View Full Version
Senin, 20 Jan 2014

Harus Sabar dalam Menjalankan Ketaatan

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Para ulama membagi sabar menjadi tiga bagian; Pertama, sabar di atas ketaatan. Kedua, sabar dari apa saja yang Allah haramkan. Ketiga, bersabar saat tertimpa takdir/ketetapan Allah yang dirasa menyakitkan (musibah).

Jika makna sabar secara bahasa adalah menahan diri. Yakni menahan diri dari apa yang tdak disukai jiwanya. Maka pada bagian kedua & ketiga kita akan memakluminya, yakni sabar (menahan diri) dari menuruti syahwat dan dorongan nafsu; dan sabar (menahan diri) dari mengeluh dan mengumpat atas musibah yang Allah takdirkan atas dirinya, lalu ia ridha kepadanya dan berharap pahala kepada Allah atasnya. Kemudian dalam ketaatan kok kita harus sabar, kenapa?

Sebabnya, karena ketaatan dirasa berat oleh jiwa & fisik seseorang sehingga ia merasa kesulitan menjalankannya. Apalagi kalau fisiknya lemah dan capek, maka beratnya menjalankan ketaatan semakin terasa. Di sisi lain, ketaatan terkadang membutuhkan modal duit seperti zakat, infak, haji dan semisalnya maka menjalankan ketaatan-ketaatan ini menjadi beban lebih bagi jiwa manusia. Karena tabiat dasar manusia itu pelit, sayang & eman-eman terhadap apa yang dipunyainya, khususnya harta yang telah diusahakannya. Karenanya seseorang dalam menjalankan ketaatan harus mampu melawan apa-apa yang tidak disukai jiwannya, ia harus mampu mengalahkan kecenderungan jiwanya yang ingin berleha-leha, malas, tidak mau ada beban, dan ingin menikmati kesenangan-kesenangan.

. . . dalam menjalankan ketaatan terdapat sesuatu yang berat atas jiwa dan fisik kita. Karenanya menjalankannya membutuhkan kesabaran dan ketekunan. . .

Ringkasnya, dalam menjalankan ketaatan terdapat sesuatu yang berat atas jiwa dan fisik kita. Karenanya menjalankannya membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Siapa yang mampu bersabar, atas ketaatan ini dan ditambah dengan dua macam kesabaran lainnya di atas maka ia akan mendapatkan keberuntungan hidup dan pahala melimpah.

Allah SubhanahuWaTa'alaberfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran: 200)

Al-Falah adalah keberuntungan, kebahagiaan, dan kesuksesan di akhirat. Jalan yang menghantarkan ke sana adalah melazimi kesabaran, yaitu menahan diri atas perkara yang tidak disuka. Bentuknya, meninggalkan maksiat-maksiat, sabar atas musibah, dan sabar atas perintah-perintah yang berat ditanggung jiwa. Allah memerintahkan bersabar atas semua itu. (Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Sa’di dalam Tafsirnya, Taisir al-Karimi al-Rahman)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Al-Zumar: 10)

Maksudnya pahala tanpa batasan, tidak bisa dihitung dan dijumlah karena banyaknya. Ini berlaku atas tiga macam kesabaran secara keseluruhan. Semua ini merupakan keutaaan sabar dan kedudukannya di sisi Allah. Sabar membantu menyukseskan semua urusan kita. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version