JAKARTA (voa-islam.com) - Kristenisasi di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman Belanda. Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun, bukan hanya mengeruk hasil bumi Indonesia, tetapi juga menyebarkan agama Kristen. Tiga kredo Kristen penjajah Eropa yang paling terkenal, “gold, gospel, and glorius”, benar-benar dilaksanakan.
Kristen memiliki sikap berdasar aqidah ajarannya, bahwa orang-orang yang bukan Kristen, dianggap sebagai “domba” tersesat yang harus digembalakan. Maksudnya agar “domba” tersesat itu, harus dimasukkan agama mereka, atau dikristenkan. Ini berlangsung di berbagai negara Islam, seperti Asia, Asia Tengah, Afrika, dan Timur Tengah.
Kristenisasi di Indonesia berlangsung secara terang-terangan. Gerakan Kristenisasi berlangsung di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Bahkan, menurut sejarawan Ibnu Batutah, “Maluku”, sebenarnya berasal dari kata “Mamluk”, artinya Kesultanan Islam. Tetapi, sesudah Belanda dan Portugi menjajah wilayah itu, kemudian masuk agama Kristen yang dibawa penjajah, maka Maluku diklaim sebagai wilayah Kristen.
Gerakan kristenisasi mereka melalui kedok aksi sosial, seperti menolong orang-orang miskin, membantu anak-anak miskin dengan memberikan bea siswa kepada mereka. Melakukan advokasi (pembelaan) kepada orang-orang miksin yang lemah menghadapi kekejaman penguasa. Seperti Romo Sandyawan.
Di Aceh mereka memanfaatkan kondisi rakyat Aceh yang terkena tsunami. Di zaman Soekarno, saat meletus G30S PKI, banyak anak keturunann PKI banyak yang masuk kristen, karena bujuk rayu pada pendeta dan pastor, karena mereka phobi terhadap Islam dan umat Islam, yang membunuh orang-orang tua mereka.
Di Indonesia, banyak anak miskin yang disekolahkan sekolah theologi, dan kemudian mereka menjadi pendeta atau pastor. Selanjutnya, mereka menjadi tokoh-tokoh kristen atau katolik, dan sangat militan dalam menyebarkan agama mereka ke tengah-tengah masyarakat.
Paus Fransiskus yang berasal dari Amerika, baru-baru ini mendapatkan gelar “Man of Thears” oleh Majalah Time, karena dinilai perhatiannya yang sangat besar terhadap orang-orang yang lemah. Paus mencium kaki orang miskin, dan melakukan pembelaaan terhadap rakyat Amerika Latin menghadapi penguasa junta militer yang sangat bengis.
Rakyat Amerika Latin penganut “Theologi Pembebasan”, esensi ajarannya campuran antara sosialis dan komunis, dan melahirkan gerakan bersenjata, bertujuan membebaskan negeri mereka dari cengkeraman junta militer “Kanan” yang sangat pro-kapitalis dan menjadi sekutu Amerika Serikat. Maka, dalam hal ini Gereja di Amerika Latin mengadopsi ideologi sosialis dan komunis digabungkan dengan ajaran gereja.
Sebuah fenomena umum di Amerika Latin, di mana sebagian besar rakyat di kawasan itu terperangkap dalam gerakan sosialis atau komunis sebagai antitesa kapitalisme. Tokoh-tokoh Amerika Latin lahir seperti Che Guavara, Fidel Castro, dan bahkan Hugo Chavez yang belum lama ini meninggal. Mereka semua menentang kepentingan Amerika, dan bertumpu pada ajaran sosialis dan komunis.
Atas dasar itu, Gereja tidak ingin kehilangan pengikutnya, di mana sebagian besar rakyat di Amerika Latin penganut Katolik, karena mereka dijajah oleh Spanyol dan Portugal. Inilah langkah Gereja menyusaikan dengan kondisi rakyat di kawasan itu yang menganut ajaran sosialis dan komunis, dan Paus Fransiskus yang sekarang menjadi penguasa Gereja Katolik, sejatinya menjadi pengikut gerakan “Theologi Pembebasan”.
Kristenisasi Global Datang Mengancam
Majalah Time edisi 30 Juni 2003, menurunkan tema unik yang mengundang perhatian tersendiri. Dalam edisi yang bergambar Salib emas yang sedang digenggam tersebut, Time menurunkan judul “Should Christians Convert Muslim?” Haruskah Kristen menarik Muslim? Kira-kira begitu terjemahan bebasnya. Dalam edisi tersebut dituliskan berbagai kiprah dan kemajuan gerakan Kristenisasi di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia.
Bahkan, dalam peta yang dilampirkan, negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Brunei, India dan Nigeria termasuk negara-negara dengan jumlah misionaris dan penginjil tertinggi. Dicantumkan dalam peta tersebut, jumlah penginjil dan misionaris yang tersebar di Indonesia diperkirakan mencapai 10.000 orang aktivis.
Di Indonesia sekarang ada tokoh-tokoh Kristen yang sangat gigih menjalankan missi Kristenisasi, diantaranya James Riyadi, pemilik Group Lippo, dan sekarang mendirikan sekolah dan rumah sakit di berbagai daerah, seperi rumah sakit Sileoan. Ada Hary Tanoe yang sekarang menjadi cawapres dari Partai Hanura, dan memiliki stasiun TV, dan mengelar acara-acara kristen di media yang dimilikinya. Target mereka tahun 2050, Indonesia harus menjadi negeri Kristen.
Kalangan Cina di Indonesia mereka mengalami apa yang disebut “double minoritas”, sebagai komunitas cina adalah minoritas di Indonesia, masih ditambah sebagai penganut agama minoritas kristen. Tetapi, minoritas cina dan kristen di Indonesia, mereka lah sejatinya yang menjadi pemilik negeri ini. Bukan muslim. Muslim hanyalah secara numerik (angka) mayorita, tetapi faktanya mereka adalah minoritas.
Mereka mendapatkan dukungan dari kekuatan kristen dunia, seperti di masa Presiden Philipina Gloria Arroyo, membangun gerakan kekuatan milisi Kristen NPA (bangsa baru) yang bertujuan memerangi Muslim yang berada di Selatan dengan dukungan Amerika. Kelompok Muslim Philipina Selatan di sebut sebagai pemberontak. Padahal, mereka pemilik sah Philipina, bukan antek-antek penjajah Portugis, seperti Arroyo. msh/hh