Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam ata Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dna para sahabatnya.
Syaikh Prof. Dr. Sulaiman bin Salimullah Ar-Ruhaily –hafidzahullah- berkata tentang tanda sempurnanya tauhid dan kuatnya iman seorang hamba beriman. Salah satunya adalah saat butuh atau memiliki hajat hanya meminta kepada Allah semata dan tidak meminta-minta kepada mkhluk.
“Sesungguhnya di antara bukti sempurnanya tauhid dan kuatnya iman adalah seorang hamba menjadikan permintaanya hanya kepada Allah dan tidak meminta ke orang-orang semampunya,” tutur beliau.
Penjelasan ini beliau ulang dua kali dalam potongan ceramah beliau yang cukup viral.
من كمال التوحيد وقوة الاسمان أن يحرص العبد على أن يكون سؤاله للهوان لا يسال الناس شيئا ما استطاع مع أنه لو فعل جاز غلى صورة التي ذكرناه
“Di antara bukti kesempurnaan tauhid dan kuatnya iman adalah ketika seorang hamba bersungguh-sungguh agar permintaannya hanya ia tujukan kepada Allah dan tidak meminta-minta kepada orang-orang semampunya walaupun sebenarnya ia boleh mengerjakan itu –minta ke orang lain- sesuatu bentuk yang dibolehkan.”
Penjelasan ini sesuai sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhuma,
إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ
“Apabila kamu meminta sesuatu mintalah kepada Allah, apabila engkau memohon pertolongan maka mintalah kepada Allah.” (HR. Al-Tirmidzi dan beliau berkata: Hadits Hasan Shahih)
Doa Adalah Ibadah
Sesungguhnya Allah telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berdoa dan meminta kepada-Nya. Allah jadikan doa dan permintaan mereka sebagai ibadah kepada-Nya. Dengan itu, hamba yang berdoa akan mendapatkan pahala. Dan Allah janjikan pengabulan untuk doa-doa mereka.
Dan Allah Subahanahu wa Ta'ala telah berfirman,
وَقَالَ رَبُّكُمُادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Ghafir: 60)
وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ
“Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.” (QS. Al-Nisa’: 32)
Imam Al-Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud secara marfu’,
سَلُوا اللهَ مِنْ فَضْلِهِ ، فَإِنَّ اللهَ يُحِبُّ أَنْ يُسْألَ
“Mintalah kepada Allah sebagian karunia-Nya karena Allah suka –apabila- diminta.”
Dalam redaksi lain,
مَنْ لَا يَسْأَلِ اللهَ يَغْضَبْ عَلَيهِ
“Siapa yang tidak minta kepada Allah maka Dia marah kepadanya.”
Dalam hadits lain,
لِيَسْأَلْ أَحَدُكُمْ رَبَّهُ حَاجَتَهُ كُلَّهَا حَتَّى يَسْأَلَ شِسْعَ نَعْلِهِ إِذَا انْقَطَعَ
“Hendaklah salah seorang dari kalian memohon setiap kebutuhannya kepada Rabbnya, hingga tali sandal yang putus pun ia tetap memohon kepada-Nya.”
Meminta kepada Allah semata adalah hukumnya wajib ain. Karena dalam meminta kepada Allah menunjukkan bahwa orang yang meminta itu merasa hina dan butuh kepada Allah. Sekaligus, pengakuan diri terhadap kuasa Allah untuk menghindarkan bahaya atau mendatangkan kebaikan. Dan ini tidak boleh dikerjakan kecuali kepada Allah semata.
Allah Subahanahu wa Ta'ala berfirman,
وَاِنْ يَّمْسَسْكَ اللّٰهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَه اِلَّا هُوَ وَاِنْ يُّرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَاۤدَّ لِفَضْلِه
“Jika Allah menimpakan suatu mudarat kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia dan jika Dia menghendaki kebaikan bagimu, tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya.” (QS. Yunus: 107)
Allah Subahanahu wa Ta'ala suka bila diminta dan memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk meminta kepada-Nya semua hajat-hajat mereka. Membuka diri agar mereka berdoa dan meminta kepada-Nya. Dia marah kepada orang yang tidak mau meminta kepada-Nya. Sekaligus mengabarkan bahwa Dia Kuasa dan mampu memberikan semua permintaan mereka tanpa mengurangi sedikitpun dari kepunyaan-Nya.
Berbeda dengan mahkluk. Tidak suka kalau sering diminta. Tidak punya kuasa dan kemampuan mengabulkan semua permintaan dan hajat orang yang meminta kepadanya. Maka kepada Allah semata kita meminta. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]