath al-Baari: 1/138)
Abu Hanifah berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengetahui siapa-siapa yang termasuk orang munafik lalu beliau membetahukannya kepada Huzaifah bin Al-Yaman Radhiyallahu 'Anhu. Umar bin Khathab pernah diundang untuk menyalatkan jenazah, beliau keluar dan hendak menyalatkannya. Kemudian Huzaifah memberitahukannya, "Duduklah wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya dia itu termasuk dari mereka (kaum munafikin)." Kemudian Umar berkata kepadanya, "Semoga Allah memuliakanmu, Aku bagian daripada mereka?" Hudzaifah menjawab, "Tidak, dan aku tidak akan memberitahukan kepada seseorang sesudahmu." (Kisah ini disebutkan oleh al-Haitsami dalam Majma' al-Zawaid. Beliau berkata: Rijalnya terpercaya)
Ibnu Abi Mulaikah berkata: Aku telah dapati 30 sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, semuanya takut terhadap kenifakan atas dirinya. tak seorangpun dari mereka berkata bahwa dirinya berada di atas imannya Jibril dan Mikail."
Hal ini karena mereka menyadari, dalam amal mereka –bisa jadi- rusak karena adanya niatan yang tidak ikhlash. Namun perlu dicatat, kekhawatiran mereka ini bukan berarti mereka terjemurus ke dalam perbuatan buruk ini. Sekali lagi, tidak. Tetapi merupakan bukti tingginya sifat wara' dan takwa mereka. Ada pula yang berpendapat, karena usia mereka yang panjang sehingga melihat realita yang berubah, di mana banyak terjadi penyimpanganyg belum ada pada zaman sebelumnya sementara mereka tidak mampu mengingkari dengan sempurna. Mereka takut termasuk orang yang pro kepada perubahan buruk tersebut karena sikap diam yang mereka ambil.
Al-Hasan al-Bashri berkata: Tidaklah takut terhadap kenifakan kecuali seorang mukmin dan tidaklah merasa aman darinya kecuali ia seorang munafik. (HR. Al-Bukhari dalam Kitab al-Iman)
Dalam perkataan beliau yang lain: Siapa yang tidak takut nifak maka ia seorang munafik. Ia menuturkan pula, Tidak ada seorang mukmin yang telah tiada atau yang masih hidup kecuali ia takut terhadap kemunafikan; dan tidaklah ada seorang munafik yang telah tiada atau masih hidup kecuali ia merasa aman dari kemunafikan.
Kaum mukminin adalah orang yang senantiasa takut terhadap diri mereka terperosok kepada kenifakan, walau nifak amali. Karena ia bisa menjadi pintu masuk kepada nifak I'tiqadi. Di antara orang shalih yang demikian itu adalah Umar Radhiyallahu 'Anhu, padahal beliau termasuk dari sepuluh orang yang mendapat jaminan surga. Apalagi kita yang hidup di zaman penuh fitnah dan kemaksiatan, sepantasnya kita lebih takut tertimpa penyakit nifak dan terperosok kepada kemunafikan. Wallahu Ta'ala a'lam. [PurWD/voa-islam.com]