View Full Version
Jum'at, 16 Nov 2012

Jika Allah Memang Ada

Suatu ketika, seseorang mengeluh kepada sahabatnya tentang kesulitan hidupnya. Dia lalu menanyakan banyak hal. Sesaat kemudian, mereka berdua terlibat percakapan yang hangat.

Pertanyaan pertama diajukannya ...

"Apakah pernah kau berpikir, jika Allah  memang ada, mengapa ya harus ada kesedihan dan air mata? bukankah gampang baginya untuk membuat semua hal menjadi bahagia?"

Sang sahabat dengan tenang menjawab, "Sahabatku...tanpa mengalami kesedihan, manusia tak akan tahu tentang sebuah kesyukuran saat mereka akhirnya bisa berbahagia. Jika manusia tak pernah bersedih, mereka juga akan mudah lupa tentang indahnya semangat bangkit dari keterpurukan.

Kesedihan akhirnya juga menuntun manusia untuk menyadari bahwa tiada kesempurnaan sebuah bahagia, kecuali jika dia meletakkan segalanya hanya kepada Allah yang maha kuasa.

Dia kemudian bertanya kembali, "Lalu, jika Allah memang ada, mengapa harus ada kegagalan? Bukankah mudah bagiNya untuk membuat segalanya selalu dalam keadaan berhasil?"

Sang sahabat kembali menjawab, "InshaAllah dengan berlalunya waktu, manusia akan menyadari bahwa kegagalan selalu mengajarkan pentingnya semangat "sekali lagi". Sebuah semangat yang akan mendekatkan kita pada sebuah keberhasilan dan kesuksesan yang sebenarnya.

Kegagalan menjadikan manusia tegar dalam cobaan, dan tetap rendah hati saat dia telah berhasil. Dengan itu pula terseleksilah mana- mana manusia yang kuat dan mana saja manusia yang lemah.

Kegagalan juga mengajarkan sebuah sifat mulia yaitu menghargai. Lihatlah para manusia yang pernah gagal dalam sesuatu, dia akan melangkah dengan hati- hati dan lebih menghargai, karena dia telah menyaksikan sendiri dan merasakan sendiri bagaimana susahnya menjadi manusia yang gagal. Setelah itu, saksikanlah pula, bahwa akan ada sesuatu yang membaik dalam hidupnya.

Selain itu, Allah ingin menguji siapa yang serius untuk menjauh dari hal yang bernama gagal. Allah juga ingin melihat siapa hambanya yang serius berusaha untuk itu, dan siapa yang tidak. Bayangkan jika di dunia ini, semua hal bisa di dapat dengan mudah tanpa ada cambuk dari sebuah kegagalan, pasti tidak akan seru lagi hidup kita ini, kan?

Masih dengan rasa penasaran yang hebat, pertanyaan kembali dihadirkan olehnya, "Jika Allah memang ada, kenapa harus hambanya menjadi seorang miskin dan yang lain kaya?"

Tetap dengan senyum, sang sahabat menjawab, "Pernahkan kau melihat orang kaya yang tak bisa menikmati kekayaannya dan malah menjadikan semuanya itu terasa kosong dikehidupannya?. Pernahkah juga kau menyaksikan, orang miskin yang dengan ringan bisa tertawa riang tanpa beban, walau mereka tidak tahu apa yang akan mereka makan besok?. Allah telah banyak memiskinkan orang kaya karena terlalu sibuknya mereka dengan harta, dan mengkayakan orang miskin lantaran luasnya hati mereka menyikapi kehidupan. Sungguh, bukan banyaknya atau sedikitnya harta yang membahagiakan, namun hanya sebuah keberkahan yang terkandung di dalamnya lah yang mendamaikan batin kita, dan itulah yang sebenar-benarnya kita butuhkan.

Allahpun juga ingin menguji, siapa hambanya yang tetap pada jalanNya, bahkan saat dia kaya ataupun miskin. Bukankah harta adalah salah satu yang menggelitik batin manusia untuk mudah berpaling dariNya?

Allah juga mengajarkan bahwa jika kau ingin beroleh banyak harta, maka kerja keraslah yang harus kita lakukan, atau kemiskinan akan mendera kehidupan kita. Kau rajin maka kau kaya, kau malas maka kau akan miskin, dengan semua itu bukankah Allah itu sudah sangat maha adil?"

