Alih-alih memberi pertanggungjawaban iman untuk memberi referensi terhadap umat Kristen dalam menghadapi pertanyaan umat Islam perihal iman kristiani, Romo Professor Christian W Troll SJ menulis buku “Christian Responses to Muslim Questions.” Buku apologetika kristiani ini diterbitkan dalam edisi Indonesia “Muslim Bertanya Kristen Menjawab” oleh Gramedia.
Dalam pengantarnya, Christian Troll mengutip Al-Qur'an surat An-Nahl 125 sebagai salah satu argumen mengapa buku itu ditulis. Ayat ini dipadukan dengan ayat Bibel (I Petrus 3:15) sebagai landasan dialog antar iman.
Dalam buku setebal 256 halaman ini, Pastor Troll menjawab berbagai pertanyaan umat Islam terhadap iman kristiani. Seluruh pertanyaan itu diklasifikasikan dalam 12 bab mulai dari masalah otentisitas kitab suci, ketuhanan Yesus, doktrin trinitas, penyaliban, penebusan dosa, hingga gereja dan pluralitas agama.
Pada Bab I “Kitab Suci dan Sabda Tuhan” (hlm 1-11), Troll berusaha menjawab berbagai pertanyaan umat Islam terhadap otentisitas Alkitab (Bibel). Ia memulai dengan memaparkan sebelas pertanyaan umat Islam, di antaranya:
1. Mengapa Injil berjumlah empat dan bukan satu? Manakah Injil yang bersifat asli?
2. Apakah adanya perbedaan penyajian di dalam keempat Injil merupakan bukti bahwa Injil itu sudah tidak asli lagi?
3. Bagaimana mungkin Kitab Suci adalah Sabda Tuhan, kalau hampir semua kitab itu memakai nama pengarangnya (Yesaya, Matius, Markus, dsb)?
4. Bagaimana bisa mengukur kredibilitas para penulis kitab suci sebagai Pembawa Berita padahal mereka sendiri bukan saksi mata terhadap wahyu dan juga bukan merupakan orang-orang yang menerima dan memberikan berita dari para pendahulu dan menyampaikannya kepada generasi-generasi berikutnya secara tidak terputus, sebagaimana terjadi dengan kumpulan tulisan berbagai kata dan tindakan Nabi Muhammad SAW yang disebut hadits itu?
Penginjil Lukas misalnya tidak pernah bertemu dengan Yesus secara pribadi, dan di awal Injilnya pun dia tidak menyebut nama-nama pendahulu yang memiliki otoritas sebagai saksi-saksi tentang hidup dan karya Yesus (lihat Lukas 1:1-4).
5. Lima buku pertama dari Alkitab (Pentateuch) tidak mungkin merupakan tulisan Nabi Musa, misalnya karena Kitab Ulangan 34:5-8 (kitab kelima) berbicara tentang kematian Musa. Bagian ini seharusnya bukan ditulis oleh Musa sendiri melainkan oleh seorang penulis lain. Hal serupa dapat ditemukan juga di dalam bagian lain dari Alkitab.
6. Injil-injil di dalam kitab Suci Perjanjian Baru penuh dengan kontradiksi, misalnya menyangkut cerita tentang silsilah Yesus, tentang Yesus memasuki Kota Yerusalem, dan tentang penyangkalan Petrus.
7. Injil-injil ditulis oleh empat orang yang berbeda, dan tidak satupun dari mereka yang bertemu dengan Yesus secara langsung. Oleh karena itu, keempat Injil tidak bisa memenuhi kriteria paling fundamental tentang sebuah tradisi yang calid seperti yang ditulis dalam hadits mutawatir, bahwa sebuah perkataan atau perbuatan nabi harus berada dalam sebuah rangkaian cerita yang tidak terputus hingga sampai kepada pencerita pertama.
8. Orang Kristen mengakui bahwa mereka tidak memasukkan sejumlah Injil ke dalam Kitab Kanonik karena Injil-injil itu merupakan Injil-injil apokrif.
Dalam ulasannya, tak satupun pertanyaan-pertanyaan tersebut yang dijawab secara tuntas oleh Christian Troll. Ia hanya menjawab dengan argumen menghindar (ngeles) dan berputar-putar. Troll menutup pembahasan ini, dengan dalih bahwa dialog yang menekankan perbedaan-perbedaan itu sangat tidak menguntungkan dialog antarumat beragama.
