Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa kesempurnaan makhluk terletak dalam realisasi ibadahnya kepada Allah Ta’ala. Setiap kali seorang hamba bertambah realisasi ibadahnya kepada Allah maka akan bertambah pula kesempurnaannya dan semakin tinggi derajatnya.
Siapa menyangka bahwa keluar dari salah satu bentuk ketundukan (ibadah) kepada Allah atau tidak beribadah akan semakin sempurna kemuliaannya maka ia menjadi makhluk paling bodoh dan sesat.
Karenanya, ketika Allah menyanjung hamba-hambanya dari kalangan malaikat dan manusia maka Allah sebutkan sifat ubudiyah mereka.
Allah berfirman tentang malaikat yang mulia,
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُّكْرَمُونَ لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُم بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَىٰ وَهُم مِّنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ
“Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak", Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafa'at melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (QS. Al-Anbiya’: 26-28)
Allah berfirman tentang Nabi Nuh ‘alaihis salam,
ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُورًا
“(Yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” (QS. Al-Isra’: 3)
Allah berfirman tentang Nabi Dawud ‘alaihis salam,
وَاذْكُرْ عَبْدَنَا دَاوُودَ ذَا الْأَيْدِ إِنَّهُ أَوَّابٌ
“Dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan).“(QS.Shaad: 17)
Allah berfirman tentang Nabi Sulaiman ‘alaihis salam,
وَوَهَبْنَا لِدَاوُودَ سُلَيْمَانَ نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ
“Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).” (QS. Shaad: 30)
Allah berfirman tentang Nabi Ayyub ‘alaihis salam,
وَاذْكُرْ عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ
“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan-nya: "Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan".” (QS. Shaad:41)
Allah berfirman tentang Nabi Ibrahim, Ishaq, dan Ya’kub ‘alaihimus sholatu wassalam,
وَاذْكُرْ عِبَادَنَا إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ أُولِي الْأَيْدِي وَالْأَبْصَارِ
“Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.” (QS. Shaad: 45)
Allah berfirman tentang Nabi Isa ‘alaihis salam,
إِنْ هُوَ إِلَّا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلًا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ
“Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani lsrail.” (QS. Al-Zukhruf: 59)
Dan Allah berfirman tentang Nabi kita Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya...” (QS. Al-Isra’: 1)
Saat mengisahkan orang-orang shalih selain para nabi dan rasul, Allah juga sebutkan sifat ubudiyah mereka,
وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. Al-Furqan: 63)
عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا عِبَادُ اللَّهِ يُفَجِّرُونَهَا تَفْجِيرًا
“(Yaitu) mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al-Insan: 6)
Hidup untuk Ibadah
Kenapa kemuliaan manusia terletak pada ibadahnya? Karena Allah ciptakan jin dan manusia hanya untuk beribadah kepada-Nya semata.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Al-Dzariyat: 56)
Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya menjelaskan bahwa, “Aku ciptakan mereka itu dengan tujuan untuk menyuruh mereka beribadah kepada-Ku, bukan karena Aku membutuhkan mereka.”
Mengenai lafadz Illaa Liya’buduun, Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibn Abbas, “Artinya, melainkan supaya mereka mau tunduk beribadah kepada-Ku, baik secara suka rela maupun terpaksa.” Sedangkan menurut Ibnu Juraij lafadz tersebut mengandung maksud, “Yakni supaya mereka mengenal-Ku.”
Dengan demikian ibadah adalah perintah yang tidak bisa ditinggalkan dengan alasan apa pun. Oleh karena itu, dalam rangka membimbing umat manusia dari kesalahan dalam hal ibadah, Allah pun mengutus Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai role model yang tentu seluruh umat Islam harus mengikutinya (ittiba) secara totalitas.
Allah juga telah fitrahkan dalam diri manusia untuk beribadah kepada-Nya. Karenanya, siapa yang melaksanakan ibadah kepada Allah ia telah berjalan di atas fitrahnya. Dengan itu ia memperoleh ketenangan hati dan ketentraman jiwa. Dengan sebab itu pula ia merasakan kebahagiaan. Maka sa’adah (kebahagiaan) itu dengan beribadah kepada Allah.
Ada sebuah perkataan hikmah, "orang kaya menyangka bahwa kebahagiaan terletak pada harta. Penguasa merasa bahwa kebahagiaan ada pada kekuasaan dan jabatannya. Yang benar adalah kebahagiaan ada dalam ibadah kepada Allah 'azza wa jalla." Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]