Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Tujuan hidup seorang muslim untuk senantiasa mencari ridha Allah agar masuk ke surga-Nya. Inilah cita-cita terbesar yang terus diusahakan. Sehingga ia akan senantiasa bersungguh-sungguh mengusahakan sebab meraih cita-cita yang mulia ini.
“Amal apa yang sudah kuusahakan untuk bisa masuk surga?” pertanyaan yang harus selalu hadir dalam benak muslim.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (QS. Al-Hasyr: 18)
Seorang muslim diperintakan untuk senantiasa bertakwa kepada Allah dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Kemudian diperintahkan untuk menghitung-hitung perbuatan diri sendiri sebelum kelak dimintai pertanggungjawaban di akhirat.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menambahkan keterangan di tafsirnya terhadap ayat di atas,
وانظروا ماذا ادخرتم لأنفسكم من الأعمال الصالحة ليوم معادكم وعرضكم على ربكم
“Dan perhatikanlah apa yang kalian tabung buat diri kalian pada hari dikembalikan dan dihadapkan kepada tuhan kalian; berupa amal-amal saleh.”
Karenanya, ia harus menunjukkan kejujuran diri sebagai hamba Allah sepanjang hayat; mengikhlaskan ibadah dan amal shaleh untuk Allah semata, dan tampil dengan akhlak mulia kepada sesama.
Di antara sebab taufiq, kebahagiaan dan keberuntungan hidup kita adalah pengagungan kepada Allah dalam hati kita. Saat kita mengagungkan Allah dan perintah-perintah-Nya maka bertambah amal dan semakin dekat kepada Allah. Jika pengagungan berkurang, maka amal juga surut dan kedekatan berkurang bahkan bisa sangat jauh dari Allah Ta’ala.
Maka perhatikan, bagaimana shalat kita yang merupakan ibadah teragung; apakah kita termasuk orang bersegera memenuhi panggilan shalat dan menempati shaf pertama?
Bagaimana tilawah Qur’an kita; tilawah sudah menjadi wirid harian kita? Berapa halaman tilawah harian kita? Sudah berapa surat dan berapa juz hafalan kita?
Bagaimana sikap kita kepada kedua orang tua kita; apakah kita sering mengingat mereka dalam doa-doa kita, menelpon dan mengunjungi mereka, mencukupkan nafkah dan senantiasa membahagiakan mereka?
Seberapa baik kita kepada istri dan anak-anak kita; sudahkah kita bimbing mereka menjadi hamba Allah yang taat, mencukupkan nafkah, dan membahagiakan mereka?
Bagaimana perhatian kita kepada saudara dan kerabat kita; sudahkah kita termasuk orang yang menyambung silaturahim dan merawatnya?
Bagaimana tetangga-tegangga kita; apakah mereka nyaman dengan kehadiran kita di sebelah rumah dan tempat tinggal mereka. Apa jasa kita untuk kebaikan mereka di dunia dan akhirat?
Sesungguhnya amal-amal shalih kita kelak yang akan mendatangkan manfaat dalam kehidupan kita di akhirat. Amal shalih lah yang akan menjadi teman setia yang menggembirakan di kubur kelak. Kita tidak tahu berapa lama kita tinggal di bawah tanah sehingga Allah bangkitkan kelak.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ ، يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ
“Tiga yang mengikuti mayit sampai ke kubur. Dua akan kembali dan satu tetap bersamanya di kubur. Yang akan mengikutinya adalah keluarga, harta dan amalnya. Lalu keluarga dan hartanya akan kembali ke rumah. Sedangkan yang tetap bersamanya di kubur adalah amalnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
. . . Sesungguhnya amal-amal shalih kita kelak yang akan mengundang manfaat dalam kehidupan kita di dunia dan akhirat.
Amal shalih lah yang akan menjadi teman setia yang menggembirakan di kubur kelak . . .
Sebagian amal shalih kita akan terus mengalir pahalanya kepada kita setelah kita tiada. Layaklah kita perhatikan amal-amal jenis ini sebagai salah satu dari bekal terbaik untuk kehidupan akhirat.
[Baca: Hasanat Jariyah, Modal Beharga Menuju Surga]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ : إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila seseorang meninggal dunia maka (pahala) amalnya terputus kecuali 3 perkara: shodaqoh jariyah, ilmu bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Tidakkah kita iri kepada ulama-ulama yang kita ambil manfaat dari kayra-karya mereka. Setiap disebut nama mereka maka terlontar ucapan doa ampunan dan rahmat untuk mereka. Belum lagi ilmu yang mereka torehkan ditinta yang bisa dibaca dan diambil manfaatnya sepanjang zaman. Berapa banyak pahala dan kebaikan yang mengalir kepada mereka?
Mereka telah torehkan jasa-jasa besar untuk dien ini sehingga terus dikenang dan dilanjutkan umat Islam. Maka, “apa yang sudah kita persembahkan untuk dien ini?”
Teruslah kita berusaha dan bersungguh-sungguh melahirkan amal-amal shalih sepanjang hayat. Jangan lupa beristi’anah (minta tolong) kepada Allah dan terus berdoa agar memberikan taufik kepada kita untuk beramal shalih hingga akhir hayat. Di antara tanda Allah menghendaki kebaikan kepada seorang hamba, Dia beri taufiq untuk beramal shalih sebelum wafatnya.
. . . “apa yang sudah kita persembahkan untuk dien ini?” . . .
Shalat di awal waktu dengan berjamaah, membaca Al-Qur’an, birrul walidain, membina dan mendidik keluarga sebaik-baiknya, silaturahim, perhatian dan sedekah kepada fuqoro’ dan masakin, mengajarkan kebaikan kepada orang lain, mencetak dan menyebarkan buku yang manfaat kepada masyarakat, membagikan lembaran dzikir kepada umat, menyiapkan tempat-tempat tafaqquh fiddien, menjenguk orang sakit, menyantuni anak yatim, dan nyumbang pembangunan masjid, dan semisalnya.
Sesungguhnya setiap kebaikan kita akan dicatat dan diberi pahala sebanding. Teruslah ikhlaskan niat, tanamkan niatan beramal, dan pahami jalan beramal yang dikehendaki Allah melalui tuntunan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]