View Full Version
Kamis, 23 Nov 2023

Barometer Kemuliaan di Sisi Allah adalah Ketakwaan

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam- dan keluarganya.

Di antara point sangat penting yang ditekankan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam saat haji wada’ adalah menjaga ketakwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan bersemangat menggapai derajat tinggi di surga dengan merealisasikan ketakwaan ini. Kemuliaan dan kedudukan tinggi di sisi Allah tidak bisa digapai dengan nasab dan keturunan. Setiap orang adalah keturunan Nabi Adam. Beliau diciptakan dari tanah. Tidaklah orang Arab lebih mulia dari non Arab, demikian pula sebaliknya. Kemuliaan dan kedudukan istimewa di sisi Allah bisa diraih dengan ketakwaan kepada-Nya.

Imam Ahmad meriwayatkan hadits tentang khutbah Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam di hari Tasyriq saat haji Wada’, beliau bersabda,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلَّا بِالتَّقْوَى

Wahai sekalian umat manusia, ketahuilah sesungguhnya Tuhanmu satu (esa). Nenek moyangmu juga satu. Ketahuilah, tidak ada kelebihan bangsa Arab terhadap bangsa Non- Arab (Ajam), dan tidak ada kelebihan bangsa lain (Ajam) terhadap bangsa Arab. Tidak ada kelebihan orang yang berkulit merah (putih) terhadap yang berkulit hitam, tidak ada kelebihan yang berkulit hitam dengan yang berkulit merah (putih), kecuali dengan taqwanya.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah menyampaikan penjelasan detail bahwa kemuliaan dan keutamaan itu diraih dengan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla; tidak dengan sebab lain. Ini sesuai firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Sa’di rahimahullah berkata, “Yakni: akan tetapi kemuliaan itu berdasarkan ketakwaan. Maka yang paling mulia di antara mereka (manusia) adalah yang paling bertakwa. Yaitu orang yang paling banyak melaksanakan ketaatan dan menahan diri dari kemaksiatan. Bukan orang yang paling banyak jumlah kerabatnya dan kaumnya. Tidak pula yang paling ningrat garis nasabnya. “Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti”: Allah adalah Dzat yang maha mengetahui siapa yang bertakwa kepada-Nya secara lahir dan batin, dan siapa yang tidak demikian, lalu Dia akan memberi balasan masing-masing orang dengan apa yang semestinya didapatkannya.”

Jadi, manusia paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa kepada-Nya. Seberapa kadar ketakwaan seseorang kepada Allah maka sekadar itu pula kedudukan mereka di sisi Allah ‘Azza wa Jalla.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah ditanya, “Siapa orang yang paling mulia itu?”

Beliau menjawab,

أكرمهم عند الله أتقاهم

Manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.” (HR. Al-Bukhari)

Al-Hafidz Ibnu Rajab rahimahullah dalam kitabnya “Jami’ al-Ulum wa al-Hikam” –di hadits ke 18- berkata, “dan pokok takwa adalah seorang hamba menjadikan antara dirinya dan apa yang ditakuti dan dikhawatirkannya wiqayah (penghalang) yang menghalanginya dari apa yang ditakutinya.”

Berarti seorang hamba yang bertakwa kepada Tuhannya akan membuat antara dirinya dan apa yang ia takutkan dari Tuhannya –kemarahan, kemurkaan, dan siksa-Nya- penghalang / pelindung yang akan menjaganya dari semua itu. Penghalang itu berupa mengerjakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version