Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puiji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah -Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabarkan sendiri tentang diri-Nya dalam kitab-Nya, bahwa Dia memiliki nama-nama Maha Indah. Nama-nama ini dikenal dengan Asmaul Husna. Secara Bahasa, artinya nama-nama Allah yang sangat indah.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا
“Allah memiliki Asmaulhusna (nama-nama yang terbaik). Maka, bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut (Asmaulhusna) itu.” (QS. Al-A’raf: 180)
Imam al-Baghawi rahimahullah dalam tafsirnya menukil perkataan Muqatil tentang sebab turunnya ayat ini. Ada seseorang berdoa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dalam shalatnya, dia memanggil Ar-Rahman. Sebagian kaum musyrikin Makkah berkata: sesungguhnya Muhammad dan teman-temannya mengaku menyembah tuhan yang satu, lihatlah orang ini menyeru yang tuhan kedua. Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat ini,
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا
“Allah memiliki Asmaulhusna (nama-nama yang terbaik). Maka, bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut (Asmaulhusna) itu.” Al-husnaa adalah bentuk muannats dari ahsan; seperti kata kubra dan shugra.
Disebutkan dalam Shahihain, dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلَّا وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu, siapa yang 'menghitungnya atau menghafalnya' maka dia masuk surga."
Dalam Riwayat lain disebutkan,
مَنْ حَفِظَهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ
“siapa menghafalnya pasti masuk surga.”
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengabarkan dalam hadits ini bahwa Allah memiliki 99 nama dan siapa yang menghimpunnya, menghitungnya, dan menjaganya maka akan masuk surga. Ini sebagai balasan atas usaha menghafal dan menghimpunnya.
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa “menghitung” dalam hadits di atas memiliki tiga tingkatan. Tingkatan pertama, menghitung (menghafal) lafaz dan bilangannya. Tingkatan ke dua, memahami makna dan kandungan di dalamnya. Tingkatan ke tiga, berdoa atau beribadah dengannya, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
”Hanya milik Allah-lah nama-nama yang husna. Maka berdoalah kamu dengannya” (QS. Al-A’raf [7]: 180). (Lihat Badaai’ul Fawaaid, 1/171)
Apabila dirinci lagi, bis akita bagi menjadi empat bagian:
1. Menghafalnya secara laadzi.
2. Mengetahui maknanya.
3. Beramal sesuai dengan kandungannya. Jika dia mengetahui bahwa Allah adalah Esa, maka dia tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Jika dia mengetahui bahwa Allah maha pemberi rizki, maka dia tidak meminta rizki kepada selain-Nya. Jika dia telah mengetahui bahwa Allah maha kasih sayang, maka dia akan melakukan berbagai ketaatan yang menjadi sebab turunnya rahmat tersebut. Demikian seterusnya.
4. Berdoa dengannya. Sebagaimana firman Allah Ta'ala,
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
"Dan milik Allah nama-nama yang mulia, maka hendaklah kalian berdoa dengannya." (QS. Al-A'raf: 180)
Yaitu dengan berdoa: Ya Rahman, kasihilah aku. Ya Ghafuur, ampunilah aku. Ya Tawwab, terimalah taubatku, dan semacamnya.
Syekh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin rahimahullah berkata, "Makna al-ihshaa, bukan artinya nama-nama tersebut ditulis di sehelai kertas kemudian dibaca berulang-ulang hingga hafal. Akan tetapi maknanya adalah;
1-Menghafal lafaznya.
2-Memahami maknanya.
3-Beribadah kepada Allah dengan kandungannya. Hal tersebut memiliki dua sisi;
Sisi Pertama: Berdoa kepada Allah dengannya. Berdasarkan firman Allah Ta'ala, "Maka hendaklah kalian berdoa dengannya." (QS. Al-A'raf: 180). Yaitu dengan menjadikannya sebagai wasilah (perantara) dari permintaan anda. Maka anda pilih nama yang cocok bagi permintaan anda. Ketika anda meminta ampunan, maka anda berkata, "Wahai yang Maha Pengampun, ampunilah aku." Tidak cocok jika anda mengatakan, "Wahai yang sangat keras hukumannya, ampunilah aku." Bahkan itu justeru semacam pelecehan. Akan tetapi seharusnya dia mengatakan, "Ya Allah, lindungi aku dari siksa-Mu."
Sisi Kedua: Hendaknya anda beribadah sesuai dengan kandungan yang terdapat dalam nama tersebut. Kandungan dari nama Ar-Rahim adalah ar-rahmah (kasih sayang) maka hendaklah anda beramal saleh yang dengan sebab itu akan mendatangkan kasih sayang Allah Ta'ala.
Inilah yang dimaksud dengan al-ihshaa. Jika demikian halnya, maka pantaslah jika balasannya adalah masuk surga." Majmu Fataw wa Rasa'il Ibnu Utsaimin, 1/74. Wallahua'lam. [PurWD/voa-islam.com]