Selanjutnya, seperti tidak mau kalah, pertanyaan bertubi- tubi pun tetap dilontarkannya. "Lalu bisakah kau menjelaskan mengapa harus ada sebuah kekurangan di dunia ini? bukankah dengan kuasaNya, Allah bisa melebihkan kita atas segala hal?. Dan bagaimana pula dengan sebuah kekalahan? Mengapa dia biarkan manusia mengalami kekalahan?"

Sang sahabat menjawab, "Jika engkau hidup dalam kekurangan, tahukah kau sebenarnya itulah cara Allah menyayangmu. Kau akan selalu dekat dengannya. Kau akan sangat ringan menengadahkan tanganmu dalam memohon, kau akan sangat tulus dalam menangis saat meminta, dan kau akan merendahkan dirimu demi terkabulnya doa-doamu. Sampai- sampai kau tak punya waktu lagi untuk berbuat dosa kepadaNya. Dan ketika semua itu tercapai, kau akan menyadari bahwa yang kau perlukan sebenarnya hanyalah Allah saja, maka hidupmu akan terasa sangat lengkap dan berlebih.

Dan tentang sebuah kekalahan, tahukah kau bahwa Dia sangat menyayangmu sehingga Allah tidak ingin melihatmu sombong dengan terus menerus memberikan kemenangan. Dia ingin menegaskan kepadamu bahwa sifat sombong itu tidak pantas untukmu. Bahwa diatas langit masih ada langit. Bukankah Allah itu sangat baik dengan tetap menjagamu untuk selalu menjadi manusia yang rendah hati dan mau terus menerus memperbaiki untuk menjadi seorang pemenang?

Mendengar penjelasan sahabatnya, sebuah pertanyaan kembali diajukan "Bagaimana halnya dengan rasa sakit? Jika Allah memang ada, kenapa dia membiarkan kesakitan mendera tubuh dan hati manusia?"

Kesakitan yang terus menerus yang dirasakan manusia sebenarnya hanyalah peringatan kepada manusia tentang efek kejahatan mereka sendiri. Allah Subhanahu wata'ala juga ingin menyadarkan manusia, bahwa sebenarnya hanya Dia lah yang maha menyembuhkan. Hanya dengan mendekat kepadaNya manusia akan sembuh dari segala sakitnya. Allah selalu ingin kau berakrab dengan kita, bahkan saat semua manusia meninggalkan kita sendirian dalam kesakitanmu. Percayalah bahwa baik ataupun buruk yang terjadi kepadamu, Allah senantiasa menyayangmu dan tak akan pernah mendholimimu.

Setelah menjawab banyak pertanyaan tersebut, sang sahabat ganti bertanya kepadanya "Sekarang jawablah pertanyaanku. Jika memang Allah jelas- jelas ada, mengapa kau masih menyembah sesuatu yang lain selainNya?. Mengapa kau masih berharap kepada yang lain selain pada ridhoNya?. Bukankah Allah adalah yang maha kuasa untuk menghidupkan bahkan mematikanmu?

Jika Allah itu memang ada, mengapa kau masih kerap berputus asa dan bersedih atas dunia?. Bukankah rejeki bahkan jatah nafasmu telah dihitung dan bahkan dijamin kepastiannya?. Dahulu kau terlahir bahkan tanpa bekal apapun, namun kini mereka telah menjadi seseorang manusia yang utuh yang mengenal dunia.

Jika Allah memang ada, mengapa kau masih mengeluh atas kesengsaraan, dan kegagalan, akibat ulah tanganmu sendiri? bukankah Allah itu maha penolong?. Mengapa kau tak lantas membuang egomu jauh- jauh, menengadahkan tangan dan bersujud memohon ampun serta pertolongan kepadaNya. Malah kau sibuk memprotes Allah, dengan begitu banyak pertanyaan?

Mendengar hal itu, dia hanya terdiam tanpa bisa menjawab apapun.

Sang sahabat kemudian meneruskan perkataannya "Ketahuilah sahabatku, Allah memang ada, dia menyayangmu dengan caraNya, dia mengawasimu bahkan dengan cara yang Maha detail dari yang pernah kau kira, Dia tetap menemanimu saat kau butuh atau saat kau acuh. Yang kau perlukan hanyalah percaya, bahwa Allah itu benar- benar ada.  Dia dekat dengan para pemilik hati yang teduh, dengan jiwa yang damai, dan sikap yang indah, yang percaya bahwa Allah itu maha pengasih dan tidak pernah meragukan atau bahkan mempertanyakan "Jika Allah memang ada,mengapa aku begini dan begitu...?"

(Syahidah/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version