Oleh: Bdrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Dunia adalah tempat ujian untuk Allah melihat amal-amal kita. Karenanya, jangan pernah berhenti beramal shalih selama hidup di dunia. Pastikan bahwa perkataan dan perbuatan kita, lahir dan matin, diridhai Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jangan terlalaikan oleh dunia dan kesibukannya. Sesungguhnya orang sibuk dengan dunia sehingga lalai dari beramal shalih akan menjadi orang miskin di akhirat.
Disebutkan dalam Shahihain, bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepada Abu Dzar Radhiyallahu 'Anhu,
يا أبا ذرٍّ، إن الأكثرين هم الأقلُّون يومَ القيامة إلَّا مَنْ قال هكذا وهكذا؛حَثا بين يديه يمينًا وشمالًا
“Wahai Abu Dzar, sesungguhnya orang yang kaya di dunia mereka adalah orang-orang miskin di hari kiamat kecuali orang yang melakukan seperti ini dan seperti ini; beliau mengisyaratkan dengan tangannya ke kanan dan ke kiri.”
Orang-orang kaya di dunia ini, biasanya, sedikit amal shalihnya. Sehingga di akhirat ia miskin pahala. Dan biasanya mereka ini akan sombong, merasa tidak butuh kepada Allah, dan enggan taat kepada-Nya. Dunia telah berhasil memalingkannya dari Allah dan beribadah kepada-Nya. Orang semacam inilah yang disifati, “orang yang banyak harta di dunia akan miskin pahala di akhirat”.
Dikecualikan –dari keumuman ini- orang-orang yang menggunakan hartanya untuk akhirat. Dia gunakan hartanya untuk beribadah dan berinfak di jalan-jalan kebaikan yang Allah ridhai. Dirinya sadar bahwa dunia adalah tempat ujian. Harta benda dan kekayaan yang dimilikinya adalah sebagai ujian dari Allah untuknya. Allah ingin melihat apa yang dia kerjakan dengan harta bendanya. Karenanya, seseorang akan ditanya di akhirat kelak tentang hartanya; darimana dia dapatkan dan kemana ia belanjakan.
[Baca: Pelit Infak Bikin Menyesal di Akhirat]
Abu Dzar dan Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhuma menyampaikan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
مَا يَسُرُّنِي أَنَّ عِنْدِي مِثْلَ أُحُدٍ هَذَا ذَهَبًا تَمْضِي عَلَيَّ ثَالِثَةٌ وَعِنْدِي مِنْهُ دِينَارٌ إِلَّا شَيْئًا أَرْصُدُهُ لِدَيْنٍ إِلَّا أَنْ أَقُولَ بِهِ فِي عِبَادِ اللَّهِ هَكَذَا وَهَكَذَا وَهَكَذَا عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ وَمِنْ خَلْفِهِ
“Aku tidak suka kalau aku memiliki emas sebesar gunung Uhud ini akan tetap ada bersamaku sampai tiga hari, walaupun satu dinar saja darinya. Kecuali dinar yang aku siapakan untuk membayar hutangku. (atau) Kecuali aku akan memberikannya kepada hamba-hamba Allah begini, begini dan begini.' -beliau lantas mendemontrasikan (dengan genggaman tangannya) ke kanan, kiri dan ke belakangnya-.”
Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah manusia paling zuhud di dunia. Beliau tidak mau mengumpulkan dan menyimpan harta sedikitpun. Kecuali harta yang beliau siapkan untuk membayar hutang. Buktinya, saat beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam wafat baju besi beliau masih tergadai kepada seorang Yahudi untuk beliau berhutang gandum untuk makan keluarganya.
Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengabarkan bahwa dunia ini terlaknat, demikian pula seluruh isinya, kecuali dzikrullah, orang yang menjalankan ketaatan, dan orang yang berilmu dan belajar ilmu. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]