Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. . Shalawat dan salam atas Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabantya.
Dunia adalah negeri ujian. Baik ujiannya berupa kesenangan atau kesusahan. Allah ingin melihat perbuatan kita di hadapan ujian tersebut.
Allah Ta'ala berfirman,
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan." (QS. Al-Anbiya': 35)
Di antara ujian dunia yang pasti dirasakan setiap manusia – muslim dan kafir- adalah musibah dengan berbagai bentuk dan warnanya.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan." (QS. Al-Baqarah: 155)
Seorang muslim wajib melihat musibah dengan kacamata iman. Dengannya musibah akan terasa ringan. Bahkan bisa jadi menaikkannya kepada derajat ridha sehingga ia meraih kedudukan tinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Berikut ini 10 kaidah dalam menghadapi musibah:
Pertama: Tak seorang pun yang bisa bebas dari musibah dan bencana. Maka saat Anda mendapat musibah dunia, ingatlah, bukan hanya Anda saja yang mengalaminya. Musibah menjadi sunnatulah yang akan dirasakan setiap orang yang hidup di dunia.
Kedua: Ingat baik-baik bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak mentakdirkan sesuatu kecuali disertai hikmah mulia. Hikmah ini bisa dipahami bagi siapa yang mengetahuinya. Betapa sering Allah curahkan karunia di balik bencana. Betapa banyak Allah tunjukkan kasihnya saat ada bencana. Dan sesungguhnya dalam musibah terdapat hikmah dan rahasia yang sering tak diketahui manusia. Berapa banyak orang bejat lalu bertaubat dan kembali kepada Allah setelah mengalami musibah?
Berapa banyak musibah kecil yang menimpa seseorang menghindarkannya dari musibah besar? Namun, kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.
Ketiga: Yakini bahwa yang bisa mendatangkan kebaikan hanyalah Allah. Sebagaimana pula hanya Dia yang mampu hilangkan bencana. Setiap kejadian tak luput dari pengawasan-Nya. Semua peristiwa terjadi dengan kehendak-Nya. Sementara rahmat-Nya mendahului murka-Nya. Maka yakinlah bahwa Allah lebih sayang kepada hamba-Nya daripada ibu yang telah mengandung dan melahirkannya. Bahkan lebih sayang daripada seseorang kepada dirinya. Keyakinan-keyakinan ini mendorong diri untuk menggantungkan hati kepada Allah semata. Yaitu dengan merendahkan diri, berdoa dan berharap kepada-Nya, serta bersimpuh di hadapan-Nya.
[Baca: Doa Saat Ditimpa Musibah]
Keempat: Ingat baik-baik wasiat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhuma, sekaligus wasiat bagi seluruh umatnya.
مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ
“Sesuatu yang ditakdirkan menimpamu, tidak mungkin luput darimu. Dan segala sesuatu yang ditakdirkan luput darimu, pasti tidak akan menimpamu.” (HR. Ahmad)
Lalu kenapa harus sedih? Kenapa pula harus marah?
Kelima: pahami hakikat kehidupan dunia yang berlaku di dalamnya sunnatullah. Bahwa dunia negeri ujian dan cobaan. Tempat adanya kelahiran dan kematian, tangis dan tawa, gembira dan duka. Jika Anda pahami ini maka Anda akan tenang.
Keenam: Ingatlah bahwa kemudahan datang setelah kesulitan. Musibah dan bencana pasti akan berlalu. Itulah sunnah yang sudah berjalan dan terus terulang. Sebagaimana siang datang setelah malam.
Ketujuh: Berbaik sangka kepada Allah saat tertimpa musibah. Husnudzan adalah ibadah hati yang sangat agung. Jika Anda berbaik sangka kepada Allah pasti Dia akan beri ganti lebih baik.
Allah berfirman dalam hadits Qudsi,
أنا عند ظنِّ عبْدي بي، وأنا معه إذا ذكرني
“Aku sesuai prasangkan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku benar-benar bersamanya apabila ia berdzikir kepada-Ku.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Kedelapan: Yakinlah bahwa pilihan Allah lebih baik daripada pilihanmu untuk dirimu. Letakkan keyakinan ini di pelupuk mata-Mu maka Engkau akan ridha terhadap Allah dan semua keputusan-Nya. Sedangkan ridha terhadap Allah merupakan ibadah sangat agung. Siapa yang ridha kepada-Nya, Dia akan meridhainya. Siapa yang meraih keridhaan Allah, sungguh dia telah mendapatkan kebaikan yang besar.
Al-A’masy berkata: kami pernah bersama Al-Qomah. Dibacakan kepadanya ayat ini,
وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ
“Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya." (QS. Al-Thaghabun: 11) Lalu ia ditanya tentang ayat itu. Ia menjawab, “itu adalah seseorang yang tertimpa musibah lalu ia sadar musibah itu dari sisi Allah sehingga ia ridha dan menerima dengan lapang dada.”
Kesembilan: Saat cobaan terasa sangat berat, ketahuilah bahwa tanda kesudahan sudah dekat. Ini sunnah kauniyah.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
واعلم أن النصر مع الصبر، وأن الفرج مع الكرب، وأن مع العسر يسراً
“Dan ketahuilah, sesungguhnya pertolongan (dari Allah ta’ala) itu selalu menyertai kesabaran, dan jalan keluar (dari kesulitan) selalu menyertai kesulitan, dan kemudahan selalu menyertai kesusahan.” (HR. Ahmad)
Kesepuluh: Jangan habiskan waktu hanya berpikir cara keluar dari cobaan. Jalani sesuai ketentuan syar’i. Apabila Allah sudah menghendaki sesuatu maka Dia mudahkan sebab-sebabnya. Ingat, sering kali jalan keluar terjadi di luar nalar. Apakah Nabi Musa pernah tahu bagaimana keluar dari kesulitan saat di kerja Fir’aun dan bala tentaranya sehingga bertemu laut? Saat Allah perintahkan untuk memukulkan tongkatnya ke laut pun Nabi Musa masih belum tahu bentuk kesudahan dari Fir’aun.
[Baca: Terapi Saat Tertimpa Bencana dan Musibah]
Karenanya, perbagus kesabaran dan teruslah bersabar, tanamkan keridhaan terhadap takdir, dan berharaplah pahala atas musibah itu. Terus ingat pahala besar yang Allah janjikan untuk orang-orang yang bersabar, “Beri kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155) Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]