Ust. Hawin Murtadlo Bukhori
Korona memang kecil. Saking kecilnya tidak kelihatan. Tapi, dengan cepat dia sudah memporak-porandakan semua kekuatan.
Pertama Cina dibuat kalangkabut. Lalu satu persatu negara lain mengikuti. Negara-negara Eropa yang dianggap negara paling maju pun keteteran. Terakhir, Amerika bertekuk lutut. Trump yang biasanya jumawa berpidato memelas menjelaskan kondisi negaranya yang makin tidak jelas, kapan bisa mengakhiri perang melawan Korona. Dan apakah akan menang atau kalah. Setidaknya, 200 orang di negara super power itu hari ini telah terinfeksi. Terbesar di seluruh dunia.
Dr. Ratib An-Nablusi menjelaskan, sebuah musibah ada beberapa kategori. Wujudnya bisa sama, musibah. Tapi, tujuannya berbeda-beda.
Pertama, musibah untuk membinasakan. Membuat orang yang angkuh dan sombong terdiam. Biasanya menimpa orang-orang yang angkuh dan sombong lagi ingkar kepada Allah. Merasa dirinya bisa mengendalikan dunia dengan ilmu dan kekuatannya. Merasa bahwa tidak ada kekuasaan lain selain dirinya.
Ada kaum yang ditenggelamkan, ada yang dikirimkan angin dingin tujuh malam delapan hari, ada yang dikirim nyamuk sehingga mati mengenaskan, ada yang diamblaskan ke dalam bumi, dan ada pula yang diturunkan kepada mereka hujan batu! -Na'udzubillah-!
Kedua, musibah untuk mengingatkan. Allah menimpakan musibah itu kepada kaum yang jahat, tetapi masih ada kebaikan pada mereka. Allah ingin mereka kembali. Seperti kaum Nabi Yunus alaihis salam yang membuat marah sang Nabi. Sampai-sampai sang Nabi "ngambek" tidak mau mendakwahi mereka lagi.
Allah kirimkan bencana kepada kaum Nabi Yunus yang akhirnya membuat mereka menyadari kesalahan. Mereka bertaubat kepada Allah, sehingga Allah mengangkat musibah tersebut. Lalu mengembalikan Nabi Yunus kepada mereka. Allah juga memberi mereka kehidupan yang menyenangkan setelah mereka sadar.
[Baca: Wabah Corona Teguran dari Allah?]
Ketiga, musibah untuk mengangkat derajat orang shalih. Musibah ini ditimpakan Allah kepada suatu kaum yang shalih, namun Allah ingin melihat mereka lebih dekat kepada-Nya.
Musibah-musibah itu akan menaikkan derajat keimanan mereka. Dari musibah itu lebih terlihat sikap sabar, ridha, dan iman mereka kepada Allah. Juga keikhlasan, keyakinan, dan tawakal mereka.
Kalau bukan karena dibuang ke sumur, tidak difitnah oleh istri raja, dan tidak masuk penjara, Yusuf tidak akan menjadi raja di Mesir.
Nabi Ayub diberi sakit delapan belas tahun, semua anaknya meninggal dunia, dan semua istrinya, kecuali satu, meninggalkannya. Dan hartanya ludes tak tersisa. Sampai ada orang berkomentar, "Dosa apa yang dilakukan Ayub? Sehingga Allah menimpakan musibah yang bertubi-tubi kepadanya?"
Tapi ternyata tidak seperti yang dipikirkan banyak orang bodoh. Setelah masanya tiba, Allah mengganti semua musibah itu dengan pengganti yang lebih baik. Allah memberikan harta dan anak-anak yang lebih baik. Setelah terbukti kesabarannya. Setelah semua orang tahu, dia seorang hamba yang sabar. Dan ia ternyata termasuk sebaik-baik hamba Allah, baik dalam keadaan suka maupun duka.
Keempat, adalah musibah –kasyaf-. Dengan musibah ini, Allah menyelamatkan para nabi dan orang-orang shalih dari musuh-musuhnya. Dari semua kesulitan yang selama ini menderanya.
Banjir bandang menyelamatkan Nuh alaihis salam. Adzab yang menjadi bencana bagi suatu kaum, bisa jadi merupakan cara-cara Allah untuk menyelamatkan orang-orang saleh mereka dari kejahatan kaum durhaka yang sudah tidak bisa diingatkan lagi dengan nasihat, dakwah, maupun amar makruf nahi mungkar.
Sungguh menakjubkan kondisi orang mukmin. Semua yang menimpanya merupakan kebaikan baginya. Jika ditimpa musibah, ia bersabar, dan itu merupakan kebaikan baginya. Dan jika memperoleh kelapangan hidup, ia bersyukur. Dan itu lebih baik bagi dirinya.
Semoga, wabah Korona menjadi kebaikan bagi kita, orang-orang yang beriman. Dan semakin menguatkan iman dan keyakinan kita kepada Allah.
Kita sadar bahwa ini saat kita harus kembali kepada-Nya. Mengakui semua kelemahan dan kesalahan kita. Hanya taubat yang tulus dan kesungguhan memohon kepadanya yang akan menjadi sarana wabah ini diangkat dari kita.
Dan jangan lupa, mari membaca qunut nazilah di setiap shalat fardhu yang kita laksanakan. [PurWD/voa-islam.com]