View Full Version
Kamis, 15 Aug 2024

Merdeka, Siap Berserah Diri Kepada Allah!

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Merdeka bukan bebas berbuat semaunya. Merdeka yang hakiki adalah berserah diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Karena sejatinya, kita ini dibawah kuasa Allah dan tunduk kepada takdir-Nya. Kita tidak punya kuasa sedikitpun di hadapan-Nya.

Contoh paling nyata adalah saat Allah takdirkan kematian kepada kita, maka tak ada kemampuan diri dan kolega untuk menolaknya. Bahkan Al-Qur’an menantang, jika merasa tidak di bawah kuasa Allah, silahkan hidup lagi dan kembali pulang ke dunia setelah dikubur.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

فَلَوْلَا إِن كُنتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَتَرْجِعُوْنَهَآ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

Maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)? Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?” (QS. Al-Waqi’ah: 86-87)

Karenanya, orang beriman akan menjadikan hidupnya itu tunduk dibawah aturan agama Allah Subahanahu wa Ta'ala. Karena dengan itu, Allah akan ridha kepadanya dan akan memberikan balasan terbaik di sisi-Nya.

Nasihat sangat menyentuh disampaikan oleh Ketua Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) KH Athian Ali M. Da’I terkait tema, “seorang mukmin menyerahkan dirinya kepada Allah”.

Bagi orang yang beriman, menurutnya, sudah hilang kebebasan diri sepenuhnya, karena seorang mukmin dituntut untuk Islam yang maknanya berserah diri. “Yang beriman kepada Allah, dia harus menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah. Sepenuhnya dia siap diatur hidupnya oleh Allah Subahanahu wa Ta'ala,” tuturnya.

Sikap menyerahkan diri ini, tanpa lagi dia mempergunakan akalnya untuk bertanya, “mengapa Allah wajibkan saya berbuat ini? Kenapa Allah haramkan saya melakukan ini?”

Jika pertanyaan ini muncul dalam dirinya, maka keimanannya akan menjawab, “saya lakukan ini karena Allah perintahkan dan saya tinggalkan ini karena Allah melarangnya.”

Ketundukannya tidak didasarkan kepada alasan dan hikmah dalam perintah tersebut. Karenanya, dia sangat yakin bahwa semua yang Allah perintahkan pasti ada manfaatnya; baik dimengerti oleh akalnya atau tidak. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version