“Adalah tidak menguntungkan di dalam upaya dialog jika pertama-tama terdapat upaya untuk menekankan perbedaan-perbedaan antara keempat Injil, atau mengembalikan keharmonisan di antara empat Injil.” (hlm. 9).
...Pastor Christian Troll gagal memberi pertanggungjawaban iman seperti digembar-gemborkannya. Mengapa seorang pastor bergelar professor tidak mampu menjelaskan kontradiksi Bibel?...
Dengan gaya menghindar seperti itu, jelaslah bahwa Pastor Christian Troll telah gagal memberi pertanggungjawaban iman seperti digembar-gemborkannya. Umat pun bertanya-tanya, mengapa seorang pastor bergelar professor tidak bisa menjelaskan kontradiksi Bibel soal silsilah Yesus?
Seharusnya, sebagai rohaniawan yang juga ilmuwan, terus terang mengakui adanya pertentangan ayat Bibel itu lebih baik daripada membela diri dengan jurus menghindar dan berputar-putar. Karena faktanya, ia tidak bisa menjelaskan kontradiksi silsilah Yesus dalam Bibel, misalnya:
1. Siapakah nama kakek Yesus? Menurut Injil Matius 1:16, Yesus adalah cucu Yakub, sedangkan menurut Injil Lukas 3:23, Yesus adalah cucu Eli.
2. Yesus keturunan Abraham yang ke berapa? Menurut Injil Matius 1:1-16, Yesus adalah keturunan Abraham yang ke-41, sedangkan menurut Injil Lukas 3: 23-38, Yesus adalah keturunan Abraham yang ke-57.
3. Siapakah anak Daud yang menurunkan Yesus? Menurut Injil 1:6, Yesus keturunan Salomo bin Daud, sedangkan menurut Injil Lukas 3:31, Yesus adalah keturunan Natan bin Daud.
Kontradiksi itu hanyalah sekedar contoh, padahal dalam berbagai buku ilmiah, ada ratusan daftar kontradiksi ayat dalam Bibel. Misalnya, dalam buku “Dokumen Pemalsuan Alkitab: Menyambut Kristenisasi Berwajah Islam,” Molyadi Samuel mencantumkan 101 daftar kontradiksi ayat dalam Perjanjian Lama dan 101 kontradiksi ayat dalam Perjanjian Baru.
Sebagai buku apologetika kristiani, buku Muslim Bertanya Kristen Menjawab ini sama sekali tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan umat Islam. Maka sangat mengherankan jika dua orang professor Muslim memuji buku pastor ini sebagai karya ilmiah yang yang sangat menarik, sistematis, berimbang, argumentatif, tulus, objektif, cerdas dan jujur.
Pujian yang Tidak Jujur dan Tidak Cerdas
Untuk menambah daya tarik buku ini, penerbit mengendorse dengan Kata Pengantar empat tokoh nasional: Kata Pengantar Prof Komaruddin Hidayat (Rektor UIN Jakarta), Prof Dr Din Syamsuddin (Ketua Umum PP Muhammadiyah), Pendeta Andreas Yewangoe (Ketua Umum PGI), dan Franz Magnis Suseno SJ (Dosen Pasca Sarjana STF Driyarkara). Bahkan sampul depannya dipajang kutipan Kata Pengantar Din Syamsuddin.
Pendeta Andreas Yewangoe, menyanjung buku ini sebagai karya tulis yang membeberkan iman kristiani secara jujur dan apa adanya. Karenanya, Ketua Umum PGI ini berharap agar buku ini meningkatkan saling pengertian antara umat Islam dan Kristen.
“Buku ini, sejauh yang saya pahami adalah tulisan yang berusaha sedapat mungkin memberikan jawaban-jawaban yang jujur, apa adanya mengenai inti iman Kristen, dan bagaimana inti itu dijabarkan, baik di dalam pengajaran, maupun di dalam perilaku etis… Kiranya buku ini bermanfaat untuk tercapainya pengertian di antara para penganut kedua agama besar Kristen dan Islam.” (hlm. xxv).
...Pastor sama sekali tidak menjawab pertanyaan umat Islam. Maka sangat mengherankan jika dua orang professor Muslim memujinya sebagai karya ilmiah yang yang sangat menarik, sistematis, berimbang, argumentatif, tulus, objektif, cerdas dan jujur....
Sementara itu, Romo Franz Magnis Suseno SJ mengimbau agar buku ini menjadi bacaan luas umat Islam dan Kristen, karena isinya sangat mencerahkan. “Bagi saya sendiri buku Christian Troll ini mencerahkan… Saya mengharapkan bahwa buku ini dibaca luas baik di kalangan Kristiani maupun di kalangan Muslim.” (hlm. xxx).
