Oleh: Ustadz Hawin Murtadlo Bukhori
Kematian adalah nasihat.. Kematian adalah nasihat.. Kematian adalah nasihat..
Untuk apa? Untuk berbekal. Karena perjalanan setelah kematian itu panjang dan berat. Kecuali bagi siapa yang dimudahkan oleh Allah.
Saat kematian datang, kita diantar oleh keluarga, harta, dan amal. Yang dua kembali. Tinggal amal yang menemani. Akankah amal shalih yang menemani kita nanti? Atau amalan yang kita tidak suka menjadi temannya?
Kita masing-masing yang bisa menjawabnya. Bukan dengan kata-kata, tapi dengan apa yang kita lakukan.
Andaikata kematian bisa ditunda dengan ilmu pengobatan, tentu dokter dan tabib bisa menunda kematiannya.
Andai kematian bisa ditunda dengan kekayaan, tentu Qarun punya harta berlebih untuk membayar biaya penundaannya.
Andai kematian bisa ditunda dengan kekuasaan, tentu Firaun melakukannya.
Andai kematian bisa ditunda dengan doa dan kedekatan kepada Tuhan, tentu para wali Allah bisa memintanya.
Tapi tidak. Ketika ajal ditentukan, kita tidak bisa menawar untuk memajukan atau memundurkannya. Allah yang menetapkan takdir, Dia juga yang mengetahui hikmah-Nya. Mengapa Fulan meningal hari ini, di tempat ini, dan disebabkan ini?
Allah yang menetapkan, tidak ada yang bisa mengoreksi, apalagi menganulir keputusan-Nya.
Untuk semua saudaraku dan sahabatku yang telah mendahului, teriring doaku semoga Allah menerima amalmu, mengampunkan dosamu, dan menempatkanmu di kedudukan yang tinggi di sisi-Nya.
Untuk Saudara dan Sahabatku, yang masih diberi nikmat usia, kesehatan, dan kesempatan. Jangan menyia-nyiakan nikmat waktu yang ada. Karena nanti, kita menyadari bahwa setiap detik yang ada memang sangat berharga.
Ya Allah, jadikan hidup kami sebagai kesempatan untuk menambah kebaikan. Jadikan mati kami sebagai istirahat dari segala keburukan.
Ya Rabb, jadikan usia terbaik kami di penghujungnya, amalan terbaik kami di penutupnya, dan hari terbaik kami adalah hari perjumpaan dengan-Mu. [PurWD/voa-islam.com]
[Baca: Tahu Keutamaan Jihad & Mati Syahid, Pasti Inginkan Hidup di Medan Jihad]