Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dna para sahabantya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala perintahkan orang-orang beriman untuk beradab terhadap Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Karena kemuliaan utusan Allah ini dan kedudukannya yang tinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Hujurat: 1)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmui, sedangkan kamu tidak menyadari.” (QS. Al-Hujurat: 2)
Syaikh Abu Bakar Jabi al-Jazairi dalam Minhaj al-Muslim menjelaskan pula bagi siapa yang berkesempatan berkunjung ke Masjid Nabawi dan makam nabi agar merendahkan suaranya. [Minhajul Muslim: 67]
لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا
“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain).” (QS. Al-Nuur: 63)
Maksudnya adalah tidak boleh memanggil Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dengan namanya saja sebagimana seseorang memanggil kawannya. Hendaknya disertakan sifat mulia beliau sebagai seorang nabi dan rasul, “Rasulullah atau Nabiyullah.” Dan ketika menyebut nama beliau atau disebutkan namanya hendaknya bershalawat atas beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Disebutkan dalam Minhaj al-Muslim [67] bahwa salah satu adab kepada sayyidul Anam, “mengagungkan nama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan memuliakannya saat nama beliau disebut dengan mengucapkan shalawat untuknya; serta mengagungkan dan menghormati seluruh karakter dan keutamaan beliau.”
Berikut ini di antara adab umat kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam:
Pertama, tunduk dan taat secara mutlak kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Kedua, membenarkan setiap yang Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam kabarkan dari perkara ghaib yang telah lalu atau yang akan datang.
Ketiga, mengikuti Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam dalam semua perkataan dan perbuatan.
Keempat, menjauhi semua yang beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam larang.
Kelima, mengedepankan perkataan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam atas perkataan semua manusia.
Keenam, menerima ketetapan hukum Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan ridha kepadanya.
Ketujuh, mencintai Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dengan kecintaan yang lebih besar dibandingkan kecintaan kepada kedua orang tua, istri, anak, harta benda, dan semua manusia.
Kedelapan, mencintai siapa yang saja yang dicitai Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan membenci siapa yang saja yang beliau benci.
Kesembilan, menjadikan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam sebagai suri tauladan dalam semua aspek kehidupan.
Setiap muslim harus bersungguh-sungguh menerapkan adab-adab terhadap Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan menjaganya dengan sebaik-baiknya. Sebab, kesempurnaan dan kebahagiaannya sangat ditentukan dengannya.
Semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk melaksanakan adab-adab terhadap Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dengan sebaik-baiknya dan menjadikan kita benar-benar sebagai pengikut dan penolong, serta menganugerahkan kepada kita ketaatan kepadanya sehingga berhak mendapatkan syafaatnya di hari kiamat kelak. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]