MAUNGDAW (voa-islam.com) - Unit teknik dari angkatan darat Burma yang datang ke kota Maungdaw sejak bulan September untuk mengawasi dan mengamankan pembangunan pagar perbatasan Burma dan Banglades terus menakut-nakuti warga desa Muslim Rohingya, kata seorang tokoh desa yang minta namanya dirahasiakan.
Angkatan darat Burma, menggunakan tenaga kerja paksa dari para penduduk desa Muslim untuk membangun pagar perbatasan antara Burma dan Bangladesh. Pasukan angkatan darat memerintahkan oleh Anggota Dewan Pembangunan dan Perdamaian Desa (VPDC) dan Pasukan Keamanan Perbatasan Burma (Nasaka) agar mengirim para pekerja untuk membangun tempat tersebut. Angkatan darat hanya membayar 500 Kyat perhari sementara harga upah minimal bagi para pekerja adalah 2000 Kyat. Oleh karena itu para penduduk desa enggan untuk bekerja ditempat tersebut hingga akhirnya mereka diintimidasi dan dipaksa untuk tetap bekerja, kata seorang pedagang lokal.
Sebagai contoh, pada 24 Desember pukul 11 siang, ketika pekerja Muslim Rohingya bersiap untuk makan siang dengan mencuci muka dan tangan mereka, komandan pasukan angkatan darat, unit teknik Kapten Myo Win memukul salah seorang pekerja dengan tuduhan ia telah berhenti bekerja sebelum waktu makan tiba, padahal pekerja Rohingya tersebut berhenti bekerja tepat di waktu yang sama seperti hari-hari sebelumnya bersama para pekerja lain.
..semua pekerja keluar memprotes tindakan sang komandan, namun ia semakin marah dan membalas dengan memukuli seluruh pekerja...
Semua pekerja keluar memprotes tindakan sang komandan, namun ia semakin marah dan membalas dengan memukuli seluruh pekerja. setelah kejadian itu, tentara mengelompokkan para pekerja yang berjumlah 6 orang tiap kelompoknya dengan alasan keamanan.
Selain memaksa warga desa Muslim Rohingya untuk bekerja dengan bayaran yang sangat murah, Unit teknik angkatan darat juga meminta pajak terhadap orang-orang Rohingya yang membawa barang-barang ketika melewati markas mereka.
Hingga saat ini pasukan angkatan darat terus mengintimidasi orang-orang Muslim Rohingya, seperti halnya para polisi dan anggota Pasukan Keamanan Perbatasan (Nasaka) yang selama ini selalu membuat susah masyarakat Muslim Rohingya. [aa/kp]