Belfast (voa-islam.com) Nampaknya, perang antara Protestan dengan Katolik yang sudah turun-temurun, kambuh lagi. Pernah berdamai antara Protestan dan Katolik, yang dimediasi oleh tokoh-tokoh internasional, tetapi perang dua agama musyrik itu, seperti sudah menjadi abadi. Berlangsung kembali.
Mayoritas penduduk Inggris beragama Protestan, sementara itu ada wilayah bagian Inggris, Irlandia yang sempit menganut Katolik. Kemudian perbedaan dalam agama mereka, menyebabkan antara kelompok agama Protestan dan Katolik di Irlandia Utara, sampai hari ini tak pernah bisa bertemu dan mereka berperang.
Puluhan orang ditangkap di Belfast, ibukota Irlandia Utara, setelah setidaknya lebih dari 15 polisi terluka dalam kerusuhan antara Kristen dengan Katolik itu. Tetapi, perang antara Prorestan dan Katolik, yang sudah memasuki hari kelima itu, tak berhenti, dan terus berkobar di Irlandia Utara.
Polisi dihujani bom molotov dan batu, sebuah van dibajak dan didorong ke arah polisi, setelah sekitar 300 pengikut Protestan berkumpul untuk memprotes parade yang diadakan oleh komunitas Katolik di dekat wilayah mereka. Ini menyebabkan berkorbarnya perang antara Protestan dan Katolik di Irlandia
Diantaranya, 47 orang - sebagian besar polisi - terluka dalam bentrokan pada hari Minggu. Polisi menembakan peluru plastik dan meriam air dalam upaya untuk membubarkan massa yang berkumpul, ketika kerusuhan terjadi antara kelompok Protestan dan Katolik.
Lebih dari 100 bertopeng, pengikut Protestan bertopeng melemparkan botol, batu bata, dan kembang api di garis polisi, Minggu malam, ungkap kantor berita AP.
Komandan polisi Matt Baggott mengatakan bahwa petugasnya menunjukkan "keberanian" mereka ketika menghadapi kelompok-kelompok yang sedang bertikai, ungkapnya. Sedangkan Terry Spence, dari Federasi Kepolisian Irlandia Utara, mengatakan bahwa "keberanian mereka sangat ontras dengan para preman yang pengecut yang tidak bertanggung jawab, dan ingin mencoba membunuh mereka" .
Kekerasan Minggu malam terjadi akibat kalangan republiken Irlandia dari daerah Katolik, berparade di dekat distrik Protestan utara Belfast, di mana penduduk secara tradisional mengidentifikasi dengan kerajaan Inggris.
Kelompok Protestan sebelumnya telah dilarang berbaris di daerah yang dihuni kaum Katolik, di mana kelompok Katolik mengalami frustrasi dengan berbagai pembatasan terhadap Katolik.
Para pawai tahunan yang diselenggarakan setiap musim panas sering mengakibatkan kerusuhan, meskipun kekerasan. Kelompok Katolik merasa tidak nyaman hidup di Irlandia, karena berbagai tekanan dan pembatan oleh kalangan Protestan, yang berkuasa. Memang, sejarahnya Katolik di Irlandia itu, merupakan kelompok marjinal, di mana mayoritas penduduk Inggris dan Irlandia, memeluk Protestan.
Politisi Irlandia Utara telah menyatakan bahwa aksi kekerasan terbaru telah didukung oleh kelompok-kelompok paramiliter loyalis seperti Angkatan Relawan Ulster (Katolik) dan Asosiasi Pertahanan Ulster, meskipun sumber loyalis telah tegas membantah klaim ini. mh/aljz