Tak mau kalah, Din Syamsuddin memuji buku pastor ini setinggi langit, melebihi apresiasi pendeta Kristen dan pastor Katolik. Din menyanjung buku ini sebagai karya tulis yang sangat menarik, sistematis, berimbang, argumentatif, tulus dan objektif.
“Buku Muslim Bertanya Kristen Menjawab ini kiranya dapat menjadi salah satu sarana untuk menjembatani usaha-usaha saling mengenal antara umat Muslim dan Kristen. Christian W Troll, penulisnya, berusaha menyajikan materi dialog antaragama secara sistematis dan objektif.
Segalanya disampaikan secara berimbang, mulai dari pertanyaan-pertanyaan mendasar umat Muslim terhadap dogma-dogma Kristen yang acapkali memiliki kemiripan dengan Islam, serta alasan-alasan kitabiyah yang mendasari pertanyaan tersebut. Sebaliknya, jawaban-jawaban dogmatis Kristen pun disajikan dengan latar belakang ajaran-ajaran mereka.
Satu hal yang paling menarik dari buku ini adalah tidak adanya sama sekali konsep-konsep yang disajikan secara argumentatif, apalagi menjurus ke persuasif.
Tanya jawab yang disajikan adalah benar-benar murni, mewakili keinginan untuk mengenal dan sebaliknya menjelaskan secara tulus, dan karenanya hanya bersifat paparan objektif belaka. Tidak ada pembenaran, penyalahan, tidak ada argumen maupun stigma terhadap satu ajaran,” (hlm. xxxii).
Kejujuran dan objektivitas kedua tokoh ini patut dipertanyakan. Karena Pastor Christian Troll sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan umat Islam terhadap kekristenan.
Misalnya, kritikan terhadap Pentateuch (lima kitab Perjanjian Lama) yang diklaim umat Kristen sebagai kitab Taurat Musa. Umat Islam mengkritik kitab Ulangan dalam Bibel itu bukan Taurat Musa, karena salah satu pasalnya menceritakan kronologis kematian dan penguburan Nabi Musa:
“Lalu matilah Musa, hamba Tuhan itu, di sana di tanah Moab, sesuai dengan firman Tuhan. Dan dikuburkan-Nyalah dia di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini. Musa berumur seratus dua puluh tahun, ketika ia mati; matanya belum kabur dan kekuatannya belum hilang. Orang Israel menangisi Musa di dataran Moab tiga puluh hari lamanya. Maka berakhirlah hari-hari tangis perkabungan karena Musa itu (Kitab Ulangan 34:5-8).
Ayat ini menyatakan bahwa kitab Taurat Bibel pada saat ini bukanlah Kitab Taurat yang ditulis oleh Nabi Musa AS. Karena logika sehat tidak bisa menerima bahwa seseorang yang masih hidup bisa menceritakan kisah kematiannya. Mustahil orang yang sudah meninggal bisa menulis kisah kematiannya sendiri dalam sebuah kitab.
Tanpa menjawab pertanyaan ini, Troll malah mengumbar statemen bahwa seluruh isi Bibel adalah inspirasi Tuhan.
“Alkitab, juga termasuk keempat Injil, ditulis oleh para penulis yang sudah diinspirasikan oleh Allah sendiri. Alkitab adalah Sabda Allah karena ditulis di bawah inspirasi Ilahi.
Dalam berbagai kitab di dalam kitab suci itu sendiri terdapat tulisan-tulisan yang dihimpun setelah sebuah periode pewarisan lisan. Hasilnya adalah teks-teks kitab suci yakni Alkitab yang disebut Kitab Suci Perjanjian Lama dan Kitab Suci Perjanjian Baru yang dijaga dan digunakan oleh Gereja hingga saat ini.
Menurut iman Gereja, Alkitab memberikan kesaksian dalam keseluruhannya tentang karya dan solidaritas dari Allah” (hlm. 7).
Bila Bibel adalah kitab yang terinspirasikan, mana mungkin Tuhan menginspirasikan kepada nabinya untuk menulis kisah kematian dan penguburannya sendiri? Atau, mana mungkin Tuhan menginspirasikan kepada jasad seseorang untuk menulis kronologis kematian dan penguburan dirinya? Ada-ada saja!! [A Ahmad Hizbullah MAG/suara-islam]