Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Perintah ibadah dan takwa bukan di Ramadhan saja. Kapanpun kita diperintahkan menjaga perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Harus diyakini bahwa Allah melihat dan menyaksikan segala perbuatan kita di manapun berada, sehingga kita harus tetap jadi orang shalih di mana saja.
Ada sebagian manusia, saat Ramadhan menjadi hamba-hamba shalih yang bertakwa. Namun selepas Ramadhan berlalu pula keshalihan dan ketakwaannya. Mereka tidak mengenal Allah kecuali di Ramadhan saja. Para ulama menyebut manusia semacam ini sebagai Ramadhaniyyun.
Umumnya manusia, seperti diulas dalam makalah berjudul, “Tsabat Ba’da Ramadhan”, adalah malas dan futur setelah selesai mengerjakan beberapa amal ketaatan. Berlaku juga pada Ramadhan. Setelah berlalunya bulan mubarak ini rasa malas kembali menjangkiti diri. Berlalu Ramadhan berlalu pula tilawah Al-Qur'an, qiyamullail, zikrullah, dan berlapar-lapar karena Allah (puasa).
Walau diakui ada pula sebagian orang yang merasa sedih dengan berlalunya bulan penuh berkah, ampunan, dan rahmat tersebut. Khususnya mereka yang sangat bersungguh-sungguh menjalankan ketaatan di Ramadhan, merasakan nikmat ibadah, menangis karena kekhusyu’an, dan menjadikan Ramadhan untuk memperbaharui janji barunya kepada Allah, yakni janji ketakwaan.
Kesedihan karena berlalunya Ramadhan akan sangat dirasakan oleh orang takut terhapus pahala-pahalanya karena beratnya bertakwa di bulan-bulan sesudahnya. Mereka takut menjadi seperti, “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali,” (QS. Al-Nahl: 92). Kesedihan itu juga dirasakan orang yang sadar kewajiban syukur atas ketaatan dengan selalu menambah ketaatan.
Berikut ini beberapa tips untuk tetap menjaga keshalihan pasca Ramadhan. Sehingga seolah-olah Ramadhan bagi kita bukan hanya satu bulan, tetapi 12 bulan.
1. Jaga shalat. Yakni melaksanakan shalat fardhu di awal waktu dengan berjamaah di masjid dengan mendapatkan takbiratul ihram imam. Lalu ikuti dengan shalat-shalat sunnah rawatib qabliyah dan ba’diyahnya. Jangan lupakan shalat nawafil, seperti shalat dhuha, shalat hajat, istikharah, dan qiyamullail.
2. Terlebih shalat malam, dengan menjaga 8 rakaat tahajjud yang dikerjakan setelah tidur lalu ditutup 3 rakaat witir. Jika merasa berat, kerjakan witir sebelum tidur. Boleh juga shalat malam ini dikerjakan sebelum berangkat ke ranjang.
3. Latih kekhusyu’an diri saat shalat dengan memahami makna bacaan shalat kita sehingga kita bisa merasakan nikmatnya shalat tersebut.
4. Baca Al-Qur'an setiap hari dengan penuh perenungan sehingga hadir perasaan bahwa Allah sedang mengajak bicara kita melalui ayat-ayat yang kita baca.
5. Lazimi masjid dengan berbetah-betah di dalamnya sebagaimana yang sering kita lakukan di Ramadhan. Masjid tempat yang paling Allah sukai di muka bumi karena hanya diisi ketaatan dan ‘steril’ dari maksiat-maksiat. Niatkan i’tikaf dengan duduk sedikit lama di dalamnya.
6. Paksa diri untuk tetap berinfak dan bersedekah. Tabiat jiwa ini sangat suka kepada harta, karenanya perlu dipaksa mengeluarkannya di jalan Allah. Jika kita sangguh melakukannya, itu menjadi bukti bahwa kecintaan kita kepada Allah melebihi cinta kita kepada harta. Terlebih pasca Ramadhan, banyak orang fakir miskin yang bersedih karena sedikitnya orang yang membuka tangan keluarkan sedekah.
Waspadi televisi.
Tontonan haram bisa menghapuskan pahala kita sebagaimana api yang menghanguskan kayu bakar.
7. Tetap jalin silaturahim kepada kerabat-kerabat dan mengunjungi saudara seiman. Karena berjumpa dengan saudara bisa melebutkan hati dan meluluhkan kekakuan sikap, terlebih kepada orang yang memiliki masalah dengan kita. Harapannya kita tetap mendapat ampunan yang Allah sediakan setiap Senin dan Kamis; yang diharamkan bagi orang yang sedang bermusuhan.
8. Jaga lisan & kontrol ucapan. Jangan berucap kecuali yang hak dan melahirkan kebaikan, seperti nasihat, amar ma’ruf nahi munkar, memuji kebaikan orang dan dan mendoakan kebaikan untuknya. Jauhi ghibah, mencaci, mencela, dan bersuara tinggi lagi teriak-teriak. Biasakan lisan ini basah dengan zikrullah.
9. Waspadi televisi. Tontonan haram –di antaranya gosip dan gunjingan- bisa menghapuskan pahala kita sebagaimana api yang menghanguskan kayu bakar. Jangan sampai Ramadhan yang telah menghasilkan pahala dan kebaikan lalu disia-siakan hasil itu dan dihapuskan.
11. Ikut serta dalam dakwah, karena umumnya manusia pelit meluangkan waktu untuk menyirami diri dengan hidayah. Berbeda jauh saat Ramadhan, hati lebih terbuka dan siap menerima hidayah.
12. Perbanyak istighfar dan taubat dengan menanamkan tekad tidak akan kembali kepada dosa-dosa yang pernah dikerjakan atau kelalaian-kelalaian ibadah yang pernah dialami. Semoga Allah senantiasa mengampuni kesalahan-demi kesalahan yang manjadi keharusan manusia yang disengaja atau tidak, lalu Allah senantiasa bimbing ke perbuatan yang diridhai-Nya.
Penutup
Sesungguhnya perintah ibadah dan takwa bukan di Ramadhan saja. Sepanjang waktu, selama masih hidup, kita diperintahkan senantiasa ibadah kepada Allah sampai tiba ajal kita. Jadi jangan jadikan keshalihan kita hanya di Ramadhan saja. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]