Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. Al-Isra: 16)
وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا
(Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu) yakni orang-orang kaya yang dimaksud para pemimpinnya, yaitu untuk taat kepada Kami melalui lisan rasul–rasul Kami.
فَفَسَقُوا فِيهَا
(Tetapi mereka melakukan kefasikan di negeri itu) maka menyimpanglah mereka dari perintah Kami.
فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ
(Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan Kami) azab Kami
فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا
(Kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya) artinya Kami binasakan negeri itudenganmembinasakan penduduknya serta menghancurkan negerinya.
. . . Jadi azab yang menimpa pada suatu daerah, negeri, pasti terkait dengan kesalahan pembesar negeri tersebut. Tidak mungkin azab yang menimpa suatu negeri karena kedurhakaan pembesar negeri lain. . .
Allah memerintahkan para pemimpin, penguasa, pembesar, elite dan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu untuk melakukan ketaatan, tetapi mereka malah melakukan kefasikan kemungkaran dan kezaliman sehingga negeri itu berhak mendapatkan murka dan azab dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Mutrafun adalah para elite, pembesar yang bergelimang harta dan hobi berfoya-foya. Derajat sosial yang tinggi dan serba berkecukupan membuat mereka bebas melakukan apa saja. Mereka telah terjerumus kepada kefasikan, kemaksiatan, kedurhakaan. Hal demikian karena pada umumnya, nafsu dan syahwat sangat mendominasi pola hidup mereka, sehingga cenderung abai terhadap kewajibannya sebagai pemimpin, sebagai orang gedean yang mesti memberi contoh kesalehan kepada umat. Begitu mereka durhaka dan terus dalam kedurhakaan, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala turunkan Azab yaitu dihancurkan sehancur-hancurnya.
Jadi azab yang menimpa pada suatu daerah, negeri, pasti terkait dengan kesalahan pembesar negeri tersebut. Tidak mungkin azab yang menimpa suatu negeri karena kedurhakaan pembesar negeri lain. Wallahu A’lam. [PurWD/IIkappim/voa-islam.com]